Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 261 - Chapter 270

794 Chapters

255 - Sebuah Misi

Seseorang yang baru saja mendapat murka dari Maolin segera berdiri dari tempat duduknya. Pria itu melangkah maju ke depan lantas menghadap ke arah Maolin dan mulai bersujud menempelkan keningnya ke tanah. “Maafkan atas kelancanganku, Ketua Mao. Mohon beri pengampunan pada mulut busukku yang tak tau tata krama ini!” ucap pria itu dengan suara tercekat, membuat Zhou Fu semakin penasaran dengan kekuatan yang dimiliki Maolin si tangan satu. “Tetap bersujud sampai rapat selesai! Dengan begitu, aku akan memperhitungkan kembali untuk memberi pengampunan pada kecerobohanmu!” geram Maolin pada pria itu. “Baik, Ketua Mao!” Maka, suasana kembali menjadi hening sesaat. Semua orang mulai bersiap siaga untuk tak asal berbicara karena satu kali saja salah berucap, nasib buruk akan dengan sukarela menjemput mereka. “Nah, aku akan melanjutkan pidatoku,” ucap Maolin seraya menggoyangkan lututnya dengan keras hingga membuat tubuh Liu Bian yang menggelayut di kakinya menjadi tersungkur ke tanah. Liu
last updateLast Updated : 2021-10-05
Read more

256 - Orang yang Sama

“Sebutkan!” Maolin tak berniat untuk berbasa-basi. Tarik ulur dalam sebuah kesepakatan merupakan sesuatu yang lumrah terjadi. Dan, meski masih cukup muda, Maolin sepertinya telah sering dihadapkan pada posisi-posisi seperti itu. “Aku adalah bocah bau kencur yang benar-benar tak tahu arah. Aku bisa menjalankan misi-misi berbahaya, tetapi ketidaktahuanku bisa jadi membuat misiku bertemu kegagalan!” “Cih! Asal kau tahu saja, di saat-saat yang seperti ini, harga informasi bisa jadi lebih mahal ketimbang harga kepala manusia!” Maolin menyunggingkan senyum mengejek. Ia tentu mengerti jika Zhou Fu berniat menguras beragam informasi penting yang ia miliki. “Aku hanya akan berbagi beberapa informasi terkait misi. Jika kau butuh lebih, kau bisa berjuang sendiri!” “Coba sebutkan informasi apa saja yang berkaitan dengan misi?” Maolin menunjuk salah seorang pria berotot yang duduk di barisan anggota elit. Pria tersebut mengangguk lantas berdiri dan bersiap menyampaikan sesuatu. Dari caranya men
last updateLast Updated : 2021-10-07
Read more

257 - Pelabuhan Shamo

Zhou Fu mengumpulkan ingatannya tentang sosok pria berbalut kain putih yang menenggelamkan kapal Shamo tempo hari itu. Kapal yang ditenggelamkan tersebut memiliki besar dua entah tiga kali lipat lebih besar ketimbang kapal Guichuan. Kapal itu juga sedang dipenuhi dengan racun mematikan di menit-menit sebelum tenggelam. “Cukup masuk akal jika pria itu adalah Dan Mengxue! Hanya saja, untuk apa dia menghabisi orangnya sendiri?” gumam Zhou Fu ketika ia tengah duduk sendirian di dalam ruangan pribadinya. Berdasarkan informasi dari Song Weifu, Dan Mengxue adalah pemimpin yang menguasai Markas Yianju, posisinya lebih tinggi dan mengungguli keluarga Feng Yaoshan selaku pemiliki sah dari markas tersebut. Di tengah-tengah rasa penasaran yang memenuhi kepala Zhou Fu, ia teringat bisikan Shen Shen yang juga diucapkan sebelum ia berpisah dengan gadis itu. “Dalam waktu dekat, Tuan Wang Yuji juga akan tiba di Markas Yianju. Bergabunglah bersamanya untuk mendapatkan penawar racun dari tangan Dan Me
last updateLast Updated : 2021-10-07
Read more

