All Chapters of Terperangkap Gairah Suami Butaku: Chapter 21 - Chapter 30

352 Chapters

Bab 21 • Bertemu Lagi Denganmu

Aiden memarkirkan mobilnya begitu saja dan langsung terburu keluar. Tidak ada langkah kaki menggaung yang terdengar kala dokter muda itu berlari menyusuri koridor. Lapisan tebal karpet Persia kualitas terbaik yang menghampar, selain nyaman untuk diinjak ternyata juga efektif meredam suara."Sebelah sini, Dokter!" seru pelayan yang memandunya karena Aiden terus berlari lurus saat dia seharusnya membelok. Memaki dalam hati, dokter muda itu menggerutu dengan banyaknya koridor dan ruangan di rumah besar yang lebih mirip hotel ini.Kediaman utama keluarga Ardhana memang tidak main-main soal kemewahan, tapi sekarang Aiden sangat berharap kalau jarak yang harus ditempuhnya tidak perlu sejauh ini."Ian!" serunya menyerbu masuk ke sebuah kamar. "Mana yang luka? Perlihatkan, biar kuperiksa."Menanggapi Aiden yang terengah setelah berlari dan setengah mati khawatir, Killian hanya mengangkat tangan dan mengarahkan telunjuknya ke arah belakang dokter muda
Read more

Bab 22 • Sebuah Perintah

"Sakit," ringis Aila saat Killian mencengkeram kuat pergelangan tangan dan menyeretnya pergi.Tidak ada sahutan dan itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sedikit banyak dia sudah tahu bagaimana kasar dan mengerikannya sikap lelaki buta ini. Menggigit bibir, Aila berusaha menahan sakit."Aduh!" Aila menjerit pelan saat bahunya membentur dinding, tapi tetap saja, bukannya peduli Killian malah terus menyeret gadis cantik itu membelok ke koridor lain dan menaiki tangga. "Ini kita mau ke man— Akh!"Sebuah pintu ruangan dibuka dan dia dilemparkan masuk begitu saja. Masih kebingungan, sambil meringis menahan sakit, lengan kiri Aila sudah ditarik lagi dan Killian menyeretnya seperti sekarung beras tanpa mau repot membantu gadis bermata abu itu berdiri."Lepas!" ronta Aila, berusaha menarik dan menjejak, tapi Killian tetap bergeming. "Lepas! Akh!"Lagi-lagi Killian melemparnya. Terdengar jeritan kecil saat gadis cantik itu jatuh, terjerembab ke atas
Read more

Bab 23 • Menikahlah Denganku

"Diam saja dan lihat aku.""Ap-apa?"Tidak terdengar jawaban yang lelaki buta itu berikan, tapi Aila bisa melihat ada segaris senyuman miring di wajah tampannya."Ansia Roxanne," ujarnya lirih dengan nada menggoda. "Diam dan lihat aku. Hm?"Aila kesulitan menelan ludah meski tenggorokannya sudah terasa sangat kering. Dia begitu terpaku dan tercengang dengan kelakuan Killian yang tiba-tiba melepas pakaiannya satu-persatu."Stop! Stop, Kills! Jangan teruskan. Untuk yang satu itu, jangan kamu lepas. Oke?" seru Aila buru-buru. Wajah gadis itu sudah merah padam karena sekarang Killian hanya mengenakan boxer saja.Salah satu alis Killian menaik. "Memangnya kenapa? Toh, kamu juga sudah sering melihat isinya. Iya kan?"Dalam hati Aila mengerang frustasi. Gadis itu bingung, harus dengan cara apa lagi dia harus memberi tahu bahwa dia bukan Ansia?"Apa kamu selalu keras kepala seperti ini?" tanyanya, memasang wajah kesal.Killian t
Read more

Bab 24 • Gotcha!

