Beranda / Romansa / My Arrogant Lawyer / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab My Arrogant Lawyer: Bab 31 - Bab 40

264 Bab

Nge-Date

“Ikut aku.”Tubuh Sinar, yang baru saja mengeluarkan ponsel untuk berselancar di dunia maya sembari menunggu Bira, tertarik paksa. Merasa syok, hingga tidak mampu mengelak, ketika tubuhnya digiring menuju parkiran basement hotel.Sejurus kemudian, Sinar mengerjab sadar. Membeliakkan maniknya karena jemarinya kini sudah tertaut erat dengan Pras. Memilih berhenti, dan menyentak tangan pria itu ketika berada di tengah-tengah basement.“Apaan seh!”Berbalik cepat, kemudian melangkah tergesa untuk kembali ke dalam lobi. Untuk apa Pras berada di lobi dan menarik dirinya menuju basement? Kemana Bira? Bukankah seharusnya, pria itu yang turun lebih dahulu kemudian pergi makan malam di tempat lain bersama Sinar?“Teruslah kembali ke dalam,” ucapan datar Pras menggema, di tengah-tengah basement yang hanya terisi dengan deretan kesunyian mobil. “Jonas …”Pras menang! Tidak melanjutkan kalimatnya.
Baca selengkapnya

Siapa yang Munafik?

Ponsel Pras kembali berdering, ketika keduanya baru saja masuk ke dalam mobil setelah menikmati keheningan di sepanjang makan malam. Sinar lebih memilih diam daripada harus kembali berdebat dan ujung-ujungnya, ucapannya tidak pernah ada yang dianggap satupun oleh Pras.Pria itu hanya mementingkan muntahan kalimat yang keluarkan oleh bibirnya tanpa mau mempedulikan ocehan Sinar. Apalagi setelah berbicara dengan Aida di telepon, perasaan Sinar menjadi semakin tidak nyaman saja.“Angkat,” Pras melempar pelan ponselnya ke pangkuan Sinar. Dan wanita itu hanya tercenung, saat melihat nama yang terpampang di dalam benda persegi yang masih berdering, sekaligus bergetar di atas pahanya.“Hei! Digeser icon yang warna hijau, kalau cuma dilihat gak akan kedengaran suaranya.”Dengan telak, Pras membalas ucapan Sinar beberapa waktu yang lalu, ketika masih menunggu pesanan mereka datang.Sinar mendesis kesal, hanya meraih ponselnya dan mem
Baca selengkapnya

Hubungi Aku Kapan Saja

Sinar bergeming, berdiri menatap kesal pada gerbang yang menjulang setinggi 3 meter di depannya. Kakinya seolah enggan melangkah dan melewati pagar besi, untuk kembali menjalankan rutinitas di hari kerja sebagai sekretaris pribadi Raja.Awalnya, Sinar mengira, akan bekerja sebagai sekretaris pribadi yang akan ditempatkan di kantor pusat Casteel High. Namun nyatanya, ia menjadi sekretaris yang akan menangani semua hal terkait masalah pencalonan Raja untuk menjadi gubernur. Jadi, kantor yang ditempati Sinar kali ini yakni bertempat di kediaman bakal calon gubernur itu.Hal itu mengakibatkan, mau tidak mau, ia harus bertemu dengan Pras setiap pagi, atau bahkan sore hari ketika pria itu sudah sampai di rumah. Perasaan kesalnya masih membekas hingga detik ini. Untungnya, pada malam itu Sinar tidak kesulitan untuk mendapatkan ojek on-line. Hingga ia bisa dengan cepat sampai ke rumah hanya dalam waktu 15 menit.Pras sungguh keterlaluan! Dan Sinar sudah bertekad, tidak
Baca selengkapnya

