Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 271 - Chapter 280

794 Chapters

265 - Pil Hitam

“Bajingan! Dia sudah terlalu lancang menghina kita, Kakak! Apakah aku boleh turut menghajarnya?!” tanya si kakak kedua pada kakak pertama. “Tidak! Itu bukan pertarunganmu! Kita melihat saja dari sini, biarkan adik ketiga yang membereskan pemuda congkak itu!” Maka, tangan si pendekar bungsu pun perlahan-lahan mulai bergetar. Ia mendapat tekanan dari dua pihak sekaligus. Tekanan dari kedua kakaknya yang seolah menuntutnya untuk segera menghabisi Zhou Fu, sekaligus ancaman dari kekuatan Zhou Fu yang masih belum bisa ia perkirakan. “Sial! Apa aku pakai rumput kering saja, heh? Bagaimana menurutmu?” Zhou Fu bertanya dengan posisi berjongkok dan menyodorkan sehelai rumput kering berwrna kecoklatan. “Cukup! Telingaku sudah tak bisa lagi menampung hinaan darimu!” geram si bungsu. Slaaassh!!! Ia menebaskan pedang ke udara, membuat kerikil kecil, bebatuan, dan bongkahan tanah gersang berhamburan ke segala arah. Angin kuat menerjang Zhou Fu, tetapi karena Zhou Fu bahkan masih berjongkok di
last updateLast Updated : 2021-10-20
Read more

266 - Situasi Berbalik

BRAKK!!! Tubuh si kakak kedua terpental puluhan meter bebarengan ketika Zhou Fu mengibaskan satu telapak tangan kirinya ke udara. Di tahap itu, ia telah mampu membuat segel pelindung hanya dengan satu kibasan tangan. Sebuah kemampuan yang bahkan belum bisa dilakukan oleh gurunya yang mengajari ilmu segel, Panglima Yeongjo. “Ini baru hitungan ke sepuluh! Tadi kakak pertama kalian mengatakan jika Paman baru boleh maju setelah hitungan ke dua puluh! Hormatilah dia sebagai kakak tertua kalian!” gerutu Zhou Fu sambil satu tangannya merogoh ke bagian dalam jubah si bungsu, meraba-raba di mana pria itu menyembunyikan pil hitam. “Diii… Dia mampu mendengar gumaman pelanku?!” si Kakak pertama mencengkeram tangannya sendiri, antara geram dan mulai dirayapi khawatir. “Nah, ini dia!” tukas Zhou Fu setelah menemukan satu tabung berisi pil berwarna hitam pekat. “Berapa pil yang harus dibutuhkan untuk membuatnya bisa bertarung lagi?” teriak Zhou Fu pada kakak kedua yang baru saja bangun setelah te
last updateLast Updated : 2021-10-20
Read more

267 - Serangga Kecil

Benar saja, tak lama berselang, tubuh Zhou Fu yang tadinya sama sekali tak tersentuh, kali itu ia harus rela menerima beberapa pukulan dari pendekar bungsu Kembar Berdarah. Dibanding dengan pertarungannya yang pertama, Zhou Fu bisa merasakan perbedaan yang cukup jauh dari segi kecepatan dan ketepatan gerakan dari musuhnya. “Ha ha ha! Lihat, pemuda congkak itu telah menerima beberapa pukulan adik!” tawa si sulung menggema begitu melihat efek Pil Naga Surgawi mulai melukai Zhou Fu. “Tak lama lagi! Tak lama lagi dia akan menjadi bangkai busuk, Kakak!” timpal si kakak kedua yang juga mulai dihinggapi perasaan senang. “Pil Naga Surgawi memang tak pernah mengecewakan! Aku akan mencongkel jantungmu dan melahapnya segera agar kau memiliki kenangan indah sebelum pergi ke neraka!” sesumbar si bungsu setelah beberapa kali pukulannya mengenai tubuh Zhou Fu. Saat itu, ia tak lagi bisa menggunakan pedang pusakanya sebab pedang itu telah dipatahkan Zhou Fu beberapa saat sebelumnya. “Jangan senang
last updateLast Updated : 2021-10-20
Read more

268 - Mulai Mengejar!

