Home / CEO / Nafsu Bejat CEO / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Nafsu Bejat CEO: Chapter 1 - Chapter 10

120 Chapters

1. Segelas Whiski

Gemerlap malam dihiasi oleh lampu disko yang berwarna-warni dan dengan dentuman musik yang mengiringinya, tak membuat seorang perempuan yang sedari tadi membenamkan wajahnya setelah menenggak habis segelas whiski kembali bergerak. Perempuan itu adalah Zeta Primrose Cydney. Ini merupakan kali pertamanya menginjakkan kaki di sebuah club malam karena ajakan sahabatnya, Sena. Sialnya, Zeta tak tahu apa yang baru saja ia minum sehingga tubuhnya bereaksi aneh. Ada sesuatu yang menjalari tubuhnya. Rasanya panas dan hasrat birahinya bergejolak. Tangannya menekan bagian intinya yang sudah berdenyut-denyut, ingin dimasuki. Zeta tak berhenti memberikan sapuan ke tubuhnya yang mulai bergetar. "Ah... Ah..." Zeta belum puas jika hanya menekannya. Ia perlu seseorang. Bertepatan dengan itu, tangan Zeta tak sengaja mengibas lengan seorang pria yang melewatinya. Zeta tak mau menyia-nyiakan hal ini. Ia harus segera bertindak agar terbebas dari siksaan ini. Walau, artiny
Read more

2. Pakaian Seksi

Sinar matahari mulai mengintip dari balik tirai yang tersingkap, silaunya menyentuh kedua mata seorang perempuan yang masih tenggelam dalam kenikmatan tidur pulasnya.Perempuan itu menggeliat berkali-kali. Sampai rasa tidak nyaman, sedikit nyeri ia rasakan di antara pangkal pahanya.Zeta terjingkat bangun, ia langsung menyibak selimut yang tadi membungkus tubuhnya dengan manja. Betapa terkejutnya Zeta ketika mendapati tubuhnya polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupinya. Kedua matanya ia giring melihat bagian intinya. Maka semakin terkejutlah Zeta kala menemukan noda darah di selimut yang ia pakai.Astaga, Siapa yang telah melakukan ini? Siapa pria yang telah merampas milikku yang berharga? Pikiran Zeta semakin rancau. Tak terasa beberapa butir kristal bening jatuh dari kedua pelupuk matanya. Zeta terisak, ia tak pernah menduga kalau ia akan merelakan kesuciannya dengan mudah. Zeta jijik dengan tubuhnya. Zeta merasa dirinya kotor, dia jalang.Zeta
Read more

3. Sepasang Mata Biru

Zeta terus menggiring kedua kakinya masuk ke lift. Di dalam hatinya ia tak henti-hentinya merapalkan doa. Zeta sesekali menunduk ketika berpapasan dengan orang lain. Matanya terus berkeliling dengan penuh was-was, menghindari pandangan yang tertuju padanya dengan penuh kritik. Zeta menunduk lebih dalam lagi, ia menyadari kalau pakaian yang dipakainya saat ini sangat kontras dan tak sesuai jika digunakan ketika pagi yang cerah seperti sekarang ini.  Zeta tak memusingkan hal itu. Yang terpenting ia harus pulang ke apartemen sederhananya dengan cepat. Sesampainya ia di luar gedung mewah itu, Zeta yang kebetulan melihat sebuah mobil taksi lewat segera menghentikannya. "Pak!" teriak Zeta tak sabar seraya melambaikan tangan kanannya ke depan. Sopir taksi menghentikan mobilnya tepat di depan Zeta, dengan sebuah anggukan darinya, Zeta pun masuk ke dalam taksi. Zeta tak membawa sepeser pun uang, ia akan membayar ongkos taksi ketika sudah s
Read more

