"Kamu benar," ucap Arinda, tersenyum lebih lebar. "Aku akan menangis setelah merasa lelah. Tapi hanya menangis, belum saatnya aku menyerah, bukan?" Frielza tersenyum, diikuti Reta. "Kalau bisa jangan menyerah. Terus berjuang, kalahkan kekejaman takdir yang menimpamu." Arinda mengangguk, lalu menghela napasnya untuk menghilangkan segala rasa sesak. Entah mengapa, setelah mendengar penuturan kedua temannya ini, hatinya seakan lega, tidak ada beban yang berat lagi di sana. Memang, saat terkena musibah, tempat bersandar amat di butuhkan untuk berkeluh kesah. Selain itu, dia juga bisa mendapat pencerahan dan juga kata-kata yang mengandung penyemangat. Arinda bangga akan hal ini, bangga karena memiliki dua orang teman yang mencintainya tulus apa adanya. Saat sudah jatuh miskin beginipun, dua temannya itu masih mau berteman dengannya. Tidak ada raut wajah jijik dan juga menjauh dari mereka. "Kita masuk sekarang, yuk! Setelahnya kita ke ca
Last Updated : 2021-06-13 Read more