Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapter 331 - Chapter 340

All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 331 - Chapter 340

794 Chapters

324 - Pertemuan Dua Kawan Lama

“Tepat sekali! Ha ha ha!” Terdengar gelak tawa membahana dari arah jam dua, itulah Dan Mengxue. Sosok pria dengan perkiraan usia empat puluhan tahun, tetapi tentu saja usia sebenarnya tak mungkin semuda itu. “Lama tak berjumpa, Sahabatku!” Dan Mengxue melebarkan dua tangannya seolah meminta Wang Yuji untuk merangkul tubuhnya. Wang Yuji merangkul pundak Dan Mengxue sesaat lalu melepaskannya karena merasa sedikit tak nyaman. Kengerian yang terjadi di Markas Yianju setidaknya telah membuat Wang Yuji kehilangan senyumnya di hari itu. “Saudara Dan, jangan terlalu berakrab diri denganku. Ingat, kita berada di pihak yang berseberangan saat ini!” Dan Mengxue tertawa terbahak-bahak, ia merangkul kembali sahabat lamanya sebelum akhirnya saling duduk berhadapan dan minum arak berdua. “Kau memang tak pernah kurang akal! Kau memanfaatkan Feng Yaoshan untuk mengelabui Aliansi Sanzu agar kau bisa tandang ke markasku? Ah, cerdas sekali!” “Mengelabui? Maaf, aku kira aku masih cukup setia dengan alia
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

325 - Panglima Perang Pulau Kelinci Adalah...

“Kau bukanlah Dan Mengxue! Siapa kau sebenarnya?!” Wang Yuji bertanya dengan kemarahan yang memuncak. Kala itu, ia merasa telah melakukan kesalahan fatal sebab telah membocorkan rahasia tentang keberadaan Zhou Fu di daratan Shamo kepada sosok yang ternyata bukan sahabatnya. “Jangan-jangan… kau adalah…” Wang Yuji mundur lagi beberapa langkah sebab ia mulai memiliki asumsi tentang siapa sosok yang tengah berada di depannya kali itu. “Ha ha ha! Terima kasih, Pendekar Wang! Kau telah memberikan informasi yang sangat berharga kepadaku!” ucap sosok Dan Mengxue yang diyakini oleh Wang Yuji bukanlah Dang Mengxue yang sebenarnya. *** Pagi hari di dalam kapal Guichuan… Chen Long tengah melipat kedua tangannya di dada ketika matanya menangkap gerakan aneh Zhou Fu yang masih terlelap tidur. Sesekali, Chen Long menggeleng gelengkan kepala dengan senyum tertahan. Sebagai seorang laki-laki, dia bisa menebak mimpi apa yang mampu membuat Zhou fu bertingkah seperti itu. “Hei, apa-apaan kau ini? Me
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

326 - Kediaman Sang Ketua

“Tuan Muda Zhou, Putra Mahkota Huang mengatakan jika Anda akan menjadi pimpinan tertinggi dalam agenda penyerbuan Markas Yianju. Saya ingin mengenalkan pasukan Pulau Kelinci kepada Anda agar Anda memiliki gambaran penempatan pasukan kami dalam peta peperangan,” ucap Panglima Mishil setelah beberapa saat terjadi keheningan. “Baik, tetapi bisakah kita melakukannya setelah aku mengantar kepulangan teman-temanku?” Para pemuda Shamo memang diminta Zhou Fu untuk segera kembali menuju ke Perkemahan Lembah Merah. Hal itu berkaitan dengan pentingnya informasi kematian enam pemuda Shamo dalam misi di distrik Shidai. Zhou Fu meminta Chen Long untuk memberi peringatan pada Putra Mahkota Huang agar lebih berhati-hati sebab pasukan musuh memiliki teknik mampu meniru dan menyerupai orang-orang yang telah mati. “Ya, silakan anda mengantar para pemuda. Kami berempat juga akan turut mengantar mereka. Setelahnya, kita bisa masuk ke pemukiman Pulau Kelinci,” tutur Panglima Mishil yang merupakan pemimpi
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

