Beranda / Pendekar / Arya Tumanggala / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Arya Tumanggala: Bab 121 - Bab 130

135 Bab

Terkejut

TAK kalah cepat, sang prajurit gerakkan pedang di tangannya sedemikian rupa sehingga tampak sebagai kitiran. Anak-anak panah lawan yang menghujani dirinya pun berpentalan ketika menghantam kitiran tersebut. Sembari menghalau serbuan anak panah, Tumanggala terus merangsek maju mendekati lawan. Ia harus memperpendek jarak agar kedua penyerangnya itu tidak mempunyai jarak tembak yang cukup. Dua lelaki bercadar hitam merutuki kecerdikan Tumanggala tersebut dalam hati. Mau tak mau mereka pun melangkah mundur. Jika tidak, mereka tidak akan dapat melepas serangan dengan panah secara leluasa. "Ah, kalian ini rupanya sebangsa undur-undur. Makanya kalian berdua hanya bisa berjalan mundur seperti ini," ujar Tumanggala mengejek kedua lawan. Yang diejek hanya diam. Namun di dalam hati mereka terus merutuk. Salah satu dari mereka memberi isyarat mata pada temannya. Isyarat itu ditanggapi dengan anggukan kepala. Rupanya dua lelaki tersebut kemudian berlaku c
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-31
Baca selengkapnya

Wipaksa Bungkam

TUMANGGALA serasa tak percaya dengan apa yang sedang ia saksikan. Sang prajurit ucak-ucak kedua mata berkali-kali. Berharap wajah di hadapannya berubah. Tapi tetap saja, orang itu memang Wipaksa. Mau tak mau Tumanggala harus menerima kenyataan. Orang yang baru saja hendak membunuhnya benar-benar Wipaksa. Tapi, ia merasa tidak punya masalah apa pun dengan lurah prajurit itu. Lalu, kalau pun benar orang ini Wipaksa, apa yang membuat si lurah prajurit tega hendak menghabisi nyawanya? Kecamuk pikiran itu membuat wajah Tumanggala menegang. "Siapa namamu?" tanya Tumanggala kemudian. Di dalam hatinya Tumanggala masih berharap salah orang. Atau mungkin lelaki yang tengah sekarat di hadapannya saat ini hanyalah berwajah mirip dengan Wipaksa. Namun harapan tersebut tak terwujud. Lelaki yang ditanyai keluarkan suara tawa mengekeh. Meski kemudian terhenti akibat terbatuk-batuk. Terluka dalam. "Tidak usah berpura-pura, Tumanggala. Kau sudah mengena
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-31
Baca selengkapnya

Laporan Wyara

SETIBA di Kotaraja, satu pemikiran tiba-tiba saja muncul di kepala Wyara. Apa tidak sebaiknya ia laporkan saja kemunculan Tumanggala pada Senopati Arya Lembana?Kenyataan bahwa Tumanggala masih hidup pasti akan menyenangkan hati sang senopati. Selain itu, apa yang dikatakan Tumanggala tadi menurutnya bisa jadi masukan berharga bagi sang junjungan.Tapi sejenak Wyara meragu. Sebelum berpisah Tumanggala berpesan untuk merahasiakan pertemuan mereka. Itu berarti sahabatnya tersebut tidak mau kemunculannya diketahui siapa-siapa."Agaknya Tumanggala merasa khawatir pada orang-orang yang menaruh dendam padanya. Terlalu berbahaya baginya jika keberadaanya diketahui," batin Wyara sewaktu menimbang-nimbang."Ah, tapi kan yang hendak aku beri tahu Gusti Senopati Arya Lembana. Mana mungkin Gusti Senopati punya pikiran untuk mencelakai Tumanggala," kata Wyara lagi di dalam hati.Berpikir sampai di situ Wyara bergegas ambil kudanya. Lalu sekejap kemudian prajuri
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-01
Baca selengkapnya

