Home / Romansa / My Arrogant Lawyer / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of My Arrogant Lawyer: Chapter 51 - Chapter 60

264 Chapters

Merosot Pilu

“Kok gak pernah bilang, kalau yang beli apartemenmu ini, Si Pras?” July sibuk mengeluarkan baju Sinar dari koper dan meletakkannya ke lemari. “Bunda malah tahunya dari Bu Aida, gimana ceritanya, Nar?” Aida sendiri sebenarnya tidak tahu menahu, bagaimana Pras bisa mengetahui kalau Sinar memiliki apartemen. Aida juga tidak mengetahui kalau apartemen tersebut saat ini sudah jadi milik Pras. Karena Pras hanya mengatakan, agar Sinar pindah ke apartemennya yang lama untuk sementara waktu. Karena kemanan di sana lebih lengkap, serta ada CCTV yang mengawasi selama 24 jam. Untuk itu, July hanya diam saja ketika Aida menceritakan semuanya. Ia hanya ingin mengkonfirmasi seluruhnya pada Sinar. Karena setahu July, Sinar telah menjual apartemennya tapi tidak tahu kepada siapa. Hingga akhirnya malam ini, ketika July dan Jonas mengantarkan beberapa pakaian dan perlengkapan Sinar ke unit apartemennya. “Tadinya mau aku jual ke Bira, tapi malah Pras yang beli,” Sinar me
Read more

Masa Lalu

Selagi semuanya sibuk dengan euforia kebahagiaan, karena Pras sudah terlepas dari tuduhan. Sinar dan keluarganya, lebih memilih untuk menepi sejenak ke kafetaria pengadilan. Bersembunyi di meja ujung, agar tidak terlihat oleh beberapa wartawan yang mungkin saja akan meminta beberapa keterangan dari Sinar.July membawakan satu botol air mineral dan satu buah roti kemasan yang baru saja di belinya di kafetaria tersebut. Menyodorkannya di depan Sinar yang tengah mendamaikan hati, dari sisa-sisa isakan di dadanya.“Bu Aida bilang, kamu gak perlu kerja hari ini sama besok, ada Bira yang bisa nemeni Pak Raja sementara,” ucap July yang duduk di sebelah Sinar, sembari mengusap punggung putrinya itu.Sinar hanya mengangguk meraih botol air mineral yang sudah dibuka oleh Jonas dan meneguknya hingga setengah lalu menutupnya kembali.“Baju-bajumu, nanti biar Jonas yang ambil di apartemen,” July kembali berujar menambahkan.“Gak bi
Read more

Menemani Sampai Senja

Keduanya terdiam saling tatap. Menunggu Lusi membukakan pintu apartemen dalam posisi yang sama. Saling bersebrangan dengan meja makan sebagai pembatas.Tak berapa lama kemudian, Lusi kembali dengan canggung. Karena sejatinya, wanita itu mendengar pertengkarang yang terjadi antara Pras dan Sinar meskipun tidak semuanya.“Ibu Aida sudah datang, Mbak, permisi,” ucap Lusi, kemudian kembali berlalu ke kamarnya dengan sopan.Pras menatap dingin pada Sinar sebelum akhirnya tubuh pria itu berbalik. Mendapati sang mami dan Bira yang sudah berada di ruang tengah yang memang menjadi satu dengan dapur.Aida menghela, saat benar-benar melihat Pras berada di apartemen yang sama dengan Sinar. Wanita itu pun menghampiri keduanya, lalu lebih memilih duduk di kursi meja makan. Manik Aida kemudian tertuju pada dua buah piring kosong yang berdampingan di atas meja, pun dengan dua buah gelas dengan kondisi serupa.“Kalian berdua sudah sarapan?”
Read more