Dari tempatnya bersembunyi, Chen Chen seolah sedang melihat keajaiban yang datang bertubi-tubi. Bocah itu tak bisa berhenti menggeleng-gelengkan kepala sebab matanya tengah melihat pertempuran tak berimbang antara Tiga Kembar Berdarah dengan Zhou Fu yang hanya menggunakan satu tangan. Saat itu, pendekar bungsu mulai bisa memahami alasan mengapa cengkeraman Zhou Fu di lehernya sama sekali tak membuatnya tercekik. Zhou Fu sejatinya hanya ingin menunjukkan jika ia mampu mengalahkan dua kakak beradik Kembar Berdarah, hanya dengan menggunakan sebelah tangan. “Sekarang, seharusnya kalian sudah cukup menyadari jika kekuatan kita tak berimbang! Tidak ada gunanya pertarungan ini dilanjutkan!” gumam Zhou Fu dengan satu tangannya lagi mencengkeram leher si kakak kedua sementara kaki kirinya tengah berada tepat di tengkuk si kakak pertama yang tersungkur jatuh. Semuanya telah kalah. Jika bersedia, Zhou Fu hanya perlu menyentakkan tenaga dalamnya untuk menghabisi nyawa ketiga musuhnya itu. Tetap
last updateLast Updated : 2021-10-20
Read more

269 - Penghadangan

Dari laju pergerakannya, Zhou Fu bisa mengukur jika seseorang yang ia kejar itu memiliki ilmu beladiri yang jauh lebih tinggi ketimbang kelompok Tiga Kembar Berdarah. Meski demikian, ia merasa cukup yakin bahwa kemampuannya masih unggul jauh. “Wajahnya masih terlalu muda untuk memiliki kekuatan sebesar itu! Bagaimana bisa Tiga Kembar Berdarah ditaklukkan dengan mudah?! Aku terlalu meremehkan kemampuannya!” gumam seseorang yang dikejar Zhou Fu. Ia terus mempercepat laju lesatannya karena tak ingin bernasib sama seperti kelompok Tiga Kembar Berdarah. Di waktu yang sama di lain tempat, Zhou Fu menghela napas lagi sebab dari arah yang berbeda, ia juga merasakan adanya getaran kekuatan seseorang yang berilmu. “Cih! Bagaimana bisa mereka menyambut tamu dengan cara seperti ini?!” Zhou Fu menggerutu sambil membatin tentang sesuatu. Meski dipimpin oleh Kaisar yang kejam dan jahat, Caihong nyatanya jauh lebih baik dari pada Shamo. “Berhenti! Jangan dikejar! Tak semua pengganggu harus kau ganj
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

270 - Kesepakatan Penting

Zhou Fu sudah memaksa Huang Fei untuk bangkit, tetapi pria itu tetap diam dalam posisinya. Ia bersujud menghadap Zhou Fu sambil mengucapkan terima kasih entah berapa puluh kali. “Saya hanya membelikan mereka makanan, Tuan Huang tak perlu berterima kasih secara berlebihan…” ucap Zhou Fu yang kali itu melangkah maju dan mengangkat pundak Huang Fei agar bersedia bangun. “Andai aku memiliki uang, ah… Aku juga ingin melakukan hal yang sama! Bahkan, setelah ayahku menjual istana, kami masih tetap tak mampu untuk memberi kesejahteraan pada rakyat kami. Sekali lagi, terima kasih untuk kebaikanmu hari ini,” tutur Huang Fei seraya bangkit dari bersujud. “Sepertinya Tuan Huang ingin menyampaikan sesuatu, mari kita mulai pembicaraan kita.” Huang Fei mengangguk, mereka lantas duduk dan saling berhadapan di depan meja bundar sederhana di rumah Chen Chen. “Saudara Zhou, letak kerajaan Shamo berada di ujung barat daya daratan ini. Aku telah berkelana selama dua tahun terakhir ini untuk berkelilin
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

271 - Rencana Huang Fei

“Jadi, apakah kita bisa membuat sebuah kesepakatan, Saudara Zhou?” Huang Fei bertanya serius pada Zhou Fu. “Tunggu sebentar, Tuan Huang!” Zhou Fu mengembalikan dulu catatan kecil yang diberikan Huang Fei. Ia lantas memikirkan ulang deretan tugas yang harus ia selesaikan di negeri itu. Pertama-tama, ia berlayar ke negeri Shamo guna berburu benda yang ditempeli nyawa Sang Kaisar yang menurut Qi Lin disembunyikan di dalam markas Yianju. Selain itu, Zhou Fu juga sekaligus ingin berburu Shufashen di negeri Shamo sebagaimana Patriark Yuan Kai juga meyakini bahwa ada Shufashen yang disembunyikan di suatu tempat di negeri Shamo. Lalu, tak lupa juga Zhou Fu mengingat kembali kesepakatannya dengan Maolin tentang mencari penawar racun untuk Liu Bian atau Zhong Bujie. Zhou Fu menggaruk-garuk kepalanya perlahan. ‘Ah, mengapa jadi sangat serba kebetulan begini?’ ungkapnya dalam hati. “Saudara Zhou, kesepakatan yang kuajukan adalah, taklukkan markas Yianju lalu aku akan menyerahkan Shufashen itu p
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

