Accueil / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapitre 231 - Chapitre 240

Tous les chapitres de : Chapitre 231 - Chapitre 240

794

225 - Permata Induk Yokomoya

“Bibi, jangan pura-pura tidur. Aku tahu orang yang tidur detak jantungnya tak mungkin seperti ini!” Zhou Fu sedikit mengguncang-guncang tubuh Kim Yin Song tetapi perempuan tersebut tetap diam tak bergerak. Saat itu, Zhou Fu dan Kim Yin Song telah berada di luar wilayah pegunungan Namhanshan. Zhou Fu mengambil jalur sedikit memutar karena ia hendak mampir ke salah satu hutan yang kemungkinan menyimpan satwa-satwa yang bisa diburu. Selama ia menggendong Kim Yin Song, Zhou Fu sempat mendengar perut perempuan itu berbunyi menandakan jika pemiliknya sedang kelaparan. “Bibi Kim, aku akan mencari buruan sebentar. Bibi bisa beristirahat di sini selagi menungguku berburu.” Zhou Fu menyandarkan tubuh Kim Yin Song pada sebatang pohon maple terbesar. Tak lupa, ia memasang segel pelindung di tempat tersebut sebab Kim Yin Song yang baru, hanyalah seorang perempuan yang tak memiliki ilmu bela diri sedikit pun. “Oh ya, aku suka harimau betina… Apa kau bisa membawakannya untukku?!” Kim Yin Song tiba
last updateDernière mise à jour : 2021-09-14
Read More

226 - Ambisi adalah Kunci

Malam itu, Zhou Fu dan Kim Yin Song akhirnya mengobrol banyak tentang Permata Induk Yokomoya. Kim Yin Song dengan sukarela membeberkan cara-cara agar manusia bisa menguasai permata induk Yokomoya tanpa mengalami kutukan. “Apakah seorang manusia bisa melakukan itu semua?” Zhou Fu menelan ludah begitu mendengar penjelasan panjang dari Kim Yin Song. “Kabarnya, manusia memang memiliki kemampuan tak terbatas. Ambisi dan impian disebutkan sebagai dalang dari terciptanya manusia-manusia dengan kekuatan yang tak terbayangkan,” tutur Kim Yin Song seraya menghangatkan tubuhnya di depan api unggun buatan Zhou Fu. “Dari ingatanku yang tersisa, Sang Kaisar adalah bocah lemah dengan ambisi yang melampaui ambisi manusia. Ambisinya itulah yang kemudian membentuk dirinya menjadi monster dengan kekuatan yang mengerikan.” Zhou Fu tersentak kaget ketika mendengar Kim Yin Song menyinggung soal masa kecil Sang Kaisar. “Bibi juga mengetahui tentang masa lalu Sang Kaisar? Bibi, tolong ceritakan, siapa ibuk
last updateDernière mise à jour : 2021-09-14
Read More

227 - Nyawa Zhou Fu

Hari masih cukup pagi ketika Distrik Dalam telah digemparkan dengan datangnya seorang pendekar berjubah putih dengan torehan darah berada di hampir seluruh pakaiannya. Dari atas menara pengintai, seorang penjaga bisa melihat raut wajah khawatir si pria berjubah putih itu. Para penjaga menara pengintai dibuat kaget dengan kedatangan pria jubah putih tersebut, tetapi sedetik berikutnya, mereka juga dibuat sedih. “Bunyikan loncengnya!” tutur kepala penjaga menara kepada salah seorang prajurit yang ada di bawah komandonya. Wajahnya muram setelah sebelumnya sempat terkejut sebentar. Si Prajurit menelan ludah, ia menggeleng-gelengkan kepala pelan lantas mengambil terompet penanda. Sebelum membunyikan lonceng, prajurit tersebut terlebih dahulu meminta izin untuk membunyikan terompet. “Baiklah. Lakukan semaumu!” jawab si kepala penjaga dengan nada lesu. Prajurit itu segera membunyikan terompet tanda adanya hal penting yang terjadi di gerbang Distrik Dalam. Lalu, prajurit tersebut juga tak
last updateDernière mise à jour : 2021-09-15
Read More

