Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 211 - Chapter 220

794 Chapters

205 - Lubang Zuchun

Semua orang menoleh ke arah Panglima Yeongjo yang tengah membuka balutan perban kain di telapak tangannya. “Dengan pusaka ini, kau memiliki ruang penyimpanan yang besar di dalam tubuhmu! Kau bahkan bisa menyimpan kapal di dalamnya, tentu semua bergantung dengan seberapa besar energi di dalam tubuhmu!” ujar Panglima Yeongjo seraya menunjukkan sebuah lingkaran yang menganga di telapak tangannya. “Lihat ini!” pekik Panglima Yeongjo seraya menghadapkan lingkaran di telapak tangannya ke arah papan lukisan Shufashen. Seketika, papan batu tersebut seolah lenyap dari pandangan. “Nah, benda itu sekarang telah tersimpan di tanganku!” ucapnya lagi dengan penuh keyakinan. “Bagaimana bisa?” Patriark Yuan Kai yang baru pertama kali menjumpai hal aneh tersebut, merasa jika apa yang ia lihat nyatanya cukup ajaib untuk dipercaya. “Apakah kau yakin benar-benar menyimpannya? Jangan-jangan, kau baru saja menghilangkan benda berharga kami, Panglima!” “Nah kalau begitu, lihat ini!” Panglima Yeongjo terli
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more

206 - Ritual Pemasangan Zuchun 1

Satu minggu setelah penemuan Shufashen yang pertama… Negeri Yeongsan perlahan-lahan telah kembali mendapatkan kedamaiannya. Sisa-sisa kekacauan peperangan telah diperbaiki dengan sangat cepat oleh pemerintah yang dibantu dengan sukarela oleh masyarakat. Sebuah gambaran dari negeri yang makmur di mana antara masyarakat dan pemerintahannya bergerak seirama dengan mengutamakan kedamaian bersama. “Pantas saja Dewa mengirimkan hadiah berupa keberadaan Roh Suci di negeri ini!” ucap Patriark Yuan Kai di siang itu, ketika ia turut membantu warga Yeongsan dalam membangun kembali Terowongan Malam yang sebelumnya telah hancur. “Cih! Siapa yang menyangka jika Roh Suci yang dihadiahkan kepada Negeri Yeongsan ternyata justru diambil alih oleh warga yang bukan berasal dari negeri ini! Ha ha ha, sungguh sebuah ironi yang patut ditertawakan!” tukas Panglima Yeongjo yang juga tengah bersama-sama melakukan perbaikan Terowongan Malam. “Ironi katamu? Ingat, tanpa strategi yang kulakukan, Distrik Tengah
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more

207 - Ritual Pemasangan Zuchun II

Ketika Panglima Yeongjo meresapi ucapan dari Patriark Yuan Kai, ia baru menyadari jika pendekar di depannya itu sejatinya sedang mengolok-olok perbedaan kualitas wajahnya dengan wajah rupawan yang dimiliki Zhou Fu. “Pendekar sialan! Kita harus berduel jika ada kesempatan!” pekik Panglima Yeongjo seraya mengepalkan dua tangannya dengan posisi seperti memukul. “Ha ha ha, kau bahkan hendak mendaftar menjadi murid dari muridku! Bagaimana bisa seorang murid dari muridku ingin menantang duel?!” “Hassh…! Kalian ini berisik sekali! Sewaktu aku semuda kalian, aku bahkan bisa bekerja dengan lebih baik dari kalian berdua!” pria sepuh yang berada di dekat Panglima Yeongjo terlihat menggeleng-gelengkan kepala kesal, pria sepuh itu pun pergi mencari tempat yang lebih tenang. “Daripada mengganggu ketenangan di sini, ayolah, Panglima, saya sudah siap menerima pusakan Zuchun!” pinta Zhou Fu setengah memaksa. “Haah, baiklah. Lebih baik bersamamu ketimbang bersama dengan pendekar sialan seperti dia!
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more