327 - Sosok Jung Jae Sung

“Bertemu lagi?” sahut empat Panglima Perang yang juga sama sama keheranan seperti Zhou Fu. Untuk mengobati rasa penasarannya, Zhou Fu mempercepat langkah agar bisa segera bertemu dengan si pemilik suara. Dan, tibalah Zhou Fu di ruang tamu kediaman Ketua Jung Jae Song, pria sepuh berambut putih dengan alis dan bulu mata yang juga berwarna putih. Zhou Fu mengernyitkan keningnya beberapa saat ketika memandangi Ketua Jung yang tengah duduk di lantai. Zhou Fu dan ke empat panglima pun duduk dan membungkuk memberi penghormatan sambil menahan rasa penasaran di benak mereka. “Anda adalah… Orang yang membelah kapal warga Shamo kala itu?!” Zhou Fu tak tahan untuk mengutarakan tebakannya. “Ah, ingatanmu masih cukup baik, Anak Muda!” Ketua Jung Jae Song mengangguk tersenyum. Ia merasa lega sebab kala itu ia tak menyerang kapal Zhou Fu. Apa jadinya jika ia menyerang Zhou Fu dan kali itu mereka dipertemukan dalam sebuah barisan aliansi. “Akhirnya misteri itu terjawab!” Zhou Fu menelan ludah ses
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

328 - Safir Ke Lima

Hari telah berada di ujung fajar ketika Zhou Fu berdiri di bibir portal yang akan membawa tubuhnya menuju ke Perkemahan Lembah Merah. Urusannya di pemukiman Suku Dongwu telah usai, ia sudah mempelajari kekuatan dan kelemahan suku Dongwu. Sekaligus, ia juga telah mengantongi Lempeng Qiji dalam jumlah yang cukup. Maka, di penghujung malam itu, Zhou Fu berpamitan untuk kembali ke Perkemahan Lembah Merah. “Kami akan menunggu perintah lanjutan dari Tuan Muda Zhou! Selamat jalan…” Panglima Mishil memimpin pasukannya untuk memberi penghormatan kepada Zhou Fu yang hendak pergi. Zhou Fu mengangguk sebentar. “Jangan lupa, segera lapisi anak panah kalian dengan darah yang kuberikan tadi. Selamat malam, sampai jumpa kembali di medan perang!” ucap Zhou Fu sambil melemparkan satu senyuman sebelum membalikkan badan dan menghilang bagai ditelan angin. Begitu para panglima mengangguk mengiyakan, Zhou Fu melangkahkan kaki menuju ke portal dunia lain. Zhou Fu lenyap dari pandangan orang-orang di Pulau
last updateLast Updated : 2021-11-28
Read more

329 - Rombongan Calon Kelinci Percobaan

Perkemahan Lembah Merah terlihat lengang dikarenakan para pasukan Putra Mahkota Huang masih terlelap tidur di dalam tenda-tenda mereka. Menurut pengakuan Putra Mahkota Huang, selepas Chen Long kembali dari Pulau Kelinci dan mengabarkan apa yang terjadi pada Xu Jun, Putra Mahkota Huang segera menarik mundur semua pasukannya yang ada dalam misi. Begitu mereka kembali, terdapat lima pemuda yang pura-pura mengalami hilang ingatan. Setelah dilakukan beberapa penelusuran, diketahui bahwa pemuda-pemuda itu sebenarnya adalah prajurit Yianju yang menyamar. Maka, tanpa ampun para pasukan Putra Mahkota segera mengadili para penyusup tersebut. Sementara itu di dekat Pohon Angsana Empat Penjuru, Zhou Fu dan Putra Mahkota Huang masih berbincang dalam kegelapan. “Ini adalah potongan batu safir terakhir yang kumiliki. Tempatkan batu ini di posisi yang paling menguntungkan bagi pasukan kita!” Putra Mahkota Huang memberikan pecahan berlian biru kepada Zhou Fu lantas mengajari Zhou Fu cara penggunaan b
last updateLast Updated : 2021-11-28
Read more

330 - Menolong Gadis Kecil

Meski cukup kasihan dan tak tega mendengar jeritan si gadis kecil, orang-orang yang berada dalam rombongan Kelinci Percobaan tak ada yang berani menolongnya. Jangankan menolong, menoleh ke arah gadis yang dicambuk itu saja tak ada yang punya nyali. Aturan mainnya adalah, jika seseorang ingin menolong yang lain, maka ia harus bersedia menanggung hukuman dua kali lebih brutal. “Orang miskin, orang lemah, semuanya adalah sampah yang mengotori dunia!” Dari kejauhan, Zhou Fu terlihat mengepalkan kedua tangannya dengan napas tertahan. Otaknya berpikir cepat mencari cara terbaik untuk menyelamatkan si gadis kecil tanpa harus membuat keributan. Segera setelah menemukan cara, Zhou Fu menganggukkan kepala lantas melangkah cepat menyusul rombongan Kelinci Percobaan. “Adik!!!” Zhou Fu berlari ke arah si gadis kecil yang menjerit kesakitan. Mendengar suara teriakan dari Zhou Fu, prajurit yang tengah mencambuk si gadis kecil lantas berhenti sejenak untuk menoleh ke belakang. Dari arah belakang, Z
last updateLast Updated : 2021-11-29
Read more

