"Tuan Muda, mohon tunggu."Erik berjalan cepat, berusaha menyusul Killian. Sedikit berlari, lelaki paruh baya itu mendahului Killian dan menghentikannya. Sedikit nekat sebenarnya, tapi pengawal itu merasa tidak memiliki pilihan lain."Maafkan saya, Tuan Muda," ujarnya, membungkuk sedalam mungkin. "Tapi mohon obati dulu luka di tangan Anda. Saya khawatir ada serpihan kaca yang masuk.""Bukan luka parah, jangan terlalu dibesar-besarkan," Killian balas menjawab dengan nada enteng. Dia malah dengan santai mengibas-ibaskan tangannya, membuat beberapa tetes darah terpercik di permukaan dinding dan karpet."Maaf, Tuan Muda, tapi—""Erik, sejak kapan kamu menjadi secerewet ini?""Maaf."Berdecak kesal, Killian lalu mengangkat tangan hendak mengacak-acak rambut. Namun dia segera meringis, merasakan nyeri saat lukanya bersentuhan dengan rambut."Cih! Merepotkan saja."Killian terdiam, berpikir sesaat sebelum akhirnya berbali
Terakhir Diperbarui : 2021-06-19 Baca selengkapnya