“Cih!!! Berani-beraninya kau berbicara pada kami dengan nada mengejek!” si bungsu dari tiga bersaudara terlihat geram meski rasa pikirannya juga masih dipenuhi dengan kebingungan akan kedatangan Zhou Fu yang tiba-tiba. “Sebutkan alasan mengapa aku harus takut pada kalian?!” Zhou Fu berucap lagi dengan tanpa mengurangi tatapannya yang penuh ejekan. Dari gelagat tiga pendekar itu, Zhou Fu jelas paham jika ketiga-tiganya adalah pendekar-pendekar bengis yang kerap memanfaatkan kekuatan mereka untuk menindas warga yang lemah. “Bajingan mulut busukmu itu! Kakak pertama akan memberimu hadiah yang lebih menyakitkan ketimbang kematian! Merengeklah memohon maaf dari sekarang!” hardik si bungsu lagi, kali itu dengan menodongkan pedangnya ke atas menghadap Zhou Fu. “Ya! Jika kau ingin berjumpa dengan kematian yang menyenangkan, bersujudlah pada kakakku!” kelakar si adik ke dua dengan mendongakkan dagunya ke arah pria yang paling tua. “Tidak! Jangan pernah meminta maaf padaku sebab aku ingin me
“Jadi, kapan penderitaanku akan dimulai?” tanya Zhou Fu lagi-lagi dengan menampakkan ekspresi yang mengejek kepada kelompok Tiga Kembar Berdarah. Berbicara soal penderitaan, Tiga Kembar Berdarah adalah ahlinya. Mereka kerap menyiksa warga Shamo dengan model penyiksaan yang melukai batin dan juga fisik para korban. Mula-mula, Tiga Kembar Berdarah akan berkelana dari satu distrik ke distrik lain untuk memaksa orang-orang lemah agar bersedia menjual nyawa ke markas Yianju. Para korban dibiarkan gigit jari melihat banyaknya uang yang diterima Tiga Kembar Berdarah, sementara mereka akan digiring ke pusat penelitian untuk dijadikan kelinci percobaan. Di markas Yianju, sesekali para korban akan dipaksa menenggak racun demi memudahkan peneliti untuk melihat seberapa cepat racun itu merenggut nyawa manusia. Kelinci percobaan Markas Yianju juga tak bisa menolak jika sewaktu-waktu tubuh mereka ditebas atau bahkan dicincang hidup-hidup oleh para putra bangsawan yang menjadikan mereka obyek burua
“Bajingan! Dia sudah terlalu lancang menghina kita, Kakak! Apakah aku boleh turut menghajarnya?!” tanya si kakak kedua pada kakak pertama. “Tidak! Itu bukan pertarunganmu! Kita melihat saja dari sini, biarkan adik ketiga yang membereskan pemuda congkak itu!” Maka, tangan si pendekar bungsu pun perlahan-lahan mulai bergetar. Ia mendapat tekanan dari dua pihak sekaligus. Tekanan dari kedua kakaknya yang seolah menuntutnya untuk segera menghabisi Zhou Fu, sekaligus ancaman dari kekuatan Zhou Fu yang masih belum bisa ia perkirakan. “Sial! Apa aku pakai rumput kering saja, heh? Bagaimana menurutmu?” Zhou Fu bertanya dengan posisi berjongkok dan menyodorkan sehelai rumput kering berwrna kecoklatan. “Cukup! Telingaku sudah tak bisa lagi menampung hinaan darimu!” geram si bungsu. Slaaassh!!! Ia menebaskan pedang ke udara, membuat kerikil kecil, bebatuan, dan bongkahan tanah gersang berhamburan ke segala arah. Angin kuat menerjang Zhou Fu, tetapi karena Zhou Fu bahkan masih berjongkok di
BRAKK!!! Tubuh si kakak kedua terpental puluhan meter bebarengan ketika Zhou Fu mengibaskan satu telapak tangan kirinya ke udara. Di tahap itu, ia telah mampu membuat segel pelindung hanya dengan satu kibasan tangan. Sebuah kemampuan yang bahkan belum bisa dilakukan oleh gurunya yang mengajari ilmu segel, Panglima Yeongjo. “Ini baru hitungan ke sepuluh! Tadi kakak pertama kalian mengatakan jika Paman baru boleh maju setelah hitungan ke dua puluh! Hormatilah dia sebagai kakak tertua kalian!” gerutu Zhou Fu sambil satu tangannya merogoh ke bagian dalam jubah si bungsu, meraba-raba di mana pria itu menyembunyikan pil hitam. “Diii… Dia mampu mendengar gumaman pelanku?!” si Kakak pertama mencengkeram tangannya sendiri, antara geram dan mulai dirayapi khawatir. “Nah, ini dia!” tukas Zhou Fu setelah menemukan satu tabung berisi pil berwarna hitam pekat. “Berapa pil yang harus dibutuhkan untuk membuatnya bisa bertarung lagi?” teriak Zhou Fu pada kakak kedua yang baru saja bangun setelah te