Heri Roxanne sedang duduk meringkuk saat seorang petugas membuka pintu jeruji kurungan dan memanggilnya. "Keluarlah." "Apa? "Silakan keluar, Tuan Roxanne. Mulai hari ini Anda bebas." Ada beberapa saat yang Heri lewatkan untuk mencerna ucapan petugas polisi tersebut, sebelum akhirnya terperangah. "Sa—saya bebas? Benarkah?" serunya penuh keheranan. Sudah dua minggu ini dia terpaksa mendekam dalam penjara atas tuduhan yang tidak pernah dilakukannya. Bahkan para pengacara keluarga Roxanne pun sudah menyatakan tidak berdaya untuk bisa membebaskan Heri. Tapi, sekarang? "Silakan, Tuan Roxanne. Istri Anda sudah menunggu," ujar si petugas polisi, menyadarkan Heri dari lamunannya. Sementara itu dahi Heri berkerut. Sambil bergegas berdiri dan berjalan mengikuti petugas, saat ini dalam pikirannya bergulat banyak hal. Bagaimana dia bisa mendadak dibebaskan seperti sekarang? Apakah Risa yang sudah mengusahakan kebebas
Read more

Bab 25 • Aku Ingin Memasukimu

"Gotcha! Aku menangkapmu, Kucing Kecil!""Kills?"Killian tersenyum, membuat Aila merasakan lonjakan pada degup jantungnya.Ini ... aneh. Seharusnya dia tidak boleh berdebar saat menghadapi lelaki iblis ini.Baru saja Aila mencoba menjejalkan fakta bahwa dia memiliki Noah sebagai kekasih ke dalam pikiran, saat Killian tiba-tiba mencium puncak kepalanya dan berbisik, "Lain kali hati-hati. Kamu bisa jatuh tadi."Melepaskan pelukannya, Killian berjalan begitu saja dan kembali duduk di sofa bed, meninggalkan Aila yang berdiri terpaku.Bukankah ini ... aneh?Aila mengusap dahi dan menepuk kedua pipinya.Dia ... tidak bermimpi. Jadi ini benar-benar nyata? Sejak kapan sikap Killian berubah seperti ini?"Biasanya saja aku sampai harus berontak agar dia mau melepas pelukannya," gumam Aila, mendadak berpikir keras. "Sejak kapan dia berubah jadi kalem?""Ans, apa yang kamu lakukan di situ?" suara Killian terdengar, membuat A
Read more

Bab 26 • Sebuah Kesalahan

Malam sebelumnya.Di kediaman Reynault.   Ada banyak buku yang berserakan di atas meja, membuat ruang kerja itu terlihat berantakan. Aiden menuliskan sesuatu, tapi tidak lama berselang dia mencoretnya. Menulis lagi lalu mencoretnya dan berulang seperti itu selama beberapa kali. Beberapa kali dokter muda itu menghela napas berat lalu mengacak-acak rambut. Tampangnya kusut. Lalu penampilan yang biasanya terlihat rapi dan bersih, sekarang nampak tidak karuan. Mengerang kesal, Aiden membanting pena dan menyerakkan kertas-kertas berisi pekerjaannya begitu saja. "Apa ada masalah, Kak?" tanya Aisa, menepuk pelan pundak Aiden lalu berbicara melalui isyarat tangannya. "Sudah hampir 2 minggu Kakak kacau seperti ini, tepatnya sejak Kakak pulang dari kediaman Ardhana. Apakah mereka melakukan sesuatu yang buruk, sewaktu Kakak berada di sana?" Aisa memandang khawatir kakak tirinya itu. Belakangan ini Aiden selalu gelisah dan bergadang setiap malam.
Read more

Bab 27 • Salah Paham

"Beri kami waktu lima menit!" Dahi Erik sedikit berkerut saat mendengar perintah yang Killian keluarkan. Tadi dia pergi untuk menghubungi Aiden dan memang sengaja menunggu sampai dokter muda itu datang. Kejadian sewaktu terakhir kali Aiden berkunjung tidak terlalu bagus dan Erik hanya berjaga-jaga saja sehingga dia sendirilah yang menyambut dan mengantar dokter pribadi keluarga Ardhana itu. Tidak terlalu lama waktu yang berlalu saat Erik meninggalkan ruang kerja, mungkin hanya sekitar 40-45 menit sampai akhirnya Aiden datang dengan terburu. Sekilas tadi Erik memang sempat heran dengan wajah berseri dokter muda itu yang seolah begitu senang karena sudah dipanggil. Namun mengingat bahwa baik Tuan Muda maupun Nona Ansia sudah menunggu, pengawal itu tidak memikirkannya lebih lanjut dan segera mengantarkan Aiden ke ruang kerja. Lalu nyatanya, sekarang mereka bahkan tidak boleh masuk. Dalam hati lelaki paruh baya itu bertanya-tanya. Apa yang
Read more