Kecurigaan Arya Lembana

LAPORAN Wyara langsung disikapi dengan sungguh-sungguh oleh Arya Lembana. Sang senopati  buru-buru menyudahi pertemuannya dengan Arya Agreswara. Lalu pergi menghadap Rakryan Rangga.Wyara turut dibawa ke sana. Pada pikir Arya Lembana, Rakryan Rangga harus mendengar keterangan mencengangkan ini dari mulut Wyara sendiri. Bukan orang lain.Rakryan Rangga tak kalah kaget mendengar penuturan Wyara. Kaget bercampur marah, sebab itu artinya Kerajaan telah dibohongi mentah-mentah. Lantas, jasad siapa yang diperabukan dengan upacara kehormatan waktu itu?"Aku mencium bau busuk, Lembana. Rupanya ada bangkai di Kotaraja ini," desis Rakryan Rangga dengan wajah merah mengeras.Arya Lembana hanya diam, tak berani menanggapi. Apatah lagi Wyara. Prajurit itu terus tundukkan kepala. Pandangannya menekuri lantai pendopo dalam remang cahaya lampu minyak."Bayangkan, upacara perabuan jasad yang dikatakan sebagai Tumanggala itu disaksikan langsung oleh Sang Prabu!
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-01
Baca selengkapnya

Lusem

MENURUTI saran Wyara, Tumanggala lanjutkan pencarian ke arah barat. Tujuannya adalah Lusem, sebuah pemukiman ramai nan asri di kaki Gunung Pawinihan. Boleh dikatakan Lusem merupakan pintu gerbang menuju gunung suci tersebut. Orang-orang yang hendak menuju ke gunung dari arah Kotaraja, bisa dipastikan melewati Lusem sebagai jalur utama. Tumanggala musti menempuh jarak sejauh hampir lima ribu depa (sekitar 9 km) menuju ke sana. Karena itu sang prajurit memutuskan untuk mencari kuda demi menghemat tenaga. Terlebih hari sudah memasuki rembang petang. "Kalau urusan ini tidak selesai secepat yang aku harapkan, agaknya aku terpaksa menginap di sana," batin Tumanggala dalam perjalanan. Hujan deras terus mengguyur sepanjang perjalanan sang prajurit. Jalanan basah dan licin oleh tumpahan air dari langit. Akibatnya, Tumanggala tak dapat memacu kuda kencang-kencang. Alih-alih menyuruh kudanya berlari, Tumanggala musti mengendalikan hewan tunggangannya den
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-01
Baca selengkapnya

Bersua Ranajaya

SEMULA Tumanggala mengira semua itu hanyalah bunga tidur. Namun ternyata kemudian telinganya semakin jelas mendengar suara-suara jerit-pekik tersebut. Sang prajurit jadi terlonjak dari tidurnya dengan wajah tegang. "Perampokan?" desis Tumanggala, seraya tajamkan pendengaran. Sepasang matanya membeliak lebar akibat ketegangan yang seketika menyergap. Suara-suara mencekam tadi bertambah jelas terdengar di telinga sang prajurit. Menandakan peristiwa apa pun yang menyebabkan keributan tersebut, berada tak jauh dari penginapan. Tumanggala bergegas menuju ke jendela. Pandangannya dilemparkan ke sekeliling. Kening sang prajurit langsung berkerut dalam. Kepulan asap tebal tampak membubung tinggi di udara. Lalu di bawah kepulan asap itu, kobaran api terlihat jelas dalam gelapnya malam. Merah membara. Tumanggala kertakkan rahang dibuatnya. "Sial! Aku tidak boleh membiarkan ini terus terjadi!" geram sang prajurit. Kejap berikutnya Tumanggala suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-02
Baca selengkapnya

Pertarungan Awal

MENDENGAR bentakan tersebut Tumanggala terkaget-kaget. Cepat sang prajurit Panjalu balikkan badan untuk melihat siapa yang berada di belakangnya. Satu tindakan seketika yang terhitung ceroboh.Rasa kaget Tumanggala kemudian bertambah-tambah. Belum sempat matanya melihat orang yang berteriak tadi dengan jelas, satu serangan deras sudah menyambut. Sebilah golok besar menyambar ke arahnya.Wuutt!Suara menderu keras terdengar bersamaan dengan datangnya sambaran golok. Tumanggala yang tak siap dengan serangan itu mengambil cara termudah untuk mempertahankan diri.Dalam satu gerak cepat pedang di tangan sang prajurit diayunkan untuk menyambut datangnya serangan. Tak lupa tenaga dalam ia kerahkan.Sriiing!Angin yang dibelah laju pedang menimbulkan suara berdesing. Cahaya kobaran api dari rumah-rumah terbakar yang jatuh di badan pedang, membuat senjata andalan Tumanggala itu terlihat berkilat-kilat.Lalu sekejap kemudian ....Trang!
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-02
Baca selengkapnya

