Semua Bab My Favorit Servant: Bab 1 - Bab 10

106 Bab

Bab 1. Terucapnya Sebuah Sumpah!

Alrix membuka pintu mobil di depan pintu utama, sebelum akhirnya sebelah kaki jenjang dibalut sepatu hitam mengkilat keluar dari sana. Para pelayan yang menyambutnya menunduk, begitupun dengan salah seorang pelayan baru yang sudah baru tiba tadi siang dan langsung di make-over oleh para pelayan senior, membuatnya menjadi lebih rapi, cantik dan elegan dengan perpaduan pakaian khas pelayan dengan rok span selutut. Rambutnya di ikat satu, dengan surai yang dibiarkan jatuh di sisi kanan wajahnya. Deondra, nama Tuan Muda rumah utama itu. Tatapan angkuhnya menelisik para pelayan, menatap kelima orang wanita yang tengah berbaris rapi di depannya. Jadwal penyambutan yang bergantian, sehari sekali hanya lima orang pelayan yang menyambutnya pulang, empat belas lagi akan diurutkan besok. Kecuali, kepala pelayan. Dia perlu setiap hari menyambut kepulangan Deondra. Melangkah pongah Deondra melewati para pelayan yang menyambutnya, semakin menunduk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-26
Baca selengkapnya

Bab 2. Salah Paham

Malam hari, Arinda memasuki kamar khusus pelayan yang di berikan untuknya. Sesaat senyum cerahnya berganti menjadi rasa lelah dan juga perasaan sesak. Siang tadi masih mengingat bagaimana dia yang menjatuhkan tubuhnya ke lantai rumah sakit setelah mendengar kabar dari dokter yang mengatakan kondisi ayahnya. Dia memeluk lututnya, menenggelamkan kepalanya di sana, menangis terisak."Arin, kamu yang kuat, ya? Ayah kamu pasti akan baik-baik saja," ucap Reta, sahabat Arinda itu berjongkok dan memeluknya. "Ayah koma, Reta. Usahanya juga bangkrut akibat kebakaran itu, bagaimana ... bagaimana aku bisa membayar biaya pengobatannya?" Terisak Arinda bertanya, air matanya bercucuran di pipinya yang putih. "Sabar, Arin, Sabar. Ini cobaan, kamu adalah wanita kuat yang pernah aku temui. Semuanya akan baik-baik saja, ayahmu akan bangun. Sebaiknya kamu ikut aku, ayo!" Reta menarik tangannya, sambil beranjak bangkit
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-28
Baca selengkapnya

Bab 3. Luka Berakhir Noda (21+)

"Semua biaya pengobatan Ayah Nona satu bulan terakhir sudah lunas, bahkan biaya rumah sakitnya juga sudah dibayar dari uang yang Nona berikan untuk sebulan ke depan."  Arinda menerima tanda pembayaran dari suster bagian administrasi, lalu segera menandatanganinya dan menyerahkannya kembali.  "Terima kasih untuk keringanannya dua bulan ini, Suster. Bulan depan saya akan datang lagi untuk membayar biaya pengobatan selanjutnya." Suster itu tersenyum.  "Baik, Nona. Akan saya tunggu kedatangan Nona. Untuk Ayah anda, kami akan menjaganya dengan baik. Semangat bekerjanya ya, Nona." Arinda tersenyum.  Suster itu memang tahu apa yang dialami oleh Arinda dua bulan lalu. Saat seorang gadis kecil dengan wajah gugup dan pucatnya turun dari ambulans yang diisi oleh seorang wanita tak bernyawa. Sedangkan dari ambulan yang satu lagi, seorang lelaki yang merupakan ayahnya dibawa turun dengan kondi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-29
Baca selengkapnya

Bab 4. Pecat Dia!

