Zhou Fu mengumpulkan ingatannya tentang sosok pria berbalut kain putih yang menenggelamkan kapal Shamo tempo hari itu. Kapal yang ditenggelamkan tersebut memiliki besar dua entah tiga kali lipat lebih besar ketimbang kapal Guichuan. Kapal itu juga sedang dipenuhi dengan racun mematikan di menit-menit sebelum tenggelam. “Cukup masuk akal jika pria itu adalah Dan Mengxue! Hanya saja, untuk apa dia menghabisi orangnya sendiri?” gumam Zhou Fu ketika ia tengah duduk sendirian di dalam ruangan pribadinya. Berdasarkan informasi dari Song Weifu, Dan Mengxue adalah pemimpin yang menguasai Markas Yianju, posisinya lebih tinggi dan mengungguli keluarga Feng Yaoshan selaku pemiliki sah dari markas tersebut. Di tengah-tengah rasa penasaran yang memenuhi kepala Zhou Fu, ia teringat bisikan Shen Shen yang juga diucapkan sebelum ia berpisah dengan gadis itu. “Dalam waktu dekat, Tuan Wang Yuji juga akan tiba di Markas Yianju. Bergabunglah bersamanya untuk mendapatkan penawar racun dari tangan Dan Me
Melihat wajah Zhou Fu yang kebingungan, si awak kapal segera tahu jika Zhou Fu sepertinya memang belum pernah menginjakkan kaki ke negeri Shamo. “Saya tebak, ini adalah kali pertama Tuan Muda bertandang ke Negeri Shamo!” celetuk si awak kapal. “Benar. Jadi, apa yang terjadi di sini?!” “Hhhmmmh…” si awak kapal menarik napas dalam sebelum ia buka suara. “Krisis yang berkepanjangan telah melanda negeri ini. Meski dikelilingi oleh lautan yang luas, negeri Shamo mengalami kekeringan selama berpuluh-puluh tahun. Kemiskinan dan kelaparan menjadi pemandangan yang lumrah di tempat ini. Mereka semua itu adalah para pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pendatang yang hendak berkunjung ke Shamo. Hanya saja, saya tak mengira keadaan mereka semengerikan itu.” “Berapa tahun mereka tak makan? Paman melihatnya bukan, mereka bahkan seperti tengkorak berjalan!” Zhou Fu menelan ludah, mengingat kembali sosok-sosok seperti tengkorak dengan kulit hitam legam dan bola mata membesar akibat t
Zhou Fu memijakkan kakinya ke tanah kering berwarna cokelat yang merekah di sana sini. Jika seseorang menjatuhkan koin perak di tempat itu, bisa dipastikan orang tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan uangnya kembali. Tanah yang dipijakinya tak lagi berbentuk datar dengan rerumputan hijau di atas permukaannya. Gersang… Langkah Zhou Fu terhenti ketika matanya menangkap sekerumunan manusia yang tengah saling menangis di hadapan beberapa pria berpakaian layaknya seorang prajurit. Orang-orang itu berkerumun di depan sebuah bangunan besar dengan papan nama yang juga cukup besar. Sayang, Zhou Fu sama sekali tak bisa membaca tulisan di papan besar itu. “Kumohon jangan lakukan itu…” jeritan seorang perempuan terdengar begitu nyaring dan mengusik telinga. Rasa penasaran membuat kaki Zhou Fu melangkah mendekat dan tak berapa lama, ia tiba di dekat tanah lapang itu. Tetapi, tak ada yang memedulikan kehadiran Zhou Fu sebagaimana orang-orang tengah sibuk dengan tangisa
“Kakak… Siapa kakak sebenarnya?” tanya Chen Chen pada Zhou Fu yang masih memegangi pergelangan tangannya dengan erat. “Bicaranya nanti saja, cepat tunjukkan padaku di mana rumah makan terbaik di sekitar sini!” bentak Zhou Fu dengan nada geram. Sepanjang ia membawa pergi dua manusia itu, telinganya tak berhenti mendengar bunyi perut keroncongan dari keduanya. Zhou Fu marah, tapi tak tahu harus marah pada siapa. “Tuan Muda, apakah Kau adalah Dewa yang sedang menyamar?” tanya ibu Chen Chen ragu-ragu. “Ya. Anggap saja begitu. Jadi, di mana kedai terbaik di sini?” Ibu Chen Chen menunjuk ke sebuah arah. Zhou Fu lantas menggandeng keduanya dan berjalan dengan cepat menuju ke sebuah rumah makan yang ditunjuk oleh ibu Chen Chen. Begitu mereka sampai di kedai tersebut, Zhou Fu segera memerintahkan Chen Chen dan ibunya untuk memesan apa saja yang mereka mau. “Pesan yang banyak! Jika tidak, aku akan menghukum kalian berdua!” bentak Zhou Fu pada keduanya. Tentu saja, Chen Chen dan ibunya sege