208 - Rahasia Pusaka Zuchun

Ritual pemasangan Pusaka Zuchun pun kembali dilakukan. Panglima Yeongjo merapal beberapa mantra yang tak begitu diketahui oleh Zhou Fu, sementara Zhou Fu mempersiapkan mengalirkan tenaga dalam untuk dimuarakan ke sisi telapak tangan kirinya. Tempat di mana dia ingin menempatkan pusaka Zuchun di tubuhnya. Setelah beberapa saat berselang, ketika Panglima Yeongjo merasakan getaran tenaga dalam di telapak tangan Zhou Fu telah memusat, ia menarik napas dalam dan memberi aba-aba pada Zhou Fu untuk menyatukan ke dua tangannya dengan tangan Panglima Yeongjo. “Fu’er, sekarang!” Zhou Fu segera mengangkat dua tangannya dan menyatukan telapak tangannya pada telapak tangan Panglima Yeongjo. Saat itu, ia benar-benar yakin jika hari itu akan menjadi hari di mana dia berhasil mendapatkan pusaka Zuchun di tangannya. Ketika dua tangan Zhou Fu menyatu dengan tangan Panglima Yeongjo, terjadi sebuah penyelarasan energi beberapa saat. Hal tersebut menjadi pertanda baik karena di hari-hari sebelumnya, pe
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more

209 - Pertandingan Catur

“Jang Mi! Ah, Maksudku, Putri Misil… Aku sudah menghabiskan hampir separuh kudapan yang kau bawa! Ayo lekas katakan maksud dari ucapanmu barusan!” Terlihat, Panglima Yeongjo memang melahap kudapan yang dibawa Putri Misil dengan tergesa-gesa, seolah, pria itu ingin segera menghabiskan makanan tersebut sehingga Putri Misil tak memiliki alasan untuk tak segera bercerita. “Ya, Jang Mi, katakanlah! Tak peduli siapa yang salah di antara kami, aku hanya ingin mengetahui kebenaran yang kau simpan!” Zhou Fu turut melahap buah-buahan dan kudapan yang ada di depan matanya. Dengan begitu, Putri Misil tak lagi memiliki alasan untuk menunda bercerita. “Baiklah,” tutur Putri Misil memulai percakapan. “Panglima Yeong, harap Panglima Yeong ingat jika Pusaka Zuchun bukanlah pusaka yang bisa dimiliki oleh sembarang orang. Dia bukan pusaka yang bisa direbut oleh orang lain! Terkait mengapa Kakak Zhou gagal menerima pusaka itu, tentu semuanya adalah kesalahan dari Panglima Yeong sendiri.” Sejenak, Pang
last updateLast Updated : 2021-09-04
Read more

210 - Perwira Tinggi Permainan Catur

Bidak-bidak telah tertata rapi di tempat mereka masing-masing. Putri Misil mendapat giliran pertama melangkah, gadis itu memajukan satu bidak tengahnya untuk menjaga wilayah sentrum. Melihat langkah pertama Putri Misil, Panglima Yeongjo mengangguk-angguk sejenak, ia segera tahu jika Putri Misil memang memiliki pengetahuan yang bagus dalam permainan catur. “Nah, jangan kira karena kau telah menjaga petak sentrum, kau akan memimpin permainan, Jang Mi! Hati-hati, aku pandai membalikkan keadaan!” Panglima Yeongjo memberi peringatan pada Putri Misil sebagaimana pria itu memang kerap memenangkan permainan bahkan setelah musuh merasa unggul segala-galanya. “Saya terima peringatan itu, Panglima Yeong. Harap Panglima juga berhati-hati melangkah, karena kekalahan acapkali diawali oleh kesombongan!” jawab Putri Misil dengan satu senyuman ramah, ia lantas membalas langkah-langkah bidak lawan. Karena baru pertama kali melihat permainan catur, Zhou Fu mengamati dua bidak pemain dengan cukup seriu
last updateLast Updated : 2021-09-04
Read more

211 - Siap Berkelana Lagi

“Kau ingin mengancamku?” tanya Panglima Yeongjo tiba-tiba. “Kau ingin mengatakan jika aku tak segera merelakan Pusaka Zuchun ini, maka akan ada petaka di hidupku? Ah, tak semudah itu menumbuhkan kerelaan di hari seseorang, Jang Mi! Lagipula, petaka macam apa yang berani mendekatiku?” “Harap Panglima Yeongjo ingat jika Panglima telah membuat janji pada Dewa. Kepercayaan kita mengatakan jika kita melanggar sumpah pada Dewa, bencana besar akan terjadi! Maka, suatu hari jika negeri ini mengalami bencana, saya akan berterus terang pada ayah jika ada seorang warga Yeongsan yang telah melanggar sumpah Dewa. Panglima tahu apa konsekuensinya?” Putri Misil mengerlingkan matanya ke arah Panglima Yeongjo. Seketika, Panglima Yeongjo menelan ludah beberapa kali sementara Zhou Fu mengamati dengan seksama. “Kakak Zhou, ada sebuah peraturan tertulis di negeri Yeongsan di mana seseorang akan ditenggelamkan ke sungai api sebagai tumbal pada Dewa, jika terbukti ia telah melanggar sumpah pada Dewa. Nege
last updateLast Updated : 2021-09-04
Read more

