Home / CEO / Nafsu Bejat CEO / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Nafsu Bejat CEO: Chapter 51 - Chapter 60

120 Chapters

51. Max Yang Manis

"Bagaimana hatimu sudah mulai membaik?" Jack memiringkan kepala kepada Aiden.Aiden berhenti meneguk minumannya. "Sudah, Tuan. Karena Anda, saya menjadi lebih baik sekarang."Jack menarik dua sudut mulutnya ke atas.*Max mondar-mandir penuh gelisah di ruangannya. Ia melirik ponselnya sekilas, tak ada tanda-tanda adanya balasan pesan di layarnya. Ia lalu bergerak lagi, sampai suara deringan ponsel menghentikannya."Dia membalas apa ya?" gumam Max seraya menggulir layar ponselnya dan membuka sebuah pesan yang masuk.Max mengulas senyum, lalu beranjak keluar.Max pergi ke rumah Jack untuk menemui Zeta. Tadi ia sempat bertanya dulu, boleh kah ia menemui Zeta. Dan, perempuan itu menjawabnya boleh. Maka, Max segera bergegas.Sebelum mencapai rumah Jack, Max berhenti di sebuah toko bunga. Ia meminta seorang florist untuk merangkaikan sebuah buket bunga yang indah untuknya."Buatkan aku buket bunga yang cantik," Max
Read more

52. Masakan Zeta Tak Terkalahkan

Max menyesap teh yang dibuatkan Lerry pelan. Ia menengok ke arah Zeta yang kini berderap ke arahnya. Perempuan itu mendesah lega sembari melepaskan celemek dari tubuhnya."Sudah matang, Max. Aku memasakkan makanan yang enak untukmu, kau harus mencobanya.""Aku kan sudah bilang tak perlu repot-repot kau membuatnya, Zeta. Aku hanya bilang kalau aku suka dengan masakanmu, tapi bukan berarti aku ingin kau memasakkan untukku sekarang.""Sudahlah. Aku memang ingin memasakkanmu. Lagi pula sekarang memang waktunya makan siang, malah sudah terlewat beberapa jam." Zeta menarik tangan Max lalu menggiringnya di meja makan. Zeta sama sekali lupa kalau Jack bisa melihat semua yang ia lakukan ini.Max terduduk di kursi, ia pandangi makanan yang sudah tersaji di atas meja makan dengan menelan ludahnya. "Kau harus habiskan semuanya." Zeta menepuk pundak Max, kemudian berlalu.Max mengambil piring. Ia menaruh semua makanan buatan Zeta itu ke piringnya.
Read more

53. Kecurigaan Tak Mendasar

Zeta membuka matanya pelan. Hari sudah pagi, waktunya ia bangun. Tatapan pertamanya ia arahkan ke meja nakas untuk melihat bunga segar. Ia tercengang sebentar, lalu meloncat turun dari kasur. Zeta menggigit bibir bawahnya. Di atas meja tak ia dapati vas bunga yang ia letakkan di sana kemarin. Semalam vas itu masih ada, tapi sekarang sudah menghilang.Zeta keluar dari kamar, menemui Lerry. "Bibi..." panggil Zeta membuat Lerry berbalik ke arahnya."Ada apa, Nona?""Bibi tahu vas bunga yang ada di atas meja, di kamarku tidak?" tanya Zeta tak sabar.Lerry mencoba mengingat-ingat. Pasalnya tadi ketika ia mengunjungi kamar Zeta di saat perempuan itu masih tidur, tak ada vas bunga di meja. Lerry tak melihat benda selain ponsel di sana. "Tidak, Nona.""Bibi benar-benar tak melihatnya?" Wajah Zeta tertekuk kecewa."Iya, Nona. Tidak ada vas bunga di meja Nona." Lerry bergeleng pelan."Baiklah, Bi." Zeta memaksakan senyumnya, kemudian berlalu.
Read more