331 - Persiapan di Atas Meja

Kata-kata yang telah diucapkan tak bisa lagi ditarik ulang. Karena telah berjanji atas nama Dewa, prajurit Yianju itu tak berani menjilat ludahnya sendiri. Ia pun menerima tumpukan uang dari Zhou Fu lantas memberikannya pada di gadis kecil. “Cih! Aku tak ingin menodai janjiku pada Dewa! Ini, kau dinyatakan bebas bersyarat!” Si prajurit menyerahkan separuh hartanya kepada si gadis. Gadis itu menerima uang tersebut dengan tangan gemetar. “Nah, adik sepupu, kau sepertinya kelaparan. Ada kedai besar tak jauh dari sini, pergilah ke sana untuk makan. Kita berpisah sekarang, jaga dirimu baik-baik,” ucap Zhou Fu selagi menepuk-nepukkan telapak tangannya ke kepala si gadis kecil. “Terima kasih, kakak sepupu!” ucapnya kala itu. Ia lantas berbalik arah dan berlari sekencang yang ia bisa, menikmati kebebasan yang baru saja ia dapatkan. Luka-luka di tubuhnya telah disembuhkan oleh Zhou Fu, itu membuatnya mampu berlari dengan kecepatan penuh. “Tunggu apa lagi! Ayo kita lanjutkan perjalanan! Cih,
last updateLast Updated : 2021-11-29
Read more

332 - Jati Diri Zhou Fu

Efek samping ramuan yang diberikan Xiao Lang sepertinya masih belum hilang di tubuh Zhou Fu. Siang itu di dalam bilik sel tahanan Yianju, Zhou Fu yang bermeditasi tiba-tiba terbang ke alam mimpi. Dalam mimpinya tersebut, ia tengah bertarung dengan sosok pendekar sakti yang ia panggil sebagai Penguasa Kedua. Pertarungan itu berlangsung di tengah-tengah sebuah samudra luas dan terjadi selama lebih dari satu bulan penuh. Tak ada yang menang dan tak ada yang kalah hingga di hari ke empat puluh, Penguasa Kedua berhasil ditaklukkan Zhou Fu dengan cara disegel ke dalam sebuah pedang keramat. Ketika nyawa Penguasa Kedua dimasukkan ke dalam sebuah pedang pusaka, lelaki berteriak dengan geram kepada Zhou Fu. “Aku mungkin gagal membunuhmu saat ini, tapi ingat, masih ada Penguasa Penguasa Ketiga dan Penguasa Keempat yang akan menghabisimu! Kematian akan segera menjadi takdirmu, Naga Sialan!” Zhou Fu tergeragap bangun dari mimpinya. Tubuhnya masih berada dalam posisi bersila di sudut ruang sel t
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more

333 - Putri Diao Chang

Mimpi Zhou Fu masih berlanjut. Dari alam mimpi itu juga, Zhou Fu melihat tiga sosok yang dia sebut sebagai kakak seperguruan. Mereka adalah Fang Bai, penguasa Benua Barat dengan ciri khas tato Harimau Putih di punggungnya. Lalu, Zhu Qiu si penguasa Benua Selatan yang memiliki gambar berbentuk burung Fenik di punggungnya. Kemudian, kakak seperguruan pertamanya adalah Xuan Wu, penguasa Benua Utara dengan tato Kura kura hitam di bagian punggungnya. Sementara Zhou Fu sendiri melihat dirinya sebagai adik termuda yang dijuluki dengan Penguasa Benua Timur, pemilik tato naga sekaligus suami dari Putri Diao Chang. “Bangun! Dasar Pemalas!” Mimpi Zhou Fu buyar seketika tatkala lengannya diseret oleh seorang prajurit Yianju. Kala itu, sel tahanan yang ia tempati telah terlihat gelap dan hanya diterangi dengan obor-obor kecil di sepanjang lorong penjara. Zhou Fu membiarkan lengannya diseret dan mengikuti ke mana prajurit itu membawanya pergi. Ketimbang membuat ribut dengan si prajurit, Zhou Fu m
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more
PREV
1
...
3233343536
...
80
DMCA.com Protection Status