228 - Tempat dalam Mimpi Qi Lin

“Apa pun yang terjadi, selamatkanlah nyawa bayi ini!” Patriark Yuan Kai memberi pesan para tabib istana untuk segera melakukan perawatan pada bayi Kim Yin Song. Setelah para tabib mengangguk mengiyakan, Patriark Yuan Kai berpamitan dan meninggalkan ruang pengobatan bayi Kim Yin Song. Begitu Patriark Yuan Kai membuka pintu ruang pengobatan untuk keluar dari tempat tersebut, betapa kagetnya ia setelah melihat adanya sosok pria yang tengah menempelkan keningnya ke tanah sembari menghadap ruang pengobatan. “Kau masih bersujud sampai saat ini?!” Patriark Yuan Kai menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa saat lalu, ketika ia baru tiba di depan ruang pengobatan, Panglima Yeongjo datang dan langsung bersujud tanpa mengucap sepatah kata pun pada Patriark Yuan Kai. “Hei, bangunlah! Tak ada satu pun Dewa yang membatu kami, jika Kau ingin berterima kasih, ucapkan terima kasihmu padaku. Karena aku yang menyelamatkan diriku sendiri!” tegur Patriark Yuan Kai seraya menggoyang-goyangkan bahu Pangli
last updateDernière mise à jour : 2021-09-15
Read More

229 - Tujuan Patriark Yuan Kai

Markas Yianju adalah markas penelitian terbesar yang berlokasi di Negeri Shamo. Markas tersebut pernah mendapat kecaman dari Asosiasi Tabib Dunia tepat ketika mereka menciptakan variasi baru dari binatang yang bernama cacing surai kuda. Cacing surai kuda adalah sejenis parasit yang biasa hidup di tubuh serangga utamanya belalang dan mampu mempengaruhi pikiran inangnya untuk melakukan bunuh diri. Cacing surai kuda baru yang dibuat oleh markas Yianju, pernah membinasakan penduduk di suatu kota di negeri Shamo. Sayangnya, meski kerap menerima kecaman dari berbagai pihak, Markas Yianju tetap kokoh berdiri karena kabarnya, markas tersebut memiliki dekengan yang cukup kuat di belakang mereka. “Fu’er, apa kau yakin apa yang disebutkan Kim Yin Song adalah kebenaran?” Patriark Yuan Kai membalas bisikan dari Zhou Fu. “Bagaimana jika itu hanyalah sebuah bunga tidur?” “Paman, ingat, Bibi Kim tak pernah menginjakkan kakinya di negeri Shamo! Bagaimana dia bisa menyebut nama sebuah tempat yang bah
last updateDernière mise à jour : 2021-09-15
Read More

230 - Menyerap Permata ZhijuMoya

Zhou Fu telah mengetahui bagaimana cara menyerap permata induk ZhijuMoya lewat penjelasan dari Kim Yin Song. Hanya saja, ia sangat yakin jika Patriark Yuan Kai belum memiliki kesiapan untuk menggunakan permata induk ZhijuMoya di tubuhnya. Ada lima jurus kuno yang harus dikuasai sebelum seseorang menyerap permata induk ZhijuMoya, itu hanya salah satu dari sederet syarat yang telah disebutkan oleh Kim Yin Song. “Tidak lama. Aku berjanji akan melepaskannya segera jika sudah muncul jawaban di mana persembunyian nyawa Sang Kaisar.” Patriark Yuan Kai meyakinkan Zhou Fu jika ia akan baik-baik saja. “Baiklah.” Zhou Fu akhirnya membuka pelan-pelan perban kain di telapak tangan kirinya. Dengan sekali ayunan tangan, sebuah benda bulat terbungkus sobekan pakaian, keluar dari lubang Zuchun dan menggelinding sebentar ke lantai. “Paman, silakan pusatkan tenaga dalam ke kedua telapak tangan paman!” Zhou Fu memungut permata induk ZhijuMoya yang mulai mengeluarkan cahaya berpendar. Sedikit demi sedik
last updateDernière mise à jour : 2021-09-19
Read More

231 - Pengetahuan dari Permata ZhijuMoya

“Fu’er, kita harus segera kembali ke Caihong!” Setidaknya, Patriark Yuan Kai telah mengucapkan kalimat tersebut sebanyak lebih dari sepuluh kali. Setiap kali Zhou Fu bertanya mengapa, pria itu menjawabnya dengan kalimat yang sama. Hanya berputar-putar tanpa memberi satu jawaban. “Paman, pikiran paman sepertinya sedang terganggu!” “Fu’er, kita harus segera kembali ke Caihong!” “Ini tidak bisa dibiarkan!” Zhou Fu meraih dua tangan Patriark Yuan Kai dan melingkarkannya ke leher. Ia berencana menggendong Patriark Yuan Kai ke pusat pengobatan istana agar pria itu segera mendapatkan perawatan. “Aduh…!” seketika, rembesan darah dari punggung Zhou Fu mulai keluar lagi ketika luka menganga tersebut terkena tekanan dari tubuh Patriark Yuan Kai. Pemuda tersebut tak ambil peduli, ia berjalan setengah berlari menuju ke pusat pengobatan istana. “Fu’er, apa yang terjadi dengan Pendekar Yuan?” Panglima Yeongjo berjalan cepat tatkala ia melihat Zhou Fu menggendong Patriark Yuan Kai yang tak bisa
last updateDernière mise à jour : 2021-09-19
Read More

