Dari tempatnya bersembunyi, Chen Chen seolah sedang melihat keajaiban yang datang bertubi-tubi. Bocah itu tak bisa berhenti menggeleng-gelengkan kepala sebab matanya tengah melihat pertempuran tak berimbang antara Tiga Kembar Berdarah dengan Zhou Fu yang hanya menggunakan satu tangan. Saat itu, pendekar bungsu mulai bisa memahami alasan mengapa cengkeraman Zhou Fu di lehernya sama sekali tak membuatnya tercekik. Zhou Fu sejatinya hanya ingin menunjukkan jika ia mampu mengalahkan dua kakak beradik Kembar Berdarah, hanya dengan menggunakan sebelah tangan. “Sekarang, seharusnya kalian sudah cukup menyadari jika kekuatan kita tak berimbang! Tidak ada gunanya pertarungan ini dilanjutkan!” gumam Zhou Fu dengan satu tangannya lagi mencengkeram leher si kakak kedua sementara kaki kirinya tengah berada tepat di tengkuk si kakak pertama yang tersungkur jatuh. Semuanya telah kalah. Jika bersedia, Zhou Fu hanya perlu menyentakkan tenaga dalamnya untuk menghabisi nyawa ketiga musuhnya itu. Tetap
Dari laju pergerakannya, Zhou Fu bisa mengukur jika seseorang yang ia kejar itu memiliki ilmu beladiri yang jauh lebih tinggi ketimbang kelompok Tiga Kembar Berdarah. Meski demikian, ia merasa cukup yakin bahwa kemampuannya masih unggul jauh. “Wajahnya masih terlalu muda untuk memiliki kekuatan sebesar itu! Bagaimana bisa Tiga Kembar Berdarah ditaklukkan dengan mudah?! Aku terlalu meremehkan kemampuannya!” gumam seseorang yang dikejar Zhou Fu. Ia terus mempercepat laju lesatannya karena tak ingin bernasib sama seperti kelompok Tiga Kembar Berdarah. Di waktu yang sama di lain tempat, Zhou Fu menghela napas lagi sebab dari arah yang berbeda, ia juga merasakan adanya getaran kekuatan seseorang yang berilmu. “Cih! Bagaimana bisa mereka menyambut tamu dengan cara seperti ini?!” Zhou Fu menggerutu sambil membatin tentang sesuatu. Meski dipimpin oleh Kaisar yang kejam dan jahat, Caihong nyatanya jauh lebih baik dari pada Shamo. “Berhenti! Jangan dikejar! Tak semua pengganggu harus kau ganj
Zhou Fu sudah memaksa Huang Fei untuk bangkit, tetapi pria itu tetap diam dalam posisinya. Ia bersujud menghadap Zhou Fu sambil mengucapkan terima kasih entah berapa puluh kali. “Saya hanya membelikan mereka makanan, Tuan Huang tak perlu berterima kasih secara berlebihan…” ucap Zhou Fu yang kali itu melangkah maju dan mengangkat pundak Huang Fei agar bersedia bangun. “Andai aku memiliki uang, ah… Aku juga ingin melakukan hal yang sama! Bahkan, setelah ayahku menjual istana, kami masih tetap tak mampu untuk memberi kesejahteraan pada rakyat kami. Sekali lagi, terima kasih untuk kebaikanmu hari ini,” tutur Huang Fei seraya bangkit dari bersujud. “Sepertinya Tuan Huang ingin menyampaikan sesuatu, mari kita mulai pembicaraan kita.” Huang Fei mengangguk, mereka lantas duduk dan saling berhadapan di depan meja bundar sederhana di rumah Chen Chen. “Saudara Zhou, letak kerajaan Shamo berada di ujung barat daya daratan ini. Aku telah berkelana selama dua tahun terakhir ini untuk berkelilin
“Jadi, apakah kita bisa membuat sebuah kesepakatan, Saudara Zhou?” Huang Fei bertanya serius pada Zhou Fu. “Tunggu sebentar, Tuan Huang!” Zhou Fu mengembalikan dulu catatan kecil yang diberikan Huang Fei. Ia lantas memikirkan ulang deretan tugas yang harus ia selesaikan di negeri itu. Pertama-tama, ia berlayar ke negeri Shamo guna berburu benda yang ditempeli nyawa Sang Kaisar yang menurut Qi Lin disembunyikan di dalam markas Yianju. Selain itu, Zhou Fu juga sekaligus ingin berburu Shufashen di negeri Shamo sebagaimana Patriark Yuan Kai juga meyakini bahwa ada Shufashen yang disembunyikan di suatu tempat di negeri Shamo. Lalu, tak lupa juga Zhou Fu mengingat kembali kesepakatannya dengan Maolin tentang mencari penawar racun untuk Liu Bian atau Zhong Bujie. Zhou Fu menggaruk-garuk kepalanya perlahan. ‘Ah, mengapa jadi sangat serba kebetulan begini?’ ungkapnya dalam hati. “Saudara Zhou, kesepakatan yang kuajukan adalah, taklukkan markas Yianju lalu aku akan menyerahkan Shufashen itu p
