Home / Romansa / Nikah Kontrak Ketika Hamil / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Nikah Kontrak Ketika Hamil: Chapter 11 - Chapter 20

81 Chapters

Kemana Dia?

"Baiklah, jika tidak ada lagi pendapat. Rapat pagi ini kita tutup sampai di sini. Saya akan memberikan keputusan di pertemuan minggu depan!" Suara berat nan tegas itu langsung membuat semua orang yang ada di ruangan itu segera membereskan semua berkas dan menunduk hormat ketika bos besar mereka melangkah pergi yang kemudian disusul oleh asistennya. "Woahh, tampan sekali! Mata tajamnya itu benar-benar membuat semua hati para wanita klepek-klepek!" seru seorang karyawan wanita sembari menatap punggung Eric dengan binar kekaguman. "Kau benar, bahkan aku hampir tidak fokus saat menatap langsung wajahnya itu, hatiku terus berdetak dengan cepat. Andai dia milikku," sahut wanita lain di sebelahnya dengan helaan kasar. "Mustahil! Lelaki berhati dingin seperti bos besar itu sangat sulit disentuh. Bahkan sekretarisnya yang memiliki lekuk tubuh aduhai saja tidak bisa mengalihkan tatapan datar si bos. Aku penasaran, wanita beruntung mana yang akan berhasil me
last updateLast Updated : 2021-06-02
Read more

Rekaman CCTV

"Lalu, kemana dia?"Eric menautkan jemarinya di depan dada, tatapannya datar lurus ke depan. Berpikir apa sebenarnya yang diinginkan wanita OB itu. "Apa perlu mencari informasi lengkap tentang wanita itu?" tanya Tony ketika melihat bosnya tampak berpikir. Eric menggeleng. "Pergilah! Aku akan memanggilmu lagi jika aku membutuhkanmu!" ucap Eric yang lansung membuat Tony membungkuk kemudian pergi meninggalkan ruangan. Ketika pintu telah tertutup kembali, Eric kembali berusaha mengingat alasan apa yang membuat wanita itu tidak datang bekerja hari ini. Entah kenapa ia merasa ketidak hadiran wanita itu berhubungan dengannya. Tiba-tiba saja kedua maniknya menangkap gelang perak yang tergeletak di bawah meja. Karena penasaran, Eric langsung meraih gelang itu untuk melihatnya lebih jelas. "Rasanya tidak asing," gumam Eric sembari berpikir. Pikirannya menelaah saat wanita OB itu memasuki ruangannya, saat itu
last updateLast Updated : 2021-06-08
Read more

Apa! Hamil?!

Seorang lelaki tampan berjalan dengan jijik melewati gang yang sempit, sesuai alamat yang di dapat oleh asistennya itu. Eric terpaksa turun dari mobilnya karena mobil tidak bisa masuk ke dalam. Dengan menghela napas berat dan kemudian menutupi hidungnya karena saat ia mulai memasuki gang itu, bau busuk mulai menyerbu indra penciumannya."Oh, Tuhan! Bagaimana bisa wanita itu bertahan hidup di tempat seperti ini," gerutunya saat Eric telah melewati gang sempit itu dan kini di depannya terdapat rumah kecil yang bercat putih kekuningan itu.Eric mengambil napas sebanyak-banyaknya karena tadi terus menahannya. "Kau tunggulah di sini, aku akan memanggilmu jika aku membutuhkanmu!" perintah Eric yang langsung di anggukkan oleh Tony.Eric melangkah lebar ke arah rumah bercat putih itu, sedikit berjalan hati-hati takut mengotori sepatu fantolennya. Setelah tepat di depan pintu berwarna kecoklatan dan tampak rapuh itu. Eric langsung mengetuknya dengan kedua jarinya. Menget
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

