Semua Bab Dating with Celebrity: Bab 71 - Bab 80

175 Bab

Kamuflase Rasa Hati [6]

Sean mengulangi pertanyaannya dgn sabar. “Kamu dari mana, wahai aktor ternama?”Darien terkekeh geli karena ucapan sepupunya itu. “Aku baru pulang dari Medan. total, aku berada di sana hampir dua minggu. Aku dan yang lain baru selesai syuting film layar lebar. Kalau punya waktu, kalian juga harus ke sana. Makanannya luar biasa,” Darien berpromosi.Maxim mengiterupsi. Lelaki itu duduk di sebelah kiri Sean, meninggalkan pekerjaannya. Dia tahu, tak akan bisa berkonsentrasi dengan kehadiran kakak dan sepupunya yang berisik ini. Lagi pula, dia juga sudah cukup lama tdk bertemu dengan Darien. “Bukannya waktu itu kamu bilang sedang syuting di Spanyol? Kenapa sekarang tiba-tiba malah baru pulang dari Medan?”Darien menatap adiknya seakan Maxim baru saja mengucapkan pengakuan dosa yang mengejutkan. “Ya ampun, itu sebulan yang lalu, Max! Setelah itu, aku terbang ke Medan.”Maxim melongo. “Itu masih film yang sam
Baca selengkapnya

Pada Suatu Makan Malam [1]

Toilet adalah tujuan utama Kendra begitu dia menginjakkan kaki di gedung perkantoran itu. Gadis itu berusaha merapikan penampilannya yang sudah pasti jauh dari kategori rapi. Karena itu, Kendra  mencuci muka, membubuhi bedak di pipinya yang berkilat, memakai lipgloss, dan menyisir rambutnya yang berantakan.Seperti biasa, rambut bergelombangnya mengembang tak keruan karena memang cenderung sulit diatur. Kadang Kendra tergoda ingin pergi ke salon dan melakukan perawatan smoothing. Namun godaan itu ternyata hanya sebatas godaan yang tidak ingin diwujudkannya. Dia tak bisa membayangkan tampil dengan rambut lurus yang mengayun lembut tiap kali dirinya bergerak.Saat menatap bayangannya di depan cermin, Kendra mengangguk. “Oke, ini sudah lebih baik dibanding tadi,” gumamnya dalam hati. Setelah itu, dia kembali mematut diri. Baru kemudian Kendra meninggalkan toilet dengan langkah mantap.Kendra tiba di kantor Sean pukul setengah tuju
Baca selengkapnya

Pada Suatu Makan Malam [2]

Gadis itu terpana saat mengenali wajah Maxim di sampul majalah The Bachelor bersama dua pria lain. Majalah ini sudah terbit sekitar dua bulan silam dan Kendra sama sekali belum pernah membacanya. Padahal, penampilan Maxim di majalah itulah yang membuat Rossa bersemangat menjadikannya klien di acara Dating with Celebrity.Seperti biasa, Maxim tampak menawan. Lelaki itu mengenakan setelan berwarna biru muda. Dasinya berwarna gelap. Maxim tidak berpose aneh, cuma menatap ke arah kamera dengan ekspresi datarnya yang biasa. Namun, entah bagaimana, lelaki itu terlihat lebih mirip model profesional dibanding perancang sepatu bayi. Saat itu Kendra baru memahami pesona seperti apa yang dimiliki Maxim. “Siapa sangka kalau gambar yang diambil oleh seorang fotografer profesional bisa membuatmu terlihat ... apa ya? Bergaya? Tapi tetap ada kesan misteriusnya. Pantas saja Mbak Rossa menuruti keinginanmu sepanjang bersedia ikut di acara Dating with Celebrity
Baca selengkapnya

Pada Suatu Makan Malam [3]