Tunggu Aku

Apa-apaan ini, batin Pras. Sepanjang perjalanan ke firma hukumnya, ia duduk santai sembari menggeledah ponsel Sinar yang beruntungnya, tidak dikunci sama sekali. Tujuan utamanya jelas, untuk membuka galeri foto dan hanya bengong pada akhirnya. Tidak ada satupun foto wanita itu di dalamnya. Bahkan, Pras sangat yakin kalau wallpaper yang digunakan wanita itu adalah bawaan standar yang sudah tersedia dari awal. Heran, sepanjang pengetahuannya, setiap wanita pasti memiliki hobi berselfie ria. Menjepret wajahnya sendiri berulang kali hingga mendapatkan pose sempurna tanpa celah. Tapi, hal itu tidak tampak sedikitpun di ponsel Sinar. Didera rasa penasaran yang sangat menggelitik, Pras menyusuri media sosial milik wanita itu. Kembali, Pras dibuat tercengang, tidak tampak aktivitas apapun di dalamnya. Pras mengawali dengan membuka aplikasi berwarna biru, dan tidak ada foto satupun di dalamnya. Pertemanan yang minim, pun dengan status pada berandanya. Sama sekali tidak ada ak
Baca selengkapnya

Calon Adik Ipar

Lima belas menit kemudian, Pras benar-benar dan sudah berada di depan Sinar yang hanya bisa pasrah menunggu pria itu di teras rumah. Kalau bukan karena ponselnya yang masih berada di tangan Pras, Sinar tidak akan sudi untuk menunggu pria itu sampai kapanpun.Namun, ada yang berbeda pada penampilan Pras kali ini. Pria itu berpakaian kasual, teramat santai. Hanya memakai kaos polos berwarna hitam dengan model V neck, serta celana pendek kargo yang berwarna senada.Surai legam yang biasa tertata rapi dengan pomade, kini terhambur separuh basah. Menguarkan kesan seksi tersendiri, hingga membuat Sinar sempat membayangkan merajut erat jemarinya,, pada tiap helai lebat yang bertahta di kepala pria itu.“Pengen bilang, jangan dipendam,” ujaran Pras barusan, terkesan mengejek di telinga Sinar. “Kapan terakhir kali kamu having sex, Nar?”Sinar mengerjab pelan. Kembali memutar pertanyaan Pras di otaknya. Apa dia tidak salah dengar? Pras berta
Baca selengkapnya

Jangan Pernah

Pras mengikuti sang mami hingga masuk ke kamar. Pikirannya tidak bisa menerima dengan keputusan atau rencana yang sudah dibuat oleh Aida. Apa telinganya tidak salah dengar? Aida akan melamar Sinar setelah wanita itu melahirkan? Lelucon macam apa ini, pikir Pras. Semua pasti sudah direncanakan, sebelum Sinar bekerja sebagai sekeretaris pribadi papinya. Pras yakin sekali akan hal itu. Pras menutup pintu kamar, berjalan menuju sofa bench yang terletak tepat di sisi kaki ranjang. Duduk santai dengan menekuk satu kakinya di atas sofa. “Mami serius mau menikahkan Bira dengan Sinar?” “Serius,” tekan Aida yang baru saja keluar dari walk in closet untuk meletakkan tasnya. “Kenapa? kamu gak terima? Atau kamu sendiri yang mau nikah sama Sinar.” tantang Aida Detik itu juga, Pras memuntahkan satu tawa kering, lalu menggeleng. “Dia itu anak koruptor, Mi. Apa Mami gak pernah mikir sampai ke sana? Papi sedang dalam proses pencitraan, mencari dukungan untuk maju dalam
Baca selengkapnya

Satu Minggu

Sinar melempar tasnya di ranjang. Hal selanjutnya yang dilakukannya yakni mencari charger ponsel lalu mengisi dayanya. Dadanya masih saja naik turun, kesal tidak terkira. Setelah diturunkan di pinggir jalan, Sinar tidak langsung pulang, ataupun pergi ke kediaman Raja. Ia mencari tempat makan terdekat dan kembali mengisi perutnya yang semakin lapar ketika di dera amarah seperti sekarang. Sinar berniat pulang ke rumah. Hanya saja, ia menunggu jam kepergian sang bunda ke butik terlebih dahulu, agar July tidak curiga. Terlebih, karena sang bunda tahu, kalau Sinar pergi dengan Pras. Setelah ponselnya bisa menyala, Sinar segera membuka aplikasi mobile bankingnya. Ingin melihat berapa tepatnya saldo yang dimilikinya saat ini, serta mutasi selama tujuh hari ke belakang. Sejauh ini, Sinar masih belum memeriksa, berapa jumlah uang yang dikeluarkannya untuk membayar 6 porsi fine dining kala itu. Dan anehnya, tidak ada mutasi apapun selama 7 hari terakhir. Teruta
Baca selengkapnya