Empat Mata

Dengan kepala tertunduk lesu, Sinar keluar dari mobil dan masuk ke dalam kediaman Raja untuk kembali bekerja pagi ini. Setelah mendengar penuturan Bira mengenai Bintang kemarin pagi, pikiran Sinar semakin terombang-ambing tidak menentu. Sinar jadi semakin bingung, bagaimana sebenarnya perasaan Bintang terhadap dirinya, baik dulu hingga saat ini. Untuk itu, Sinar akan menjenguk Bintang di akhir minggu ini dan memperjelas semuanya. Jika pria itu memang mencintai Sinar dan sempat ingin menikahinya, mengapa Bintang masih saja pergi bersama Daya di belakang Sinar. Argh! Pikiran Sinar benar-benar kacau. Andai hormon kehamilan ini tidak ikut mempengaruhi perasaannya, mungkin dirinya tidak akan terlalu sensitif seperti ini. Belum juga Sinar meletakkan bokongnya di atas kursi kerja, suara dingin nan menyebalkan itu kembali terdengar di telinganya. Padahal, sudah dua bulanan lebih, Sinar merasa tenang dan nyaman dalam bekerja. Namun sepertinya, hal itu tidak berlaku la
Read more

Menjawab Pertanyaan

Sebenarnya, berat bagi Raja untuk melepaskan Sinar ketika wanita itu memohon untuk mengundurkan diri. Tapi mengingat alasan yang dilontarkan Sinar, Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Karena wanita itu memang, harus benar-benar menjaga kandungannya. Terlebih, kegiatan yang dilakukan Raja semakin hari akan semakin padat. Raja pasti tidak akan tega melihat Sinar selalu menemaninya, dengan membawa perut yang benar-benar membuncit seperti sekarang.Raja hanya bisa berharap, bahwa pengganti Sinar nantinya, bisa sepintar dan cekatan seperti wanita itu dalam bekerja.“Sebenarnya, kamu gak perlu pindah dari apartemen Bira, Nar. Tinggal aja dulu di sana, Bira juga nanti malam kembali ke Singapur, apartemennya gak pernah dipakai sama sekali,” sekali lagi, Raja kembali berutang budi kepada keluarga Sinar. Dari masalah Aida dulu dan sekarang mengenai Pras.Raja tidak bisa menolong Prabu yang terkena dakwaan korupsi, karena dalam hal tersebut, ayah Sinar memang bers
Read more

Menegang

“Dengar, Nar,” Pras meraih dagu lancip Sinar, setelah mendengar jawaban wanita itu mengenai masa lalunya. Tatapan Pras tidak terbaca, hingga Sinar tidak bisa mengartikan, bahwa pria itu sedang marah atau tidak, kepadanya. “Jangan asal bicara, kalau kamu gak tahu apa-apa. Dan jangan pernah lagi membahas atau mengungkit masa laluku atau kamu … akan berakhir sama seperti mereka yang sudah membicarakanku di belakang karena sikap sok tahunya.” Sinar menepis kasar tangan Pras dari dagunya setelah mendengar semua ucapan pria itu kepadanya. Sinar memang tidak tahu menahu kejadian sebenarnya, hanya saja sang bunda sempat memperingatkannya untuk tidak dekat dengan Pras karena masa lalu Pras tersebut. Jadi wajar, kalau Sinar membangun benteng agar Pras tidak masuk lebih jauh ke dalam kehidupannya. Bersyukur, karena besok ia sudah tidak lagi pergi ke kediaman Raja untuk bekerja. Hingga Sinar tidak akan lagi bertemu, atau pun berhubungan lagi dengan Pras. “Pergi!
Read more

Tolong

Sangat membosankan! Begitulah hari-hari yang dilalui Sinar setelah mengundurkan diri menjadi sekretaris pribadi Raja. Luntang lantung di rumah, keluar masuk kamar menuju ruang tengah dan paling jauh ke dapur, membuat dirinya stress sendiri. Merindukan hari-hari dengan tumpukan pekerjaan dan mengikuti Raja pergi ke sana kemari. Paling jauh, Sinar hanya pergi memeriksakan diri ke dokter kandungan dan sesekali mengikuti senam hamil. Setiap pagi, Sinar rutin mengabari Pras tentang jadwal hariannya, yang lagi-lagi hanya berada di rumah dan tidak pergi ke mana pun. Yang mengesalkan adalah, pria itu hanya membaca chatnya tanpa membalas atau paling tidak mengucapkan terima kasih. Setelah hari terakhirnya berkerja dengan Raja, Sinar memang tidak pernah lagi bertemu dengan Pras. Sentuhan terakhir pria itu di atas perutnya kala itu, hanya membuat sebuah kecanggungan dan sebuah jarak antara dirinya dan Pras. Entah mengapa? Sinar pun tidak mengerti, serta tidak ma
Read more