Dengan menahan semua rasa sakit dan air mata. Arinda mengenakan pakaian dan jubahnya, lalu segera meninggalkan kamar itu. Sampai di kamarnya, dia menjatuhkan tubuhnya di lantai kamar, menangis tersedu. "Ayah, Bunda .... Arin sudah mengecewakan kalian ... Arin sudah kotor," ujarnya dengan suara serak, suaranya habis saat dia berusaha berontak ketika sang majikan melampiaskan hasrat padanya. Sesenggukan dengan perasaan yang menyayat di dalam hatinya. Arinda bahkan tak mampu menggerakkan tangannya untuk mengusap bahu. Tangisnya amat menyedihkan, seakan putus asa dan juga lelah. "Apakah ini yang kudapatkan setelah menerima gaji tiga kali lipat itu? Ini tidak ada dalam perjanjian kerja itu 'kan? Tapi kenapa dia lakukan?"Pertanyaan yang tak dia ketahui apa jawabannya keluar, tapi kamarnya membisu takkan mampu ataupun bisa menjawab. Perlahan Arinda bangkit dengan susah payah, lalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-30
Baca selengkapnya

Bab 5. Dia Hanya Pelayan

"Kamu tidak bisa melakukan kesalahan sekecil apapun di rumah ini. Karenanya, kamu dipecat!" Bak tersambar petir, tubuh Arinda langsung melemas mendengar ucapan itu. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca, dia beringsut mendekati Alrix dengan langkah perlahan. Arinda merasa takut jika harus mendekati Deondra, hingga langkahnya memilih Alrix untuk memohon. Arinda menangkup kan kedua tangannya di depan wajah, memohon. "Saya mohon, Tuan Alrix. Jangan pecat saya, saya mohon. Bagaimana saya bisa membiayai pengobatan ayah saya jika saya di pecat?" Sesenggukan Arinda berkata membuat Alrix merasa iba. Deondra yang melihat hal itu, ingin rasanya langsung menonjok wajah Alrix. Entah apa penyebabnya, yang pasti dengan melihat Arinda menangis sudah cukup membuat jiwanya tercabik. Dia mendekati mereka dan menatap Arinda dengan ekspresi angkuh dan sulit di artikan. "Semuanya ada pada kekua
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-01
Baca selengkapnya

Bab 6. Bekas Luka?

"Tidak salah, Tuan. Hanya aneh saja, sekarang pilihan Anda sangat jauh berbeda dari yang dulu, ya?"Deondra menatap wajah Alrix datar, lalu menyunggingkan senyum miring. "Dia hanya seorang pelayan, kata siapa dia pilihanku? Yang cocok itu, jika dia menjadi pilihan para petani di perkebunan teh. Aku? Memilih dia? Kamu pasti sudah gila!" Deondra bangkit, tak jadi makan karena sudah kehilangan selera.Alrix tersenyum kecut, tapi kemudian tersenyum tipis. "Jika begitu, saya ada niat untuk mendekatinya. Saya merasa Arinda memiliki daya tarik dan sikap seperti seorang putri kerajaan."Deondra yang mendengarnya hampir berbalik dan mencengkram kerah Alrix yang berjalan di belakangnya. Tapi, itu tak dia lakukan demi menjunjung tinggi harga dirinya. "Cih, lakukan saja. Kamu dan dia 'kan sama. Sama-sama pelayanku!" Deondra berkata acuh, padahal tangannya sudah terkepal erat. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-02
Baca selengkapnya

Bab 7. Kau Merasa Hebat?

Deondra sedang tersenyum sendiri di balkon kamarnya, menatap langit biru yang menampilkan cuaca cerah hari ini. Dia sedang menunggu, menunggu datangnya gadis itu dan menggodanya. Bukankah selama ini itu yang dia dapatkan? Walaupun tak pernah menyentuh para wanita, tapi dirinya selalu di kejar-kejar, membuatnya congkak. Empat tahun lalu dia adalah Deondra yang menyenangkan. Mudah tersenyum dan tertawa bersama dengan para teman dan rekan kerjanya. Dia juga baik hati, penuh perasaan dan juga rendah diri. Hal itulah yang membuat para wanita mengejarnya, memujanya dan mendambakannya. Tapi semua sikap baiknya itu di injak-injak oleh Anne, wanita yang pernah masuk kedalam relung hatinya dan bertahta di sana. Dua tahun dia menjalin hubungan kasih dengan wanita itu. Bahagia dan menghabiskan waktunya dengan ceria. Deondra mencintai Anne sepenuh hati, tak pernah menyangka bahwa gadis itu adalah musuh dalam selimut. Tak pernah Deondra sadari, bahwa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-03
Baca selengkapnya