Benar saja, tak lama berselang, tubuh Zhou Fu yang tadinya sama sekali tak tersentuh, kali itu ia harus rela menerima beberapa pukulan dari pendekar bungsu Kembar Berdarah. Dibanding dengan pertarungannya yang pertama, Zhou Fu bisa merasakan perbedaan yang cukup jauh dari segi kecepatan dan ketepatan gerakan dari musuhnya. “Ha ha ha! Lihat, pemuda congkak itu telah menerima beberapa pukulan adik!” tawa si sulung menggema begitu melihat efek Pil Naga Surgawi mulai melukai Zhou Fu. “Tak lama lagi! Tak lama lagi dia akan menjadi bangkai busuk, Kakak!” timpal si kakak kedua yang juga mulai dihinggapi perasaan senang. “Pil Naga Surgawi memang tak pernah mengecewakan! Aku akan mencongkel jantungmu dan melahapnya segera agar kau memiliki kenangan indah sebelum pergi ke neraka!” sesumbar si bungsu setelah beberapa kali pukulannya mengenai tubuh Zhou Fu. Saat itu, ia tak lagi bisa menggunakan pedang pusakanya sebab pedang itu telah dipatahkan Zhou Fu beberapa saat sebelumnya. “Jangan senang
Dari tempatnya bersembunyi, Chen Chen seolah sedang melihat keajaiban yang datang bertubi-tubi. Bocah itu tak bisa berhenti menggeleng-gelengkan kepala sebab matanya tengah melihat pertempuran tak berimbang antara Tiga Kembar Berdarah dengan Zhou Fu yang hanya menggunakan satu tangan. Saat itu, pendekar bungsu mulai bisa memahami alasan mengapa cengkeraman Zhou Fu di lehernya sama sekali tak membuatnya tercekik. Zhou Fu sejatinya hanya ingin menunjukkan jika ia mampu mengalahkan dua kakak beradik Kembar Berdarah, hanya dengan menggunakan sebelah tangan. “Sekarang, seharusnya kalian sudah cukup menyadari jika kekuatan kita tak berimbang! Tidak ada gunanya pertarungan ini dilanjutkan!” gumam Zhou Fu dengan satu tangannya lagi mencengkeram leher si kakak kedua sementara kaki kirinya tengah berada tepat di tengkuk si kakak pertama yang tersungkur jatuh. Semuanya telah kalah. Jika bersedia, Zhou Fu hanya perlu menyentakkan tenaga dalamnya untuk menghabisi nyawa ketiga musuhnya itu. Tetap
Dari laju pergerakannya, Zhou Fu bisa mengukur jika seseorang yang ia kejar itu memiliki ilmu beladiri yang jauh lebih tinggi ketimbang kelompok Tiga Kembar Berdarah. Meski demikian, ia merasa cukup yakin bahwa kemampuannya masih unggul jauh. “Wajahnya masih terlalu muda untuk memiliki kekuatan sebesar itu! Bagaimana bisa Tiga Kembar Berdarah ditaklukkan dengan mudah?! Aku terlalu meremehkan kemampuannya!” gumam seseorang yang dikejar Zhou Fu. Ia terus mempercepat laju lesatannya karena tak ingin bernasib sama seperti kelompok Tiga Kembar Berdarah. Di waktu yang sama di lain tempat, Zhou Fu menghela napas lagi sebab dari arah yang berbeda, ia juga merasakan adanya getaran kekuatan seseorang yang berilmu. “Cih! Bagaimana bisa mereka menyambut tamu dengan cara seperti ini?!” Zhou Fu menggerutu sambil membatin tentang sesuatu. Meski dipimpin oleh Kaisar yang kejam dan jahat, Caihong nyatanya jauh lebih baik dari pada Shamo. “Berhenti! Jangan dikejar! Tak semua pengganggu harus kau ganj
Zhou Fu sudah memaksa Huang Fei untuk bangkit, tetapi pria itu tetap diam dalam posisinya. Ia bersujud menghadap Zhou Fu sambil mengucapkan terima kasih entah berapa puluh kali. “Saya hanya membelikan mereka makanan, Tuan Huang tak perlu berterima kasih secara berlebihan…” ucap Zhou Fu yang kali itu melangkah maju dan mengangkat pundak Huang Fei agar bersedia bangun. “Andai aku memiliki uang, ah… Aku juga ingin melakukan hal yang sama! Bahkan, setelah ayahku menjual istana, kami masih tetap tak mampu untuk memberi kesejahteraan pada rakyat kami. Sekali lagi, terima kasih untuk kebaikanmu hari ini,” tutur Huang Fei seraya bangkit dari bersujud. “Sepertinya Tuan Huang ingin menyampaikan sesuatu, mari kita mulai pembicaraan kita.” Huang Fei mengangguk, mereka lantas duduk dan saling berhadapan di depan meja bundar sederhana di rumah Chen Chen. “Saudara Zhou, letak kerajaan Shamo berada di ujung barat daya daratan ini. Aku telah berkelana selama dua tahun terakhir ini untuk berkelilin
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.