258 - Kelinci Percobaan

Melihat wajah Zhou Fu yang kebingungan, si awak kapal segera tahu jika Zhou Fu sepertinya memang belum pernah menginjakkan kaki ke negeri Shamo. “Saya tebak, ini adalah kali pertama Tuan Muda bertandang ke Negeri Shamo!” celetuk si awak kapal. “Benar. Jadi, apa yang terjadi di sini?!” “Hhhmmmh…” si awak kapal menarik napas dalam sebelum ia buka suara. “Krisis yang berkepanjangan telah melanda negeri ini. Meski dikelilingi oleh lautan yang luas, negeri Shamo mengalami kekeringan selama berpuluh-puluh tahun. Kemiskinan dan kelaparan menjadi pemandangan yang lumrah di tempat ini. Mereka semua itu adalah para pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pendatang yang hendak berkunjung ke Shamo. Hanya saja, saya tak mengira keadaan mereka semengerikan itu.” “Berapa tahun mereka tak makan? Paman melihatnya bukan, mereka bahkan seperti tengkorak berjalan!” Zhou Fu menelan ludah, mengingat kembali sosok-sosok seperti tengkorak dengan kulit hitam legam dan bola mata membesar akibat t
last updateLast Updated : 2021-10-07
Read more

259 - Kelinci Percobaan II

Zhou Fu memijakkan kakinya ke tanah kering berwarna cokelat yang merekah di sana sini. Jika seseorang menjatuhkan koin perak di tempat itu, bisa dipastikan orang tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan uangnya kembali. Tanah yang dipijakinya tak lagi berbentuk datar dengan rerumputan hijau di atas permukaannya. Gersang… Langkah Zhou Fu terhenti ketika matanya menangkap sekerumunan manusia yang tengah saling menangis di hadapan beberapa pria berpakaian layaknya seorang prajurit. Orang-orang itu berkerumun di depan sebuah bangunan besar dengan papan nama yang juga cukup besar. Sayang, Zhou Fu sama sekali tak bisa membaca tulisan di papan besar itu. “Kumohon jangan lakukan itu…” jeritan seorang perempuan terdengar begitu nyaring dan mengusik telinga. Rasa penasaran membuat kaki Zhou Fu melangkah mendekat dan tak berapa lama, ia tiba di dekat tanah lapang itu. Tetapi, tak ada yang memedulikan kehadiran Zhou Fu sebagaimana orang-orang tengah sibuk dengan tangisa
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more

260 - Kedai

“Kakak… Siapa kakak sebenarnya?” tanya Chen Chen pada Zhou Fu yang masih memegangi pergelangan tangannya dengan erat. “Bicaranya nanti saja, cepat tunjukkan padaku di mana rumah makan terbaik di sekitar sini!” bentak Zhou Fu dengan nada geram. Sepanjang ia membawa pergi dua manusia itu, telinganya tak berhenti mendengar bunyi perut keroncongan dari keduanya. Zhou Fu marah, tapi tak tahu harus marah pada siapa. “Tuan Muda, apakah Kau adalah Dewa yang sedang menyamar?” tanya ibu Chen Chen ragu-ragu. “Ya. Anggap saja begitu. Jadi, di mana kedai terbaik di sini?” Ibu Chen Chen menunjuk ke sebuah arah. Zhou Fu lantas menggandeng keduanya dan berjalan dengan cepat menuju ke sebuah rumah makan yang ditunjuk oleh ibu Chen Chen. Begitu mereka sampai di kedai tersebut, Zhou Fu segera memerintahkan Chen Chen dan ibunya untuk memesan apa saja yang mereka mau. “Pesan yang banyak! Jika tidak, aku akan menghukum kalian berdua!” bentak Zhou Fu pada keduanya. Tentu saja, Chen Chen dan ibunya sege
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more

261 - Distrik Shanxin

Kereta Kuda dari Biro Pengawal kedadi tengah berjalan menyusuri hutan menuju ke Distrik Shanxin, tempat di mana keluarga Chen Chen berada. Sepanjang perjalanan, Chen Chen dan ibunya hampir tak berhenti bertanya kepada ZhouFu tentang alasannya melakukan kebaikan sebesar itu. “Anak muda, dengan uang sebanyak itu, bukankah kau bisa bermain judi, datang ke rumah bordil, berpesta arak dan bersenang-senang sepanjang umurmu? Mengapa kau menolong kami?” tanya ibu Chen Chen ketika Chen Chen telah terlelap tidur. “Bibi, aku sudah pernah mati,” jawab Zhou Fu singkat padat, tetapi tak cukup jelas bagi ibu Chen Chen. “Eh? Mati? Lalu? Bagaimana maksud dan kaitannya dengan pertanyaanku?” “Ketika aku mati, Roh Suci datang untuk menyelamatkanku dengan alasan karena aku dinilai banyak melakukan kebaikan. Ha ha, aku sedang menjalankan misi besar saat ini.” Alis ibu Chen Chen bertaut sebentar. “Kau kembali berbuat baik lagi agar jika di kemudian hari kau terbunuh maka Roh Suci akan memberimu kesempat
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more

