Langit sudah gelap saat dua orang berseragam itu keluar dari perpustakaan kota. Keduanya lantas mendesah saat merasakan perut masing-masing mulai melancarkan aksi protes. “Gara-gara lo gue harus kelaparan,” protes Katha. Rabu menoyor kepala Katha pelan. “Setidaknya otak ini harus dipakai sesekali biar nggak aus.” Katha menepis tangan Rabu dari kepalanya, lalu berjalan lebih dulu keluar dari gerbang perpustakaan kota. Jalanan sangat ramai, dan lampu penerang jalanan terang benderang. Itu normal saja, sebab sekarang adalah sabtu malam. Dan juga, ini masih jam tujuh. “Makan apa, nih? Gue mau burger.” “Kalau udah tau jawabannya, ngapain nanya,” sahut Rabu. “Formalitas,” jawab Katha cuek. “Yuk!” Dia kembali berjalan, mencari angkot yang bisa membawa mereka ke restoran fast food terdekat. Mengenai angkot, Katha sudah terbiasa sejak eyang memintanya berangkat sekolah bersama Rabu. Ya, walau dia sempat merengek minta diantarkan supir eyangnya.
Read more