Deondra beranjak dari kursinya setelah memeriksa beberapa berkas. Jam masih menunjukkan pukul sebelas siang, saat dia berjalan menuju sofa panjang yang ada di ruangannya. Membaringkan tubuhnya di sana, Deondra melamun, menatap lurus kearah langit-langit. "Apa yang akan terjadi padaku di masa depan?" Pertanyaan konyol keluar dari mulutnya, lalu dia tertawa sesaat. "Alrix sialan, dia sama sekali tidak datang ke ruanganku. Hah, dia mungkin lelah melihatku," ujarnya pelan, menyedekapkan tangannya di dada. Bayangan Anne timbul di atas langit-langit, seakan tersenyum padanya. Juga di susul potongan-potongan kejadian masa lalu yang silih berganti. Tentang Anne yang memintanya untuk segera melamar, kecelakaan yang menimpa orang tuanya, kematian, hingga saat dia mengiring pemakaman dengan air mata yang tak bisa di hapusnya dari wajah. Deondra menghela napas, membiarkan air matanya mengalir membasahi pipi. Dia memang seorang lelaki, tapi di ting
Last Updated : 2021-06-01 Read more