212 - Bahaya Besar

Zhou Fu berlari menuruni bukit setelah mengucapkan beribu terima kasih kepada Panglima Yeongjo. Pemuda itu seolah tak sabar untuk segera membagikan kebahagiannya bersama seseorang yang terus memandanginya di bawah bukit. Dari kejauhan, Putri Misil melihat pria yang disukainya itu telah mendekat menuju ke arahnya berada. Putri Misil tak bisa membendung kebahagiaannya ketika Zhou Fu menatapnya dengan mata berbinar. Dalam beberapa detik, Zhou Fu bahkan telah berada cukup dekat dengan dirinya berdiri. ‘Bagaimana ini? Apakah kakak Zhou akan memelukku? Aku belum siap, tapi juga tak mau melewatkannya!’ batin Putri Misil dengan pipi merona. Mendadak, ia menjadi gugup dan salah tingkah, membuat paras manisnya semakin terlihat menggemaskan dan memesona. Zhou Fu berada semakin dekat dan sangat dekat. Putri Misil melebarkan dua tangannya sebab ia telah sangat siap untuk menerima pelukan dari Zhou Fu. ‘Ini akan menjadi hari yang sangat membahagiakan!’ pekik Putri Misil dalam hati, ia memejamkan
last updateLast Updated : 2021-09-07
Read more

213 - Sebuah Hukuman

Malam harinya, sebuah rapat tertutup sedang diagendakan di aula istana. Rapat tertutup tersebut hanya melibatkan tiga penasihat kerajaan, Raja Jo Sun, Patriark Yuan Kai dan juga Zhou Fu. Ketika baru pertama kali mendengar tentang undangan rapat tertutup itu, Patriark Yuan Kai kembali marah-marah pada Zhou Fu yang ceroboh. “Andai Kau bisa bersikap sedikit lebih manis padanya, ah, itu akan lebih baik bagi kita berdua!” geram Patriark Yuan Kai tepat ketika ia dan Zhou Fu hendak berangkat ke aula istana. “Paman Yuan, tenanglah! Tak ada hukuman yang bisa menjerat seseorang yang bahkan tidak melakukan apa-apa!” hibur Zhou Fu segera. “Logikanya memang begitu! Tapi ingat, hidup tak selalu bergerak sesuai logika. Dalam beberapa hal, manusia bahkan tak boleh terlalu percaya pada akal sehatnya! Kita lihat nanti, aku yakin Kau akan mendapat hukuman berat!” Obrolan antara dua orang tersebut akhirnya terhenti sebab mereka telah tiba di aula istana. Seorang pengawal bersegera mengantar Zhou Fu da
last updateLast Updated : 2021-09-07
Read more

214 - Menuju Gerbang Penyesalan

Demi menghindari pernikahan antara Zhou Fu dan Putri Misil, Patriark Yuan Kai dan Zhou Fu merelakan diri mereka untuk dilempar ke dalam Gerbang Penyesalan. Memasuki Gerbang Penyesalan adalah mimpi buruk bagi semua warga Yeongsan di mana gerbang tersebut dihuni oleh sosok monster yang tak diketahui bentuk dan jenisnya. “Yang jelas, makhluk tersebut memiliki auman yang bisa membuat orang-orang kehilangan kesadaran ketika mendengarnya. Desas-desus yang beredar, seseorang juga akan terluka parah jika bersentuhan dengan kulit entah sisik dari makhluk itu!” ucap Panglima Yeongjo ketika ia mengunjungi ruangan Patriark Yuan Kai untuk menanyakan isi dari rapat tertutup di aula istana. “Fu’er, bukankah itu sangat menarik?!” Patriark Yuan Kai melirik ke arah Zhou Fu dengan tatapan menantang. “Tentu, Paman Yuan. Sudah agak lama kita tak berkeringat!” Zhou Fu menanggapi pertanyaan Patriark Yuan Kai dengan tak kalah bersemangat. BRUAK!!! “Bajingan Tengik! Jangan main-main dengan hidup kalian, i
last updateLast Updated : 2021-09-07
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
80
DMCA.com Protection Status