Beranda / Romansa / Khair dan Khaira / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Khair dan Khaira: Bab 11 - Bab 20

91 Bab

Tanda Tanya

“Kamu enggak ke masjid?” Itu yang ditanyakan pertama kali oleh Khaira saat dia bangun menjelang subuh. Gadis itu keluar kamar seolah tidak terjadi apa-apa. Semua air mata dan kemarahan tentang Guntur dan buku harian yang dia bakar sebelumnya, seolah sirna.“Teteh enggak apa-apa?” tanya Khair dalam nada campuran anatar heran dan ragu.“Menurut kamu?” Khaira memang selalu bikin Khair greget. Semalam adiknya itu tak bisa tidur karena mengkhawatirkan kondisinya, eh … setelah terbangun, orang yang dikhawatirkan itu justru terlihat biasa saja.“Asli, Teteh baik-baik aja?” tanya Khair lebih seperti meyakinkan diri sendiri.“Memang kamu mau Teteh kayak kemarin lagi?” Khaira membalikan pertanyaan.Khair menghembuskan nafas panjang. “Syukurlah kalau Teteh enggak apa-apa mah ….” Setidaknya, itu berarti dia tidak perlu membawa Khaira memeriksakan diri ke Psikiater.&ld
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-05
Baca selengkapnya

Dear Diary

Ketika kakak beradik itu bermunajat, nun jauh di sebuah kamar, di gedung apartemen yang memayungi rumah mungil Khair dan Khaira, seseorang juga menghamparkan sajadahnya, memohon petunjuk agar diberikan ketetapan hati atas pilihan-pilihan yang dihadadapkan kepadanya.Setelah seharian beraktivitas, lelah tak juga membuat lelaki itu tertidur lelap. Dihampirinya laci meja di sisi tempat tidurnya. Sebuah buku bernuansa vintage, bersampul kulit warna cream agak lusuh ada di dalamnya bersama lembaran-lembaran sketsa. Dibukanya laci itu. Diraihnya buku tadi.Malam itu dia bertekad mengkhatamkan isinya untuk mencari tahu siapa pemiliknya.Di halaman pertama buku harian klasik bersampul kulit warna cream yang sudah agak lusuh itu tertulis:Dear diary,Aku selalu penasaran, mengapa rasa sayang mama dan papa membuat hidupku sesak dan tertekan. Aku merasa tak pernah bisa berdiri di atas sepatuku sendiri.Di usia 18, aku sudah bekerj
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-05
Baca selengkapnya

Urusan yang tidak pernah Selesai

Lewat kehadiran Aa sebuah rahasia mau tidak mau jadi terungkap. Meski kehadiran Aa sebagai suamiku tak direstui, aku tidak peduli. Toh, nyatanya hanya dia yang menerimaku tanpa cela. Hanya dia yang senyatanya memberiku identitas sejati dalam keluarga yang kami bangun kini.Aa yang seorang perantau dari jiran dianggap tak akan mampu menjamin hidupku dengan layak. Statusnya sebagai pekerja kontrak dan kewarganegaraannya, kerap dijadikan alasan untuk menolak kehadirannya menjadi menantu di keluargaku yang selalu memposisikan diri sebagai keluarga terhormat. Padahal, bukan itu alasan penolakan mereka yang sesungguhnya. Papa memang pernah menjadi orang yang disegani waktu menjabat sebagai polisi. Namun, apalah arti kesombongan terhadap pangkat dan jabatan. Toh setelah pensiun dan sakit-sakitan, untuk bernafas saja dia kadang memerlukan selang dan tabung oksigen. Hanya saja di kala sudah sehat lagi, bentakan dan teriakan tetap jadi senjata andalannya u
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-06
Baca selengkapnya