Jangan Kecewakan Aku

Satu minggu? Bersikap formal dan profesional dengan Sinar selama seminggu? Pras membatin geli dan meremehkan. Siapa Sinar, hingga ia harus berbuat baik selama satu minggu ini, dengan wanita itu. Apa yang sudah Sinar beri, hingga harus diperlakukan sebaik mungkin? Pras bisa bersikap profesional, atas nama pekerjaan yang saat ini dijalaninya, tapi, bersikap baik? Pras sangsi akan hal tersebut. Entah mengapa, selalu saja ada perasaan kesal jika melihat Sinar. Wanita itu, seperti tidak pernah menganggap Pras ada, dan selalu saja membantahnya. Pras baru hendak memutar tubuh untuk berbalik. Kembali masuk ke dalam rumah setelah bersantai di balkon rumah depan, untuk menikmati matahari pagi. Tapi suara deritan pintu gerbang, telah mengusik hatinya untuk memutar kepala. Dan di sanalah, Pras kembali melihat Sinar berjalan kaki di pekarangan rumahnya. Sebelum itu, Pras sempat melihat, Sinar tampak berbicang-bincang sekilas dengan security yang menjaga di pintu gerbang.
Baca selengkapnya

Because I Said So

Sore itu, Sinar dan Raja bergantian menjabat tangan, dengan kedua tamu mereka yang baru saja datang. Ada seorang pria paruh baya tapi usianya masih berada di bawah Raja. Catra Adiyaksa, ialah pemimpin redaksi dari Okenews, sebuah media online berita dan hiburan. Selain itu, Okenews juga mengelola beberapa bisnis media lain, diantaranya, media cetak, radio dan televisi. “Saya itu kaget, loh. Waktu Pak Raja bilang kalau sekretaris pribadinya itu kamu, Nar.” kata Catra ketika menyalami Sinar. “Udah gak betah di Metro, ya?” Sinar tertawa kecil dengan ramah. “Tawaran Pak Raja lebih menggiurkan, Pak. gak bisa ditolak!” tidak mungkin, kan, kalau Sinar mengatakan bahwa ia dipecat oleh pemilik Metro yang baru? Cerita yang ada nantinya akan memanjang. Terlebih, jika Catra tahu, ternyata pemilik Metro yang memecatnya adalah Pras, anak sulung Raja. Sepertinya akan membingungkan. Pras memecat Sinar, tapi, sekarang wanita itu malah bekerja dengan Raja. Bisa jadi gosip hang
Baca selengkapnya

Perempuan Pembangkang

Sinar terlampau bingung, dan hatinya pun tidak bisa menebak-nebak apa sebenarnya yang kini direncanakan Pras kepadanya. Pria itu bersikap baik beberapa hari ini. Benar-benar mematuhi persyaratan yang diberikan Sinar kala itu, untuk tidak menyentuhnya. Sikap yang ditunjukkan Pras juga sungguh profesional. Apa mungkin, Aida sudah menegur Pras akibat aduan Sinar kala itu. Ya! pasti karena hal tersebut, yang membuat Pras menjadi baik kepadanya, Tapi … kenapa cuma satu minggu? Bagaimana jika tujuh hari itu telah terlewat? Apa Sinar akan kembali mendapat perlakuan menyebalkan dari pria itu? Tapi, ada hal yang bisa Sinar simpulkan ketika mengenal Pras lebih dekat, meskipun hanya secara Singkat. Pria itu memang tidak suka dibantah dan sangat suka mengatur. “Mau ke mana? Kamu sebaiknya duduk! gak usah pergi ke mana-mana dan ikut bantu-bantu.” Raja dan Catra sudah menemukan satu rumah strategis, untuk dijadikan sebagai pos pemenangan pada pilkada nanti.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
27
DMCA.com Protection Status