Dikeroyok Perampok

TUMANGGALA dapat menduga apa yang tengah dilakukan lawan. Tentulah lelaki yang sudah terdesak itu memanggil bala bantuan.Benar saja. Tak lama berselang muncul dua lelaki yang juga bercambang bauk lebat dari arah berlainan. Setengah berlari keduanya menuju ke arena pertarungan sembari mengacungkan golok besar di tangan masing-masing.Tumanggala mendengus. Bibirnya mengukir seringai lebar."Bagus! Cepat ke sini kalian berdua, biar sekalian aku habisi!" geram Tumanggala begitu melihat dua lawan barunya tersebut."Jangan besar mulut! Kaulah yang akan mati di tangan kami!" bentak salah satu dari dua lelaki yang baru muncul.Tanpa memperpanjang kata lagi, dua lelaki yang baru muncul sudah menyerbu ke arah Tumanggala. Dua golok besar disabetkan ke depan. Satu mengarah ke ulu hati, satunya lagi mengarah ke batang leher!"Hiaaaat!"Wuuut! Wuuut!Sambaran golok menimbulkan suara menderu. Gaungnya yang terdengar jelas membuat bulu kuduk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-02
Baca selengkapnya

Tambah Lawan

TUMANGGALA sontak batalkan niat. Pedang yang sudah teracung di atas kepala perlahan-lahan diturunkan kembali. Kepalanya berputar, memandang ke arah Ranajaya yang sudah berada tak jauh darinya."Ah, Tumanggala. Sungguh tak kusangka seorang kesatria Panjalu bisa punya pikiran serendah ini," ujar Ranajaya bermaksud mengejek."Lelaki jahanam! Kau harus mati di tanganku sebagai balasan kematian anak dan isteriku!" balas Tumanggala menggeram. Tatapan matanya berkilat-kilat.Amarah sang prajurit semakin menggelegak. Sudah sejak tadi-tadi ia ingin menghabisi Ranajaya. Namun tiga anak buah lelaki biadab itu tiba-tiba datang menghalangi."Ah, ah, kau ini sungguh lucu, Tumanggala," sahut Ranajaya, masih dengan nada mengejek. "Aku sama sekali tidak membunuh anak dan isterimu. Bagaimana mungkin kau bilang aku harus mati sebagai balasan kematian mereka?"Tumanggala kertakkan rahang. Ia hendak menanggapi ucapan lawan, namun Ranajaya sudah mendahului."Anak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-02
Baca selengkapnya

Unggul Jauh

DIKEROYOK empat lawan bersenjata seperti itu tentulah bukan perkara mudah. Karenanya pada awal-awal pertarungan Tumanggala agak keteteran. Namun setelah berjalan beberapa jurus, mulai terlihat bahwa dua dari empat lawannya tersebut sudah tak bertenaga.Dengan cerdik sang prajurit lantas pusatkan serangannya pada dua orang tersebut. Dua lelaki yang punggungnya terluka parah, dan telah kehilangan begitu banyak darah.Sembari berkelit menghindari tusukan dan sambaran golok Ranajaya serta satu anak buahnya yang lain, Tumanggala berhasil mengirim tendangan keras ke dua lelaki yang menjadi sasaran utamanya."Hiaaaat!"Des! Des!Dua lelaki tersebut terpekik. Dada mereka serasa sesak bukan main saat kaki Tumanggala singgah. Tubuh keduanya terjajar mundur. Baru berhenti saat punggung mereka yang sudah terluka menghantam dinding salah satu rumah penduduk.Setelah itu kedua lelaki tersebut jatuh duduk, lalu terguling-guling berselimut lumpur nan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status