54. Sikap Dingin Jack

"Kau sedang bertelepon dengan siapa?" tanya Jack menatap Zeta tajam.Zeta bergeleng pelan. "Kau sudah pulang, Jack?" Zeta menyeringai, menunjukkan semua giginya di depan Jack. Tatapannya kini jatuh ke arah kedua tangan Jack yang hilang di belakang badan kekar pria itu. "Apa yang ada di belakangmu, Jack?" tanya Zeta polos."Aku juga bertanya, apa yang ada di belakang tubuhmu, Zeta? Bagaimana kalau kita saling bertukar?" Jack melangkah mendekat kepada Zeta.Zeta menghindari Jack, ia memundurkan tubuhnya pelan. "Jack..."Jack tersenyum miring. Ia menghentikan langkah kedua kakinya. Ia kemudian menjulurkan lehernya sedikit agar ia bisa menatap dalam kedua mata Zeta."Kau sedang bertelepon dengan Max ya?" Terukir seulas senyum tipis di bibir Jack. Sorot matanya berkilat, memperlihatkan kalau ia sedang marah."Dan... Kau yang telah membuang bungaku kan?" tanya Zeta balik. Zeta memandangi Jack penuh selidik.Jack menarik tangan
Read more

55. Max Mengacuhkan Fay

"Hanya ini, Aiden? Tidak adakah info lain yang bisa kau dapatkan?" Jack mendengus tak puas dengan laporan dan beberapa lembar kertas di hadapannya itu."Iya, Tuan. Hanya itu. Karena saya kesulitan untuk mengakses wilayah kekuasaan bisnis dari keluarga Nona Fay. Tapi, saya melihat ada yang mencurigakan di perusahaan keluarga Nona Fay. Saya masih terus berusaha mencari tahu." Aiden merapatkan mulutnya, kemudian berbalik dan duduk di kursi, di depan Jack."Baiklah. Untuk Kills group, berarti mereka akan mengusung tema yang berbeda ya dari perusahaan Baron group dan Grotesque group?" Jack menyeret pandangannya dari kertas di depannya menuju Aiden.Aiden terkesiap, ia mengangguk mengiyakan pertanyaan Jack barusan. Ia lalu menimpali, "Iya, Tuan. Tuan Edwin memberikan sentuhan baru bagi Kills group. Orang-orang yang mengurusi adalah orang-orang kepercayaan Tuan Edwin sendiri. Namun, saya tak melihat kalau Tuan Max akan jadi kandidat pemimpin bagi perusahaan itu." 
Read more

56. Cincin Yang Indah

Zeta mondar-mandir di kamarnya sambil memikirkan bagaimana caranya ia membujuk Jack. Ia berhenti sesaat untuk menatap bunga lily di meja nakasnya, lalu ia kembali mondar-mandir. Sampai sebuah ide muncul di kepalanya.Zeta ingat kalau ia belum pernah memasak untuk Jack, hanya semangkuk bubur ketika pria itu sakit. Maka, Zeta akan membuatkan makan malam untuk Jack. Ide yang cukup bagus, semoga bisa meluluhkan hati Jack. Gumam Zeta dalam hati. Ia lalu berangkat ke dapur. "Nona..." sapa Lerry, disusul oleh pelayan lain yang ikut menyapanya.Zeta tersenyum hangat membalas sapaan mereka. Ia lalu mendekati Lerry sambil berbisik, "Bi, bolehkah aku memasakkan Tuan Jack makan malam?""Nona, mau memasakkan Tuan Jack?" Lerry membalas bisikan Zeta dengan suara melengking. Ia lalu merapatkan mulutnya, dan berujar pelan," Bukankah Nona tahu sendiri kalau Tuan Jack jarang sekali makan malam?""Maka dari itu, aku akan membuatnya tak melewatkan ma
Read more

57. Kecupan Setiap Malam

"Aku senang kau sudah tak marah lagi, Jack." Zeta tersenyum lebar di depan Jack.Jack mengulas senyum melihat wajah Zeta tersipu malu ketika mata mereka saling bertabrakan. "Aku ke kamar dulu," ujar Jack seraya menepuk kepala Zeta pelan.Karena terbuai Jack, Zeta nyaris lupa kalau tujuan awalnya adalah membuat Jack memakan masakan buatnya. Ia segera memegang lengan Jack sebelum pria itu berbalik."Ada apa?" Jack menyatukan kedua alis tebalnya."Kau harus makan malam dulu... Bersamaku," tandas Zeta cepat."Kau sedang memintaku atau sedang memaksaku, huh?" Jack melepaskan tangan Zeta dari lengannya."Aku sedang memohon, agar kau mau makan malam bersamaku. Aku tak pernah makan semeja denganmu di rumah selama aku tinggal di sini. Aku sudah memasakkanmu makanan enak. Tapi, aku tidak yakin kau suka atau tidak," ujar Zeta lantang, namun memelan dan melemah di akhir kalimat yang terlontar."Baiklah. Aku akan mengganti pakaian dulu. Aku akan m
Read more