Kesepakatan

<span;>Restoran bintang tujuh, <span;>Lelaki dengan wajah datarnya, menyedekapkan kedua tangannya di depan dada sembari menatap lurus ke arah wanita yang kini tengah melahap makanan yang dua menit lalu dipesan. Lelaki dengan aura dingin itu sampai geleng-geleng kepala ketika melihat wanita di depannya itu yang makan menggunakan kedua tangan hingga belepotan kemana-mana. <span;>"Hey, tidak ada yang mau merebut makananmu! Makanmu sangat mirip seperti anjing kelaparan!" ketus Eric tidak tahan melihat tingkah laku Mlathi. Untung saja ia memesan ruang VVIP, jika tidak maka ia juga akan malu oleh wanita di depannya itu. <span;>Mlathi mendongak sembari mulutnya mengunyah daging ayam yang baru saja ia gigit, sekitarnya belopotan penuh dengan saus. Membuat Eric memandang jijik. <span;>"Hah, maaf. Aku sangat lapar. Sudah dua hari aku tidak makan." Mlathi berucap dalam keadaan mulut yang penuh hingga kalimatnya tidak
last updateLast Updated : 2021-07-14
Read more

Setuju dan Imbalan Uang

<span;>"Udah ngak usah banyak cincong, cepat tanda tangan itu. Dan biar semuanya cepat selesai!" Suara berat Eric menggema di gendang telinga Mlathi, membuat wanita itu tersadar dari lamunannya. <span;>Mlathi kembali menatap map yang berisi kontrak di hadapannya. Menikah hanya dilakukan sekali seumur hidup, itu yang selalu wanita itu pegang sebagai prinsip hidupnya. Pandangan Mlathi tertunduk ke bawah dengan tangan yang mengelus perut datarnya, namun terdapat nyawa di dalamnya yang harus ia jaga. Mlathi mengigit bibir bawahnya untuk keputusan yang baginya begitu sulit. <span;>"Beri aku waktu untuk memikirkannya." Hanya kata itu yang akhirnya berhasil keluar dari bibir Mlathi. Membuat Eric yang mendengar sangat jelas menyatukan alisnya sekaligus terkejut. <span;>"What! Dari sekian banyaknya wanita di seluruh penjuru dunia yang rela mengantri ingin jadi istriku, dan kau malah butuh waktu untuk memikirkannya! Benar-benar gila!
last updateLast Updated : 2021-07-14
Read more

Mengucapkan Janji Pernikahan

<span;>Mlathi masuk ke dalam kontrakannya dengan lemas, menarik tubuhnya untuk merebahkan diri di kasur tipisnya. Ia memandang langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Tangannya bergerak menyusuri perut datarnya lalu mengelusnya lembut, ia menghela napas berat sembari meratapi nasib yang baginya begitu sial. <span;>"Tidak sangka, jika aku hamil dan menikah dengan cara seperti ini," gumamnya sembari mengusap wajah kusamnya dengan kasar. <span;>"Nasib sial apalagi yang sedang menunggu di ujung sana." <span;>*** <span;>"Siapkan semua keperluan pernikahanku, dan ingat hanya beberapa orang penting saja dan jangan mengundang media!" tegas Eric sembari berjalan menyusuri koridor perusahaannya. Tony yang membututi hanya mengangguk mengerti. <span;>Eric masuk dan segera duduk di kursi kekuasaanya sedang Tony kembali keluar untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan tuan besarnya. Saat keluar, ia
last updateLast Updated : 2021-07-16
Read more

Satu Hari di Rumah Megah

<span;>Disaat sedang bingung di tempat, tiba-tiba seseorang menyapa dari arah belakang membuat Mlathi langsung berbalik dengan terkejut. Kemudian menghela napas lega ketika melihat wanita paruh baya yang mengenakan seragam pembantu yang sering ia lihat di gambar-gambar cerita dongeng istana. Wanita paruh baya itu tersenyum sembari sedikit membungkuk. <span;>"Maaf, Nyonya. Tuan Eric memerintahkan kepada saya untuk membawa Nyonya ke kamar. Mari ikut saya," ujarnya dengan lembut sembari mengambil alih tas dari genggaman tangan Mlathi. <span;>"Eh, tidak usah. Saya bisa sendiri." <span;>"Tidak apa-apa Nyonya, ini sudah menjadi bagian tugas kami." Mlathi terpaksa menyerah dan membiarkan wanita itu mengambil tasnya. Lalu mengikuti langkah wanita itu. <span;>Dalam perjalanan melewati anak tangga yang berwarna keemasan itu, Mlathi tiada henti-hentinya terus memandang takjub sekitarnya. Tanpa rasa malu, ia bahkan be
last updateLast Updated : 2021-07-23
Read more