Kereta Kuda dari Biro Pengawal kedadi tengah berjalan menyusuri hutan menuju ke Distrik Shanxin, tempat di mana keluarga Chen Chen berada. Sepanjang perjalanan, Chen Chen dan ibunya hampir tak berhenti bertanya kepada ZhouFu tentang alasannya melakukan kebaikan sebesar itu. “Anak muda, dengan uang sebanyak itu, bukankah kau bisa bermain judi, datang ke rumah bordil, berpesta arak dan bersenang-senang sepanjang umurmu? Mengapa kau menolong kami?” tanya ibu Chen Chen ketika Chen Chen telah terlelap tidur. “Bibi, aku sudah pernah mati,” jawab Zhou Fu singkat padat, tetapi tak cukup jelas bagi ibu Chen Chen. “Eh? Mati? Lalu? Bagaimana maksud dan kaitannya dengan pertanyaanku?” “Ketika aku mati, Roh Suci datang untuk menyelamatkanku dengan alasan karena aku dinilai banyak melakukan kebaikan. Ha ha, aku sedang menjalankan misi besar saat ini.” Alis ibu Chen Chen bertaut sebentar. “Kau kembali berbuat baik lagi agar jika di kemudian hari kau terbunuh maka Roh Suci akan memberimu kesempat
“Tuan-Tuan,” tanya Zhou Fu tiba-tiba di tengah para warga melahap aneka makanan di halaman gubuk Chen Chen. “Ehm… Apakah Distrik Shanxin juga dihuni oleh para pendekar berilmu?” Salah seorang warga lelaki berusia empat puluhan tahun terkekeh. “Tuan Muda, jika ada di antara kami yang berilmu, kami pasti sudah bergabung dalam jaringan perampok atau perompak! Dengan begitu, kami tak mungkin kemiskinan seperti ini. Ha ha!” “Ya, dia benar. Distrik Shanxin hanya dihuni oleh sampah-sampah tak berguna seperti kami ini, ha ha ha!” sahut yang lain. “Kakak, mengapa kakak bertanya demikian?” tanya Chen Chen sambil mengikuti bola mata Zhou Fu yang tengah menyisir ke beberapa arah. “Apakah ada sesuatu yang tak kami tahu?” “Benar. Aku merasakan adanya getaran pendekar berilmu!” sahut Zhou Fu dengan mata tertuju ke beberapa sudut pemukiman yang sunyi nan gersang. “Di arah barat laut, di sana sepertinya tengah ada tiga orang pendekar yang mengawasi keberadaan kita.” “Tuan Muda mungkin kelelahan da
“Cih!!! Berani-beraninya kau berbicara pada kami dengan nada mengejek!” si bungsu dari tiga bersaudara terlihat geram meski rasa pikirannya juga masih dipenuhi dengan kebingungan akan kedatangan Zhou Fu yang tiba-tiba. “Sebutkan alasan mengapa aku harus takut pada kalian?!” Zhou Fu berucap lagi dengan tanpa mengurangi tatapannya yang penuh ejekan. Dari gelagat tiga pendekar itu, Zhou Fu jelas paham jika ketiga-tiganya adalah pendekar-pendekar bengis yang kerap memanfaatkan kekuatan mereka untuk menindas warga yang lemah. “Bajingan mulut busukmu itu! Kakak pertama akan memberimu hadiah yang lebih menyakitkan ketimbang kematian! Merengeklah memohon maaf dari sekarang!” hardik si bungsu lagi, kali itu dengan menodongkan pedangnya ke atas menghadap Zhou Fu. “Ya! Jika kau ingin berjumpa dengan kematian yang menyenangkan, bersujudlah pada kakakku!” kelakar si adik ke dua dengan mendongakkan dagunya ke arah pria yang paling tua. “Tidak! Jangan pernah meminta maaf padaku sebab aku ingin me
“Jadi, kapan penderitaanku akan dimulai?” tanya Zhou Fu lagi-lagi dengan menampakkan ekspresi yang mengejek kepada kelompok Tiga Kembar Berdarah. Berbicara soal penderitaan, Tiga Kembar Berdarah adalah ahlinya. Mereka kerap menyiksa warga Shamo dengan model penyiksaan yang melukai batin dan juga fisik para korban. Mula-mula, Tiga Kembar Berdarah akan berkelana dari satu distrik ke distrik lain untuk memaksa orang-orang lemah agar bersedia menjual nyawa ke markas Yianju. Para korban dibiarkan gigit jari melihat banyaknya uang yang diterima Tiga Kembar Berdarah, sementara mereka akan digiring ke pusat penelitian untuk dijadikan kelinci percobaan. Di markas Yianju, sesekali para korban akan dipaksa menenggak racun demi memudahkan peneliti untuk melihat seberapa cepat racun itu merenggut nyawa manusia. Kelinci percobaan Markas Yianju juga tak bisa menolak jika sewaktu-waktu tubuh mereka ditebas atau bahkan dicincang hidup-hidup oleh para putra bangsawan yang menjadikan mereka obyek burua
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.