Pemilik Buku Harian

Dear diary,Entah ini surat atau curhat, aku hanya ingin meninggalkan jejak untuk seseorang kelak. Seseorang yang pernah bergelung di rahimkudan telah terlahir ke dunia menjadi anakku. Kutulis ini didorong kekhawatiran terbesarku tentang masa depannya. Suatu hari dia akan hidup dan menghadapi dunianya sendiri. Jauh sebelum itu terjadi, aku ingin menjaga dan memastikan semuanya baik-baik saja kelak. Jika aku terlanjur tiada sebelum dapat kembali melihat senyumnya, aku harap dia tahu bahwa aku selalu ada. Tidak pernah meninggalkannya. Tidak pernah pergi sejengkal pun dari hidupnya.Aku ingin dia bisa hidup dengan baik, tumbuh dengan ceria, dan jadi anak yang bahagia dengan atau tanpa aku di sisinya. Dia adalah wasiatku. Kutitipkan dia hanya kepada Yang Maha Kuasa, Yang menciptakan aku dan dia, Yang mengikatkan pertalian darah kami berdua, Yang menjamin hidup dan mati, Yang Maha mengetahui, Yang Maha Pengasih dan Mah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-08
Baca selengkapnya

Dosen Pembimbing

Waktu bergulir. Kesibukan membelit hingga kadang beberapa persoalan terbengkalai. Namun, hari-hari terus berjalan.Di sebuah ruang rapat yang luas, Ahsan duduk di kursi utama sebagai pemimpin rapat. Gawainya yang tergeletak di atas meja, menyala tanpa suara. Di layar tampak notifikasi dari grup Whatsapp Prodi PAI. Ahsan yang tengah menyimak presentasi salah satu staf-nya mengambil jeda sesaat untuk membaca pesan masuk tersebut.“Rapat prodi dipercepat satu jam. Kita mulai jam 09.30 WIB.” Demikian isi pesan di grup khusus dosen dan staf prodi PAI di kampus tempat  Ahsan mengabdi.Dia menghela nafas. Bentrok jadwal rapat kantor dan rapat kampus yang paling dia hindari akhirnya terjadi. Siapa sangka pihak prodi mempercepat agenda rapat untuk menindaklanjuti kosongnya posisi kaprodi seklaigus dosen pembimbing skripsi beberapa mahasiswa tingkat akhir yang ditinggalkan almarhum ustaz Rofiq.Tak lama berpikir, Ahsan membuka suara begitu staf kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-02
Baca selengkapnya

Keputusan yang Terjeda

Kesempatan berada di perpustakaan tak Khair sia-siakan. Dia ambil setumpuk buku dan mempelajarinya dengan seksama. Tak lama kemudian, Ustaz Ahsan rupanya juga menyambangi tempat yang sama.“Jadi belum ada orang yang menanyakan soal kehilangan buku harian di sini?” telisik dia di sela obrolan ringannya dengan penjaga perpustakaan.“Belum ada, Ustaz. Kalau ada, pasti nanti saya kabari.”“Baik.”Ahsan mengedarkan pandang ke sekeliling. Sekelompok mahasiswi sedang bisik-bisik sambil mencuri pandang ke arahnya. Mereka mengitari meja yang tersedia di tengah ruang perpustakaan. Meja dan kursi baca juga terpasang di sepanjang dinding. Ada beberapa PC yang terpasang di sana. Itu memudahkan mahasiswa untuk browsing dengan wifi gratis.Ahsan juga menangkap sekilas sosok Khair di salah satu meja tersebut. Pemuda itu sedang sibuk dengan buku-buku dan beberapa carik kertas. PC di depannya menyala dan menampilkan sebuah laman w
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-02
Baca selengkapnya

Puskeswan

Saat keluar ruangan, tampak lelaki asing yang mengantarnya sedang berdiri di meja administrasi. Dia mengeluarkan sejumlah uang dan menyodorkannya ke loket.Belum sempat Khaira melangkah ke sana, lelaki itu menoleh kemudian berjalan ke arahnya."Sudah selesai?" tanya dia.Khaira mengangguk."Bagaimana keadaannya?""Harus dirawat.""Berapa lama?""Dua sampai tiga hari."Lelaki itu mengaggukan kepala."Ya, sudah. Ayo, saya antar pulang!""Saya mau bayar biaya perawatannya dulu. Kalau mau pulang, silakan duluan saja!" tolak Khaira."Sudah saya bayar."Sontak Khaira mendongak. Ditatapnya wajah orang yang sejak tadi tak diperhatikannya."Saya bisa bayar sendiri," tegas Khaira."Tapi sudah saya bayar.""Berapa?""Seiklasnya. Petugasnya bilang begitu.""Iya, tapi berapa nominalnya yang tadi sudah dibayarkan? Nanti saya ganti," Khaira mulai ngotot.Lelaki itu malah ny
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-03
Baca selengkapnya