262 - Pria-Pria yang Bersembunyi

“Tuan-Tuan,” tanya Zhou Fu tiba-tiba di tengah para warga melahap aneka makanan di halaman gubuk Chen Chen. “Ehm… Apakah Distrik Shanxin juga dihuni oleh para pendekar berilmu?” Salah seorang warga lelaki berusia empat puluhan tahun terkekeh. “Tuan Muda, jika ada di antara kami yang berilmu, kami pasti sudah bergabung dalam jaringan perampok atau perompak! Dengan begitu, kami tak mungkin kemiskinan seperti ini. Ha ha!” “Ya, dia benar. Distrik Shanxin hanya dihuni oleh sampah-sampah tak berguna seperti kami ini, ha ha ha!” sahut yang lain. “Kakak, mengapa kakak bertanya demikian?” tanya Chen Chen sambil mengikuti bola mata Zhou Fu yang tengah menyisir ke beberapa arah. “Apakah ada sesuatu yang tak kami tahu?” “Benar. Aku merasakan adanya getaran pendekar berilmu!” sahut Zhou Fu dengan mata tertuju ke beberapa sudut pemukiman yang sunyi nan gersang. “Di arah barat laut, di sana sepertinya tengah ada tiga orang pendekar yang mengawasi keberadaan kita.” “Tuan Muda mungkin kelelahan da
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more

263 - Tiga Kembar Berdarah

“Cih!!! Berani-beraninya kau berbicara pada kami dengan nada mengejek!” si bungsu dari tiga bersaudara terlihat geram meski rasa pikirannya juga masih dipenuhi dengan kebingungan akan kedatangan Zhou Fu yang tiba-tiba. “Sebutkan alasan mengapa aku harus takut pada kalian?!” Zhou Fu berucap lagi dengan tanpa mengurangi tatapannya yang penuh ejekan. Dari gelagat tiga pendekar itu, Zhou Fu jelas paham jika ketiga-tiganya adalah pendekar-pendekar bengis yang kerap memanfaatkan kekuatan mereka untuk menindas warga yang lemah. “Bajingan mulut busukmu itu! Kakak pertama akan memberimu hadiah yang lebih menyakitkan ketimbang kematian! Merengeklah memohon maaf dari sekarang!” hardik si bungsu lagi, kali itu dengan menodongkan pedangnya ke atas menghadap Zhou Fu. “Ya! Jika kau ingin berjumpa dengan kematian yang menyenangkan, bersujudlah pada kakakku!” kelakar si adik ke dua dengan mendongakkan dagunya ke arah pria yang paling tua. “Tidak! Jangan pernah meminta maaf padaku sebab aku ingin me
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more

264 - Ranting Lapuk

“Jadi, kapan penderitaanku akan dimulai?” tanya Zhou Fu lagi-lagi dengan menampakkan ekspresi yang mengejek kepada kelompok Tiga Kembar Berdarah. Berbicara soal penderitaan, Tiga Kembar Berdarah adalah ahlinya. Mereka kerap menyiksa warga Shamo dengan model penyiksaan yang melukai batin dan juga fisik para korban. Mula-mula, Tiga Kembar Berdarah akan berkelana dari satu distrik ke distrik lain untuk memaksa orang-orang lemah agar bersedia menjual nyawa ke markas Yianju. Para korban dibiarkan gigit jari melihat banyaknya uang yang diterima Tiga Kembar Berdarah, sementara mereka akan digiring ke pusat penelitian untuk dijadikan kelinci percobaan. Di markas Yianju, sesekali para korban akan dipaksa menenggak racun demi memudahkan peneliti untuk melihat seberapa cepat racun itu merenggut nyawa manusia. Kelinci percobaan Markas Yianju juga tak bisa menolak jika sewaktu-waktu tubuh mereka ditebas atau bahkan dicincang hidup-hidup oleh para putra bangsawan yang menjadikan mereka obyek burua
last updateLast Updated : 2021-10-20
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
80
DMCA.com Protection Status