58. My Lullaby

Zeta mengangguk. "Aku mau jadi milikmu selamanya, Jack.""Kalau begitu aku tak akan mengizinkan siapa pun menyentuh milikku," tukas Jack nyaris serius, mengundang tawa Zeta."Kau pelit sekali, Jack," ledek Zeta terkekeh pelan.Jack ikut tersenyum," Aku tak bercanda dengan ucapanku, Zeta." Ia lalu melirik jari manis Zeta yang terpasang cincin pemberiannya. "Kau cocok memakai cincin itu," puji Jack seraya menunjuk dengan gerakan dagunya ke arah tangan Zeta yang membelit longgar lehernya.Zeta menarik sisi mulutnya ke atas. Ia amati cincin berlian yang terlihat semakin berkilau di bawah siraman cahaya lampu yang berpedar terang. "Aku sangat menyukainya. Dan, ukurannya pas sekali dengan jariku." Jack membawa Zeta ke dalam gendongannya. Ia lalu membaringkan tubuh perempuan itu pelan ke kasur. Jack merambat pelan di atas Zeta, dan menindihnya perlahan.Zeta menahan dada bidang Jack sebelum pria itu melumat bibirnya lagi. "Kau ta
Read more

59. My Handsome Man

Tirai terbuka, mempersilahkan sinar matahari masuk ke dalam sebuah kamar melalui celahnya.Di saat ini, Zeta dan Jack masih bergulat di balik selimut. Wajah mereka dipenuhi senyuman yang tak kunjung surut.Semalam, Zeta telah melakukan sesi terapinya, namun Jack memintanya untuk menelanjangi diri berdua. Selanjutnya, Jack memasukkan miliknya ke liang Zeta, ia memaju mundurkan miliknya dan membiarkannya tetap berada menancap di alat kelamin Zeta sampai menjelang pagi.Jack membelai lembut kepala Zeta, turun ke pipinya, kemudian ke ceruk lehernya. Leher perempuan itu begitu indah, dan menggoda. Jack mencium leher Zeta seraya melepaskan batangnya dari kewanitaan Zeta. Ia kemudian melirik ke arah kasur di dekatnya, ia meringis mendapati semalam ia ereksi berkali-kali dan membuang spermanya di kasur."Kau tidur nyenyak, Jack?" Zeta menggosok matanya dengan satu tangan. Ia lalu mengerjap cepat dan mendekatkan wajahnya kepada Jack."Kau tampan sekali." Ze
Read more

60. Berhenti Menggangguku!

Jack dan Aiden melebarkan kedua matanya secara bersamaan ketika seorang perempuan muncul dari balik pintu. Fay tersenyum di depan dua pria yang kini melihatnya dengan mata melebar. "Kalian pasti terkejut ya dengan kedatanganku ini.""Sial..." desis Jack tajam. Ia tak menyukai Fay, dan kedatangannya membuat ketenangan dan kedamaian Jack terusik."Kau bilang apa?" Fay memincing tak suka.Setelah tadi Elle meyakinkan Fay atas perasaannya kepada Jack. Ia langsung bergegas ke Baron group untuk menemui pria itu."Kau tidak sedang memintaku untuk mengizinkan Aiden pergi bersamamu kan? Aku tidak akan mengizinkannya," tukas Jack galak."Tidak. Bukan itu maksud dari kedatanganku ini," balas Fay bergeleng cepat.Jack mengernyit bingung. Kalau bukan karena Aiden, kenapa perempuan itu datang ke ruangannya? Berdandan menor pula. "Kalau bukan. Kau bisa pergi dari ruanganku!" Jack mengangkat tangan kanan yang ia acungkan ke arah pi
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status