Teh Jahe

<span;>Setelah memakai pakaian hangat yang diberikan Eric padanya. Mlathi segera berlari menarik selimut tebal di atas kasur lalu melilitkan di tubuhnya, ia pun beranjak ke atas sofa yang begitu empuk. Melihat hal itu membuat Eric sedikit tidak suka karena mengambil barangnya tanpa izin. <span;>"Hey, itu selimutku. Apa aku memberimu izin untuk memakainya?" cercah Eric geram. <span;>Dengan bibir gemetaran, Mlathi berusaha menjawab ucapan Eric. "Hm, aku lagi tidak ingin berdebat. Ini hanya selimutkan, kenapa kau mempermasalahkannya. Tenang saja aku akan mencucinya setelah ini." <span;>Mlathi semakin mempererat lilitan selimutnya, air di shower itu benar-benar sangat dingin. Ia hampir saja mati kedinginan jika Eric tidak tepat waktu mematikannya. Eric berdecak sebal, ingin rasanya ia merebut kembali selimut itu darinya. Tapi melihat Mlathi sangat kedinginan hati nuraninya berkata lain. Hingga membuat ia ke meja nakas dan menel
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

Kebaikan yang Bersyarat

"Benarkah?" Mlathi langsung mendongak dengan wajah berseri, ia sangat senang ketika keinginannya langsung di iyakan oleh Eric. Bahkan ia tidak lagi memikirkan urat malu yang beberapa saat menganggu dirinya. Saat ini, uang itu lebih penting dari apapun. Eric berbalik menghadap Mlathi sepenuhnya dengan alis satu terangkat. Ia begitu kagum dengan keterbukaan Mlathi, bahkan wanita itu sama sekali tidak ada rasa malu sedikit pun. Mengingat hari di mana ia mengatakan bahwa tidak semua bisa ditukarkan dengan uang, membuat Eric begitu mual. Nyatanya hari ini, ia bahkan bertingkah sebaliknya. "Tentu saja, lima puluh juta adalah jumlah yang dikit untukku." "Terima kasih, kau baik sekali," girang Mlathi tanpa bisa menyembunyikan wajah senangnya. "Kau salah," sela Eric cepat membuat Mlathi mengerutkan dahi. "Maksudmu?" Eric kambali berbalik menghadap cermin besar di hadapannya sembari merapikan ikatan dasinya. Ia menyeringai, ada ide mena
last updateLast Updated : 2021-07-25
Read more

Lebih Enak dari Restoran Bintang Lima

Aroma lezat dari makanan yang tersusun rapi di atas meja persegi panjang itu menguar ke seluruh ruangan. Dengan satu hembusan napas panjang, Mlathi segera melepaskan celemek yang sedari tadi menggantung di leher panjangnya. Ia tersenyum bangga dengan masakan yang ia buat, hampir dua jam lamanya ia membuat sepuluh menu sekaligus dengan satu bahan utama yaitu daging babi. Grace dan pelayan lainnya menganga tidak percaya bahkan tidak banyak dari mereka yang kesusahan meneguk salivanya. "Nyonya, apakah Anda akan menghabiskan semua menu ini?" tanya Grace masih dengan raut tidak percaya. Mlathi menggeleng. "Tentu saja tidak, Grace. Perutku kecil mana muat memasukkan makanan sebanyak ini meski aku sangat kelaparan." "Lalu ini?" Mlathi menepuk bahu Grace dengan seringaiannya seakan tidak mengkhawatirkan makanan itu. "Kau tenang saja, di rumah ini bukan hanya ada aku kan. Para pelayan dan pengawal di sini kan banyak, pastinya semua
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status