4. Semanis Candu

Di tempat lain. Di sebuah gedung perusahaan yang berdiri kokoh di kota Chicago ini, Baron group namanya. Seorang pria bermata biru gelap dengan rambut coklat gelap yang tertata rapi dengan baluran pomade duduk di kursi itu menyilangkan kakinya menghadapi pengawalnya yang baru sampai di kantor beberapa menit yang lalu. "Tuan, kenapa Anda tidak memperbolehkan saya untuk mengikutinya?" tanya Aiden dengan sangat sopan. Tangannya saling bertautan di belakang badannya yang gagah dan tegap.  "Memangnya dia siapa? Dia kan hanya jalang murahan yang menginginkan sentuhan dariku," balas Jack tak acuh. Begitulah nasib para jalang yang bertemu dengan Jack. Setelah dimasuki, dinikmati, lalu dibuang. Meskipun begitu, para perempuan itu begitu tergila-gila oleh ketampanan Jack, ditambah lagi pria itu sudah mapan dengan kekayaan yang dimilikinya terbilang sangat fantastis. Tidak ada yang tak mengenal Jack, si CEO tampan dari Baron group.  Selain itu tubuh Jack seper
Read more

5. Cowok Sialan

Sudah lewat satu hari, sesudah apa yang Zeta alami. Dalam tidurnya yang nyenyak, ada ketukan pintu yang terus berdengung mengganggu ketenangan Zeta.Zeta mengerjap kedua matanya dengan sebelah tangan menggosok matanya itu. Dengan malas ia memaksakan tubuhnya berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu.Ceklek...Pintu terbuka, memperlihatkan sesosok laki-laki yang tak lain ialah Anthony, pacar Sena, sahabat Zeta."Oh... Anthony. Ada apa ke sini? Kemarin Sena sudah membawakan ponselku, jadi kau tak perlu repot-repot ke sini." Zeta berdiri di ambang pintu, mencegah pintunya terbuka lebar untuk Anthony masuki."Sena yang menyuruhku ke sini, dia membelikanmu bubur. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Apalagi ketika dia tahu kalau kau pulang duluan meninggalkan kami di club karena alasan sakit." Anthony berucap seraya memperlihatkan sebuah kotak makanan di tangan kanannya."Baiklah, terimakasih." Zeta menunjukkan sudut mulut yang terangkat, membe
Read more

6. Tuan Jack

Anthony menatap calang Zeta, ia meraih dagu perempuan itu dengan kasar dan meleparnya. "Tidak ada seorang pun yang akan meno..." Belum juga Anthony menyelesaikan ucapannya, pintu berhasil dibuka dengan sekali tendangan.  Anthony terbelalak melihat pria bertubuh kekar dengan balutan jas yang berhasil mendobrak pintu yang tadinya sudah ia kunci agar tak ada yang mengganggunya ketika menikmati Zeta. Sial! Anthony terdiam dengan mata memandangi pria tersebut dengan heran. Siapa dia? Anthony tak habis pikir ada pria macam ini di sekitar apartemen Zeta yang kecil dan sunyi. Bug... Pria itu melayangkan sebuah pukulan yang tepat mengenai wajah Anthony.  Pria itu menatap datar Zeta, memastikan kalau ia tak salah sasaran. Ia lalu beralih ke laki-laki yang mengangkat tangannya, siap untuk memberikan sebuah pukulan. Tapi, Anthony tak sebanding dengan pria yang ada di depannya itu. Dari perawakannya saja Anthony sudah kala
Read more

7. Usapan Lembut

Aiden berdehem untuk membuyarkan lamunan Zeta. Zeta terperanjat kaget dan mengulas senyum karena malu."Silahkan masuk, Nona. Koper Anda biar saya yang urus." Aiden membukakan pintu untuk Zeta.Zeta mengangguk cepat dan bergegas masuk ke mobil. Matanya terus berkeliling dengan sangat terpukau, tangannya tak berhenti memberikan sapuan pada jok mobil yang bisa dipastikan untuk joknya saja harganya sudah sangat mahal. Baru kali ini Zeta menduduki mobil semewah ini. Sungguh luar biasa, pikir Zeta mengamati setiap inci mobil tersebut.Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi namun tetap hati-hati. Dari kaca yang menempel tepat di atasnya, Aiden melirik sekilas Zeta dengan penuh pengamatan. Perempuan di belakangnya sangat polos, tak seperti perempuan-perempuan lain yang pernah berhubungan dengan tuannya.Drttt...Ponsel Zeta bergetar. Terdapat satu panggilan masuk dari Sena ketika Zeta membuka layar ponselnya itu."Bolehkah aku menerima pa
Read more