Gara-gara Kamu

Kembali, Pras membuka ponsel dan melihat aplikasi chatnya. Sudah sesiang ini, tapi Sinar belum juga melaporkan tentang kegiatan yang akan dilakukan wanita itu hari ini. Biasanya, Sinar akan selalu mengirimkan chat pada Pras, paling lambat pukul enam pagi. Namun hari ini, jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi waktu Singapura, Sinar belum juga memberi kabar apapun kepadanya. Pras meletakkan kembali ponselnya di atas meja makan dengan hati kesal. Kalau ada wanita yang selalu saja memnimbulkan kekesalan di hati Pras, itu adalah Sinar. Wanita itu hanya jinak seperti kucing penurut kepadanya, jika Pras melontarkan ancaman, atau mengintimidasinya. Tapi, akan kembali membelot jika diberi kelonggaran, dan akhirnya tidak mengacuhkannya seperti saat ini. Ah! Wanita itu selalu saja menguji kesabaran Pras yang kadarnya tidak terlalu tinggi. Kembali meneruskan sarapannya. Ekor mata Pras melihat Bira yang baru turun dari lantai dua. Pria itu terlihat tengah berbica
Read more

Mengikuti Insting

Hari ini, Pras benar-benar menjemput Sinar tepat jam sembilan pagi. Pria itu hanya berada di mobil dan meminta Arkan untuk menjemput Sinar di rumah. Tidak beranjak sedikit pun dari tempat duduknya. Sibuk memeriksa beberapa laporan terkait branding serta maping sang papi yang tengah mengadakan pencitraan di beberapa daerah.Mengenai persyaratan yang diajukan Sinar kemarin, Pras tetap tidak bisa menerimanya. Meskipun, Sinar sudah menjatuhkan semua kesalahan atas kehilangan anaknya kepada Pras.Arkan segera menutup pintu penumpang setelah Sinar masuk ke dalam mobil. Wanita itu langsung memutar tubuhnya, memunggungi Pras. Hanya menatap pemandangan yang berlari di luar jendela begitu sang supir melajukan mobilnya.“Apa rencanamu setelah ini, Nar?” Pras memecah kesunyian, tapi pandangannya tetap tertuju pada tablet yang ada di tangan. Menggeser pelan slide demi slide untuk mengamati tiap laporan dengan teliti.“Gak punya rencana apa-apa.&rdquo
Read more

Terserah

Sinar mengerjab, merasakan getaran pada saku kemeja Pras. Tersadar dan segera mengurai pelukannya, seraya mengusap cepat lelehan bening yang membasah di wajahnya dengan salah tingkah. Merasa bodoh atas hal yang baru saja dilakukannya.Pras hanya menatap datar, merogoh saku jasnya dan melihat nama yang muncul di atas layar, kemudian mengangkatnya.“Yes, Gin?”Sinar menarik napas sangat dalam. Sudah bisa menerka, siapa yang menghubungi Pras saat ini. Memilih menjauh dengan perlahan, di saat Pras masih berbicara di telepon, lalu memutuskan untuk memesan taksi on-line.Sementara Sinar duduk menunggu taksi yang telah dipesannya. Ponselnya bergetar, menampilkan nama Pras di sana. Sinar hanya menatap ponsel di genggamannya hingga getarannya berakhir. Tidak berniat mengangkat dan hendak mengakhiri semua hal dengan Pras.Dengan berakhirnya masalah hukum yang melibatkan dirinya, Pras serta Bintang di dalamnya. Sinar rasa, sudah tidak ada lagi, ha
Read more
PREV
1
...
45678
...
27
DMCA.com Protection Status