Ketika Sean menyebutkan identitas tamunya, Kendra nyaris membenturkan kepala ke meja karena gemas pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia tak mengenali pria ini? “Ini Darien, kakaknya Maxim. Dia bintang film terkenal, lho!” gurau Sean. Darien duduk di sebelah Sean, berhadapan dengan Kendra. Pria itu menyapa dengan sopan sekaligus ramah. Tanpa diminta, otak Kendra segera membandingkan sikap Darien dengan Maxim yang berbeda jauh. Mirip pluto dengan matahari. Mungkin, Maxim memang anomali dibanding saudara-saudaranya. Atau, jika dibandingkan semua laki-laki di semesta. “Aku tidak terkenal,” sahut Darien. “Buktinya, Kendra saja tidak mengenaliku. Iya kan, Ken?” tebak lelaki itu dengan jitu. Kendra tak tahu harus menjawab apa. Dia benar-benar mati kutu karena tampaknya Darien melihat ekspresinya yang kebingungan selama sesaat tadi. Untungnya calon klien The Matchmaker sudah kembali membuka mulut, mengabaikan kata-kata Darien. “Darien ini yang ingin dijodo
Baca selengkapnya

Pada Suatu Makan Malam [4]

“Astaga, kamu bawel sekali.” Kendra tertawa geli. “Jangan berlebihan! Itu sama sekali tidak cocok denganmu, Max!” Dia geleng-geleng kepala. “Aku serius! Apa kamu tidak bisa membayangkan apa yang harus kutanggung dalam waktu sehari kemarin? Makan siang di pesta pernikahan tanpa diundang. Dan setelahnya ke toko loak dengan barang-barang aneh. Siapa sangka kalau ada orang yang memberi hadiah borgol, buku mantra, atau boneka seks? Atau, mungkin aku yang terlalu kolot, ya? Pantas saja kado seperti itu buru-buru disingkirkan oleh si penerima.”Kendra mulai menyuap makanannya dengan gerakan perlahan. “Itu karena kamu belum terbiasa. Aku dulu juga agak shock saat pertama masuk ke toko itu. Lama-kelamaan sih tidak merasa aneh lagi. Asal sabar memilih, banyak kok barang bagus di sana. Dan tentu saja murah,” respons Kendra. “Kamu terlalu cerewet. Semua hal selalu diprotes. Tidak ada yang mendapat penilaian posit
Baca selengkapnya

Pada Suatu Makan Malam [5]

“Awalnya sih karena aku membantu teman kuliahku, namanya Neala. Singkatnya, setelah wisuda aku akhirnya bergabung di The Matchmaker. Meski bukan pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang kupelajari. Aku seharusnya menjadi akuntan,” tangan Kendra menjauhkan mangkuknya yang sudah kosong. “Sebenarnya, aku tidak berniat untuk bertahan di situ. Awalnya, kuanggap ini cuma batu loncatan. Namun kemudian pekerjaannya cukup banyak dan aku boleh dibilang ‘tenggelam’ dalam kesibukan. Tidak punya kesempatan untuk mencari peluang lain. Makin ke sini justru rasanya kian berat untuk meninggalkan The Matchmaker. Mungkin karena aku sudah telanjur merasa nyaman,” urainya.Darien dan Sean mendengarkan kalimatnya dengan penuh konsentrasi. Sementara Maxim sedang menghabiskan makanannya.  Kendra mengira kata-katanya luput dari perhatian pria itu, tapi ternyata dia salah.“Kamu belum menjawab pertanyaan kakakku, tentang seperti apa rasanya
Baca selengkapnya

Pada Suatu Makan Malam [6]

“Omong kosong! Judith itu pilihan Kendra, bukan pilihanku,” bantah Maxim. Lelaki itu mulai tampak kesal. Dia mendengkus.Kendra tentu saja tak tinggal diam karena Maxim terkesan menyalahkannya.  “Waktu itu, kamu menanyakan pendapatku. Aku tidak pernah memaksamu untuk memilih Judith, kan?” Gadis itu mengerling ke arah sepupu Maxim. “Betul apa yang Sean bilang. Kamu dan Judith memang pasangan yang cocok. Kalian akan menjadi contoh kesuksesan acara Dating with Celebrity. Aku optimis itu akan terjadi.”Begitu kalimat Kendra usai, Maxim menjewer telinga kanan gadis itu. “Cocok apanya? Dasar tukang khayal!”Kendra mengaduh sembari mengusap telinganya. Lalu, dia merespons bantahan Maxim dengan pertanyaan. “Bukankah tiga hari yang lalu kalian juga punya janji? Jangan membantah karena kamu sendiri yang bilang padaku, kan? Sepertinya sih bukan kebetulan kalau....”Maxim menukas dengan nada se
Baca selengkapnya