8. Hasrat Yang Bergelora

Zeta terlonjak kaget di saat sebuah tangan berhasil masuk ke dalam celana dalamnya dan menusuk bagian sensitifnya dengan cukup dalam. Zeta tercekat, suaranya tersangkut di tenggorokan kala pandangannya beradu dengan dua manik mata berwarna biru gelap di depannya. "Anda siapa?" tanya Zeta ketika berhasil membuka mulutnya. Ia berusaha untuk menghindari kejaran mata biru gelap itu yang seakan-akan ingin menelan Zeta dengan penuh nafsu. "Berhenti, Tuan. Aku mohon." Zeta tak tahan ketika sebuah tangan di bawahnya mengocok miliknya dengan kasar. Zeta menggigit bibir bawahnya, dengan segera ada sebuah rasa yang ikut bergelora. Rasa yang pernah muncul ketika meminum obat perangsang yang diberikan Anthony brengsek. Kalau begini, aku tak bisa tahan. Batin Zeta ingin menangis. Sedetik kemudian air matanya sudah tumpah ruah menghiasi wajahnya yang cantik. "Hush... Jangan menangis, Sayang. Nikmati saja." Tangan kekar Jack membelai lembut pipi Zeta, menyingkirkan b
Read more

9. Kepulangan Max

Seketika tubuh Zeta merinding, bulu kuduknya berdiri tegak saat bayang-bayang tangan laknat itu kembali menjamah tubuhnya. Pasti pria itu yang memakaikan pakaian ini untuk Zeta. Kenapa semua harus berwarna pink? Zeta jadi terlihat seperti seonggok boneka barbie yang baru saja didandani.  Ceklek... Suara pintu yang terbuka lebar berhasil menyita perhatian Zeta yang sedari tadi mengutuki pria brengsek dan baju tidur pinknya. "Permisi, Nona. Anda dipanggil Tuan di ruang makan," ucap seorang perempuan setengah baya dengan memakai baju maid. Tatanan rambutnya sangat rapi, tergulung ke bagian belakang.  Zeta terus mengamati pelayan tersebut. Mungkin, jika ibunya masih hidup pasti usianya seperti perempuan ini.  "Permisi, Nona. Mau saya antar?" ucap si pelayan kepada Zeta. "Untuk selanjutnya saya yang akan mengurus Nona di sini," timpal perempuan itu lagi. "Mungkinkah kau yang memakaikanku pakaian ini?" Pertanyaan Zeta
Read more

10. Keinginan Untuk Kabur

"Baik, aku akan melakukannya tepat seperti yang dia mau." Jack beranjak dari kursinya. Selera makannya sudah hilang sejak ia mendengar nama kakaknya, apalagi tahu kalau kakaknya itu akan segera pulang. Dan, cepat atau lambat kebebasan Jack ditekannya dengan sangat. Jack berderap menuju kamarnya. Ruangan ini begitu luas dengan perkakas mewah dan elegan. Kasur berukuran super king semakin membuat ruangan ini terlihat megah alih-alih sempit. Jack melempar tubuhnya ke atas kasur dengan desahan berat keluar dari mulutnya. Ia mengacak rambutnya, kegeraman yang memuncak sampai ke umbun-umbun. Rasa amarah segera menyelimuti dada Jack. Besok ia akan kembali bertemu dengan wajah bedebah menjengkelkan itu. Ah, ingin rasanya Jack melempar Max ke kutub utara biar sekalian pria itu dimakan oleh beruang kutub di sana. Jack memejamkan kedua matanya, berusaha menahan emosi yang membuncah di dada. Ia lalu terlelap dalam tidur.   ***  
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status