Kucing dan Kucing-Kucingan

"Teh, tadi siang kemana?" tanya Khair di sela-sela makan malam.Khaira mengernyitkan dahi. Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya, melontarkan kecurigaan di benaknya, "Memangnya Bi Ocih bilang apa?""Tadi siang Khair telepon Teteh, ada pesanan kopi di kampus.  Tapi, bi Ocih yang angkat telepon. Katanya hape Teteh ketinggalan. Teh Khairanya lagi pergi keluar.""Oh." Khaira sangat lega mendengarnya. Dia kira Bi Ocih melapor soal kedatangan dua pria yang mengaku sebagai keluarganya tadi siang."Kok cuma oh aja ... ""Emang harusnya apa? Ah, eh, ih, uh, gitu?"Khair tepuk jidat jadinya. "Teh, Khair kan nanya, Teteh pergi ke mana tadi siang? Masa Oh aja, enggak dijawab pertanyaannya.""Oh ...." kali ini Khaira tertawa lepas. Dia memang kerap asyik dengan pikirannya sendiri sampai dianggap tidak nyambung oleh orang lain."Tuh kan, Oh lagi.""Teteh abis jadi hero. Menolong kucing yang ketabrak, gitu loh," celoteh Khai
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-03
Baca selengkapnya

Surat Rumaysha

Khair saat itu berada di kampus. Sesuai permintaan Khaira, dia berencana membelikan makanan kucing jika urusanya di kampus sudah selesai.Setelah bertugas mengantarkan pesanan kopi, Khair bergabung dengan rekan-rekan sebimbingannya untuk melakukan pertemuan bimbingan pertama dengan dosen pembimbing baru mereka yang tak lain adalah Ustaz Ahsan.Masing-masing mahasiswa memaparkan masalah penelitian yang mereka garap dan progres skripsi yang mereka susun."Baik. Saya rasa cukup. Saya akan pelajari dulu masing masing draft-nya. Kita kembali bertemu minggu depan, ya," pungkas Ustaz Ahsan.Majlis itu ditutup dengan doa. Semua mahasiswa bubar. Namun, saat Khair hendak keluar, ustaz Ahsan menahan langkahnya."Khair bisa tunggu sebentar? Ada yang perlu saya sampaikan.""Iya, Ustaz."Tinggal mereka berdua di ruangan."Maaf, ini sifatnya pribadi," kata lelaki yang selalu ramah itu. Diserahkannya sebuah amplop polos kepada Khair. "Ini sura
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-03
Baca selengkapnya

Misteri Buku Harian Ibu

Hari-hari Khair berlalu, mengalir lebih ringan dari biasa sejak Khair membaca surat perpisahan dari Rumaysha. Dia fokus kepada bimbingan skripsi sambil tetap memberi perhatian untuk kakaknya. "Teh, mushola kedai kopi sedikit lagi selesai, kan? Jadi tasyakurannya?" tanya Khair ketika Khaira sedang sibuk menghitung keuangan kedai. "Kamu udah bayar uang kuliah?" Sudah kebiasaan Khaira memang, jika ditanya dia malah balik nanya. "Nanti aja lah, sekalian pengajuan sidang," jawan Khair sekenanya. "Minggu ini ada sedikit laba, nih. Bisa kamu tabung buat uang kuliah." Khaira menyodorkan segenggam lembar puluhan ribu rupiah. "Ngak usah, Teh. Khair juga lagi ngumpulin kok. Kebetulan kemarin baru dapat job privat tahsin anak SD. Jadi ada tambahan lah buat bayar tunggakan kuliah." "Enggak apa-apa. Ambil aja ini, biar cepat banyak tabungannya. Jangan sampai kuliah kamu terhambat karena macet iurannya." "Hm ... simpan saja dulu, Teh. Siapa t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status