Bahasa Sukma [1]

"Hei, mau ke mana, Max? Urusanku dengan Sean belum selesai. Max, jangan menarik tanganku seperti ini!" larang Kendra dengan panik. Namun Maxim tak peduli dengan permintaannya. “Sean, tolong bayar makanan kami. Urusan Dating with Celebrity, nanti-nanti saja. Aku dan Kendra punya urusan yang lebih penting,” cetus Maxim sambil terus berderap. “Maxim ... kamu kenapa, sih?” bentak Kendra kesal. Tadi dia bahkan nyaris gagal menyambar tasnya. Dan yang paling membuatnya malu, Darien dan Sean hanya menatapnya dengan ekspresi senang. Tidak ada yang melarang Maxim melakukan tindakan aneh itu. “Sean, tolong baca kontraknya, ya?” pinta Kendra sambil menunjuk ke arah amplop cokelat yang masih berada di atas meja. “Nanti kuhubungi lagi. Maaf.” Setelahnya, Kendra terseok-seok mengekori Maxim. Dia bahkan tak sempat mendengar jawaban Sean. Gadis itu berusaha melepaskan tangan kirinya dari genggaman Maxim, tapi gagal total. Lelaki itu malah mengencangkan pegangannya. M
Baca selengkapnya

Bahasa Sukma [2]

Kendra memutar matanya. Bagi gadis itu, Maxim baru saja mengucapkan salah satu kalimat yang paling tidak masuk akal abad ini. “Hah? Kamu mengigau, ya? Kamu kesal padaku? Apa aku harus peduli?” “Tentu saja kamu harus peduli!” Maxim bersikeras. Kendra mengertakkan gigi. “Dasar aneh! Seharusnya, aku yang merasa kesal padamu. Kesalku  sampai ke ubun-ubun dan ke tulang sumsum, malah! Kepalaku rasanya terbakar saking panasnya. Itu karena kamu sudah bersikap seenaknya dan membuatku malu di depan orang lain.” Kendra berdiri dan bercekak pinggang dengan marah. Dia tidak peduli meski harus mendongak agar bisa melihat wajah Maxim dengan jelas. Di kondisi normal, posisi seperti ini cukup mereduksi keberaniannya. Menyadari dirimu jauh lebih pendek dari orang lain, itu sungguh menyebalkan. “Aku datang ke sini untuk menemui Sean, tahu!” ulangnya untuk kesekian kali. Kendra  berharap Maxim paham bahwa lelaki itu tak ada urusan dengan dirinya. “Kamu tidak be
Baca selengkapnya

Bahasa Sukma [3]

Maxim meninggalkan Kendra dan kembali dengan segelas air putih yang diambilnya entah dari mana. Gadis itu segera meminum air yang disodorkan padanya hingga setengah gelas. Setelah meletakkan gelas di atas meja, Kendra termangu. Sementara itu, Maxim duduk di sebelah kanan Kendra.Keheningan menyapu ruangan itu. Kendra duduk bersandar dengan kepala yang masih terasa nyeri. Dia tak tahu harus melakukan apa. Beberapa hari ini, ada banyak kejadian mengejutkan yang datang bertubi-tubi. Beberapa di antaranya melibatkan Maxim.Gadis itu mendesahkan nama Tuhan di dalam hati. Dia tak yakin apakah ini nyata atau dia sedang bermimpi. Semua ini benar-benar tak terduga. Bagaimana Kendra harus menyikapinya?“Kendra, kamu mendengarkan kata-kataku, kan?” tanya Maxim setelah gadis itu cuma berdiam diri puluhan detik. “Katakan sesuatu. Tolong, jangan diam saja. Karena kamu membuatku gugup.”Kata-kata Maxim itu menarik Kendra pada kekinian. Dia pun te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status