272 - Sindikat Xiaoxi

Suara berisik yang terdengar syahdu memenuhi bagian timur wilayah distrik Shanxin. Semua orang hampir tak percaya dengan berita yang mereka dengar. “Berterima kasihlah pada Tuan Huang, Putra Mahkota yang telah merencanakan pengungsian ini! Saya hanya membantu sedikit!” ucap Zhou Fu pada sekumpulan warga Shanxin yang akan diberangkatkan mengungsi. Zhou Fu sengata mengangkat nama Huang Fei semata-mata agar Putra Mahkota itu mendapatkan kembali wibawanya di mata rakyat Shamo. Para warga pun bersujud dan mengucapkan terima kasih berpuluh-puluh kali pada Huang Fei yang berdiri berdampingan dengan Zhou Fu. Akhirnya, mereka memiliki kesempatan untuk hidup tenang tanpa dibayang-bayangi dengan tindakan bunuh diri dengan menjual nyawa ke markas Yianju. “Baiklah semuanya, pagi ini kita akan berjalan menuju ke Biro Pengawalan terdekat. Setelahnya, kita akan diantar menggunakan kereta kuda menuju ke pelabuhan. Di sana, kapal besar Tuan Muda Zhou akan membawa kalian berlayar menuju ke pulau tempa
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

273 - Tiba di Biro Pengawalan

“Bajingan! Apakah Kau mengenal seseorang yang disebut Penguasa Ke Tiga?!” Huang Fei memutar tubuh, mencengkeram lengan Zhou Fu dengan erat sementara sorot matanya menajam dan rahangnya mengeras. Jelas sekali jika Huang Fei seperti memiliki dendam terpendam pada sosok yang disebut sebagai Penguasa Ke Tiga itu. “Tidak, Tuan Huang! Saya tidak mengenalnya. Saya baru mendengar sebutannya sesaat sebelum tiba di Shamo. Dari kabar yang saya dengar, orang tersebut memiliki kekuatan yang sangat mengerikan. Apakah Tuan Huang tahu di mana tempat Penguasa Ke Tiga bersemayam?” tanya Zhou Fu seraya menurunkan cengkeraman tangan Huang Fei dari lengannya. “Sosok itulah, dalang dari pembantaian keluargaku! Jika kau berniat memusuhi Penguasa Ke Tiga, maka, kita berdua memang wajib membuat aliansi!” Zhou Fu belum sempat membalas kalimat Huang Fei sebab saat itu, rombongan warga Shanxin telah tiba di sebuah kantor Biro Pengawal Shamo. Zhou Fu dan Huang Fei segera bergerak melakukan pemesanan beberapa ke
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

274 - Dua Pengintai

“Kakak, apa kakak yakin kapal kakak bisa dinaiki oleh penumpang sebanyak ini?” tanya Chen Chen pada Zhou Fu ketika rombongan warga Shanxin telah tiba di pelabuhan. “Jika aku tak yakin, mana mungkin aku membawa kalian semua sejauh ini?!” Zhou Fu menepuk pundak Chen Chen lantas berujar lagi, “Tunggu saja di sini, aku akan menemui awak kapalku untuk membantu mengangkut barang-barang kalian!” Chen Chen terpaksa mengangguk meski pikirannya masih dihantui keraguan. Nyatanya, Chen Chen tak sendiri, beberapa warga juga memiliki pikiran yang sama. Setidaknya, dibutuhkan satu kapal besar layaknya kapal induk perang untuk mengangkut seluruh warga dari distrik Shanxin yang hendak diungsikan saat itu. Sementara itu Zhou Fu hanya tersenyum selagi ia berjalan menuju ke tempat di mana kapal Guichuan berlabuh. Ketika ia telah berada tak jauh dari kapal Guichuan, seorang awak kapal lari tergopoh-gopoh mendekat dan bertanya. “Tuan Muda, apa yang membawa Tuan Muda kembali ke pelabuhan dalam waktu sesi
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
80
DMCA.com Protection Status