Bab 28 • Kesalahan yang Terulang

Aisa tengah berbaring di atas tempat tidur, bergulung di balik selimutnya, kala terdengar sedikit keributan.Awalnya dia tidak terlalu memperhatikannya, tapi suara pecahan kaca dan barang-barang yang dibanting, semakin nyaring terdengar.Dahi gadis itu berkerut. Rumah ini biasanya sepi karena hanya ada dia dan Aiden.Mereka memang tidak mempunyai pembantu, tapi ada petugas yang mereka bayar untuk membantu membersihkan rumah setiap dua hari sekali. Ada pihak laundry untuk menangani baju kotor mereka setiap hari, tapi di rumah juga tersedia sebuah mesin cuci. Sementara mengenai makanan, sudah ada katering khusus yang mengirimkan makanan dengan menu berbeda dua kali dalam satu hari.Semua Aiden yang mengatur seperti itu karena dia tidak terlalu suka bila ada banyak orang di dalam rumahnya. Dokter muda itu menyukai suasana yang tenang dan dia juga tahu bahwa tidak banyak orang yang bisa menerima kondisi kekurangan fisik Aisa.Itulah sebabnya, nyaris se
Read more

Bab 29 • Gladi Bersih

"Apa sudah terjadi sesuatu?""Entahlah. Bagaimana menurutmu?""Tanya saja Fani dan Ellen. Mereka berdualah yang menemani Nona waktu itu.""Percuma. Mereka tidak tahu apa pun karena hanya menunggu di luar ruang kerja. Aku sudah menanyai mereka tadi.""Lalu, apa sebenarnya yang terjadi?"Aila menghela napas. Bisik-bisik dan gumaman para pelayan masih bisa didengarnya meski samar."Saya akan memberi mereka teguran, Nona," ujar Erik, langsung tanggap.Menggeleng, tanpa berkata apa pun Aila kembali meneruskan langkahnya ke perpustakaan dengan diikuti Erik.Sudah dua hari berselang sejak kejadian di ruang kerja itu dan sudah dua hari pula Aila tidak bertemu Killian. Lelaki itu seolah berusaha menghindarinya, entah karena apa.Mungkin semua hanya perasaannya saja, tapi yang jelas dia tidak perlu berurusan dengan Killian dan Aila merasa tidak perlu mengeluh karenanya.Namun ada masalah lainnya. Itu adalah Erik yang terus
Read more

Bab 30 • Perangkap Kedua

"Kalau kugesek-gesekkan seperti ini, apakah enak?""Eghm! Akh!""Akan lebih enak kalau semisal kumasukkan lho, Sayang.""Jang— Akh!""Bagaimana kalau coba ujungnya saja? Nanti kamu bisa putuskan, rasanya lebih enak atau nggak. Hm?"Tubuh Aila bergetar. Wajah gadis itu sudah merah padam sementara keringatnya pun membanjir."Kills ....""Ujungnya saja, Sayang," bisik Killian, sarat dengan nada bujukan. "Ujungnya saja. Aku nggak akan memasukkannya lebih dari itu, kecuali kamu sendiri yang meminta. Bagaimana?"Aila memandang wajah tampan lelaki yang tengah menindihnya ini. Sedikit sisa akal sehatnya sedang bertarung dengan desakan untuk merasakan kenikmatan.Gadis itu paham bahwa posisinya saat ini lebih berbahaya. Dulu dia sangat yakin untuk sanggup menolak semua sentuhan dan rayuan lelaki ini, bahwa dia tidak akan tergoda sedikit pun, tapi sekarang Aila bahkan tidak percaya dengan dirinya sendiri.Bahkan persy
Read more
PREV
123456
...
36
DMCA.com Protection Status