Suara berisik yang terdengar syahdu memenuhi bagian timur wilayah distrik Shanxin. Semua orang hampir tak percaya dengan berita yang mereka dengar. “Berterima kasihlah pada Tuan Huang, Putra Mahkota yang telah merencanakan pengungsian ini! Saya hanya membantu sedikit!” ucap Zhou Fu pada sekumpulan warga Shanxin yang akan diberangkatkan mengungsi. Zhou Fu sengata mengangkat nama Huang Fei semata-mata agar Putra Mahkota itu mendapatkan kembali wibawanya di mata rakyat Shamo. Para warga pun bersujud dan mengucapkan terima kasih berpuluh-puluh kali pada Huang Fei yang berdiri berdampingan dengan Zhou Fu. Akhirnya, mereka memiliki kesempatan untuk hidup tenang tanpa dibayang-bayangi dengan tindakan bunuh diri dengan menjual nyawa ke markas Yianju. “Baiklah semuanya, pagi ini kita akan berjalan menuju ke Biro Pengawalan terdekat. Setelahnya, kita akan diantar menggunakan kereta kuda menuju ke pelabuhan. Di sana, kapal besar Tuan Muda Zhou akan membawa kalian berlayar menuju ke pulau tempa
“Bajingan! Apakah Kau mengenal seseorang yang disebut Penguasa Ke Tiga?!” Huang Fei memutar tubuh, mencengkeram lengan Zhou Fu dengan erat sementara sorot matanya menajam dan rahangnya mengeras. Jelas sekali jika Huang Fei seperti memiliki dendam terpendam pada sosok yang disebut sebagai Penguasa Ke Tiga itu. “Tidak, Tuan Huang! Saya tidak mengenalnya. Saya baru mendengar sebutannya sesaat sebelum tiba di Shamo. Dari kabar yang saya dengar, orang tersebut memiliki kekuatan yang sangat mengerikan. Apakah Tuan Huang tahu di mana tempat Penguasa Ke Tiga bersemayam?” tanya Zhou Fu seraya menurunkan cengkeraman tangan Huang Fei dari lengannya. “Sosok itulah, dalang dari pembantaian keluargaku! Jika kau berniat memusuhi Penguasa Ke Tiga, maka, kita berdua memang wajib membuat aliansi!” Zhou Fu belum sempat membalas kalimat Huang Fei sebab saat itu, rombongan warga Shanxin telah tiba di sebuah kantor Biro Pengawal Shamo. Zhou Fu dan Huang Fei segera bergerak melakukan pemesanan beberapa ke
“Kakak, apa kakak yakin kapal kakak bisa dinaiki oleh penumpang sebanyak ini?” tanya Chen Chen pada Zhou Fu ketika rombongan warga Shanxin telah tiba di pelabuhan. “Jika aku tak yakin, mana mungkin aku membawa kalian semua sejauh ini?!” Zhou Fu menepuk pundak Chen Chen lantas berujar lagi, “Tunggu saja di sini, aku akan menemui awak kapalku untuk membantu mengangkut barang-barang kalian!” Chen Chen terpaksa mengangguk meski pikirannya masih dihantui keraguan. Nyatanya, Chen Chen tak sendiri, beberapa warga juga memiliki pikiran yang sama. Setidaknya, dibutuhkan satu kapal besar layaknya kapal induk perang untuk mengangkut seluruh warga dari distrik Shanxin yang hendak diungsikan saat itu. Sementara itu Zhou Fu hanya tersenyum selagi ia berjalan menuju ke tempat di mana kapal Guichuan berlabuh. Ketika ia telah berada tak jauh dari kapal Guichuan, seorang awak kapal lari tergopoh-gopoh mendekat dan bertanya. “Tuan Muda, apa yang membawa Tuan Muda kembali ke pelabuhan dalam waktu sesi
Dua kuda hitam tengah berpacu dalam kecepatan maksimal dari pelabuhan menuju ke arah utara. Penunggang kuda itu ialah Zhou Fu dan Huang Fu yang sedang dalam perjalanan menuju ke markas pasukan Huang Fu yang berada di Distrik Shidai, wilayah pusat kota di negeri Shamo. Jarak antara pelabuhan dan pusat kota adalah setara dengan tiga hari berkuda menggunakan kecepatan sedang dan tanpa hambatan. Sebenarnya, perjalanan menggunakan jalur udara akan bisa mempersingkat waktu tetapi Huang Fu tak menyarankan cara tersebut. “Aku ingin melindungi kerahasiaan markasku, kita harus bergerak senormal dan sebiasa mungkin untuk tiba di sana tanpa memicu kecurigaan pihak musuh!” ucap Huang Fu ketika Zhou Fu menyarankan untuk pergi menggunakan jalur udara. Kali itu, Zhou Fu benar-benar penasaran dengan bentuk dari markas pasukan Huang Fu sebab dari penuturan Putra Mahkota, markas pasukannya berada di wilayah yang tak begitu jauh dengan Markas Yianju yang juga mendiami Distrik Shidai. “Cara terbaik untu
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.