232 - Gulungan Rahasia

“Ya. Menantuku amat cantik, bukan?!” Kim Yin Song mengelus-elus rambut gadis yang sedang duduk sambil menggendong putranya. Sementara dia sendiri tengah terbaring di sebuah dipan dengan satu tangan memegang secarik kertas yang sepertinya berisi sebuah lukisan. “Menantu? Jang Mi? Bagaimana bisa?!” Zhou Fu tetap tak bisa memahami apa yang baru saja diucapkan oleh Kim Yin Song. “Ya, Kakak. Bayi ini kelak akan menjadi suami saya!” tutur Putri Misil dengan raut bahagia. Ia pun menimang-nimang bayi itu dengan perasaan gembira. “Apa?!” “Lihat ini!” Kim Yin Song menenteng secarik kertas yang berisi lukisan dua orang anak muda di dalamnya. Zhou Fu berjalan mendekat dan meraih secarik kertas tersebut sebab lukisan itu seolah tak asing baginya. “Bukankah ini Jang Mi?” Zhou Fu menunjuk ke satu wajah, lalu memalingkan pandangannya ke wajah satunya. “Apakah ini Putra Bibi Kim?” tanya Zhou Fu seraya menunjuk ke wajah seorang pemuda yang berdiri di sebelah Putri Misil. “Benar! Itu adalah Putri M
last updateDernière mise à jour : 2021-09-19
Read More

233 - Makna Sebuah Penglihatan

“Pendekar Tampan? Apakah yang Bibi maksud adalah Paman Yuan?” “Tentu saja, memangnya siapa lagi yang ceroboh menyerap Permata Induk ZhijuMoya! Cih, baru sebentar saja sudah tak kuat! Semakin lama, sepertinya kemampuan manusia menjadi semakin menurun!” nyinyir Kim Yin Song sembari memberi isyarat pada Putri Misil untuk keluar ruangan sebentar. “Bibi tahu jika kami telah mencoba menggunakan Permata Induk ZhijuMoya?” “Magnet ZhijuMoya amatlah besar. Aku pernah bersamanya selama ratusan tahun. Ketika ada yang menggunakan permata itu dalam jarak yang cukup dekat denganku, maka, saat itu juga aku turut merasakan kekuatan ZhijuMoya.” Mendengar pengakuan Kim Yin Song yang telah mengetahui ketidakpatuhannya, Zhou Fu lantas berlutut meminta maaf. “Semoga ini adalah kenakalanku yang terakhir, maafkan kami, Bibi. Sekarang, saya ingin bertanya beberapa hal.” “Sebenarnya aku ingin marah, tapi karena aku juga sempat mendapatkan manfaat, terpaksa kubuang jauh kemarahanku. Baiklah, apa pertanyaanm
last updateDernière mise à jour : 2021-09-19
Read More

234 - Catatan di Buku Kecil

Sebuah dosa belum bisa disesali oleh seseorang kecuali mereka telah dihukum dan dipaksa membayar lunas akan kesalahan tersebut. Seperti Zhou Fu, pemuda itu sedang merasa dituntut untuk membayar penuh akan kelalaian yang ia lakukan. “Bukankah sebelumnya sudah kuperingatkan berulang kali? Jangan mencoba menyerap permata yokomoya kecuali kau telah memenuhi semua syaratnya! Rasakan sendiri akibat perbuatanmu itu! Hi hi hi!” Kim Yin Song mencibir kedatangan Zhou Fu yang tubuhnya dipenuhi dengan serbuk sari dari bunga Mudan Beracun. “Hoek! Jika Bibi… Hoek! Sial!” Zhou Fu ingin marah dan mengumpat, tetapi bau kotoran manusia yang menempel di seluruh tubuhnya, lagi-lagi membuatnya ingin muntah setiap kali mulutnya hendak mengucap sesuatu. “Hi hi hi! Pemuda yang malang!” Kim Yin Song terus mengejek Zhou Fu yang saat itu terlihat sangat muak dengan rutinitasnya. Setiap pagi ketika matahari baru merangkak ke permukaan, Zhou Fu harus pergi ke hutan Mudan untuk mendapatkan pucuk daun dari Bunga
last updateDernière mise à jour : 2021-09-20
Read More
Dernier
1
...
2223242526
...
80
DMCA.com Protection Status