Bab 8. Club?

"Apa maksudmu? Kapan aku menyentuhnya?" sentaknya kasar membuat Alrix tak berani lagi untuk melanjutkan ucapannya. Dia menunduk. "Maaf Tuan Muda, saya sudah berkata lancang." Deondra menatapnya, lalu membuang  wajahnya dengan tatapan datar. Tapi tak bisa di pungkiri Deondra tengah mendesah sedikit lega, dia amat yakin, pasti Alrix tidak akan tahu apa yang sudah dia perbuat. "Aku akan keluar malam ini, siapkan mobil." Deondra berkata, langsung melangkah dengan memasukkan kedua tangannya di saku celana. Alrix berbalik, mengikuti Deondra yang berjalan memasuki kamarnya. Deondra menuju kearah rak, mengambil satu botol alkohol melangkah menuju sofa. "Anda mau kemana?" Alrix bertanya, wajahnya terlihat cerah. Selama ini Tuan Mudanya itu selalu mengurung dirinya di kantor ataupun kamarnya. Tak pernah Deondra pergi ke tempat hiburan malam ataupun ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-05
Baca selengkapnya

Bab 9. Rindu

Seketika seluruh isi Bar yang dimasuki oleh Deondra hening. Padahal tadi musik berdentum memekakkan telinga. Bahkan para bartender dan juga wanita penghibur yang awalnya meliuk-liukkan tubuh seksinya di lantai dansa juga ikut melihat kearah pintu. Tak percaya dengan tatapan mata mereka yang menampilkan sosok Deondra. Pria dewasa yang amat berpengaruh di seluruh kota. Perusahaannya yang besar dan bercabang-cabang, cukup membuat namanya tersohor dan sosoknya amat di kenali di seantero kota. Kabar tentang Deondra yang menjauhkan diri dari hiburan malam, para wanita dan dunia luar cukup besar hingga sampai ke telinga masyarakat yang mengenalinya. Bahkan ada yang menyebarkan berita bahwa Deondra bersumpah untuk tak lagi ingin jatuh cinta. Sikapnya yang berubah 180° itu berhasil membuat orang-orang yang mengaguminya menjadi kecewa. Pasalnya dulu Deondra adalah seumpama malaikat tak bersayap yang rajin menyebarkan kebaikan dan juga tatapan penuh kasih sayangnya pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-06
Baca selengkapnya

Bab 10. Kepedihan Hati Arinda

Arinda menjatuhkan tubuhnya ke ranjang miliknya setelah menyelesaikan tugas akhir. Diraihnya ponsel yang dia charger di atas meja kecil di sebelah tempat tidur, memeriksanya sebentar. Karena tak ada yang penting, diletakkannya ponsel itu sembarangan lalu menatap langit-langit kamar. "Kapan Ayah bangun? Sudah sebulan lebih sejak kejadian itu, tapi tidak ada perubahan sama sekali," ungkapnya sedih, dia menghela napasnya pelan. Termenung sendirian sampai tak sadar air matanya sudah mengalir melewati pelupuk. Seharian ini dia berusaha kuat, berusaha terlihat kuat saat ada pelayan senior yang menyapa dan berbincang dengannya. Arinda masih berusaha memancarkan senyum, menampilkan bahwa dia baik-baik saja. Padahal, seluruh hatinya hancur dan pikirannya sedang bertengkar dengan semua bayangan malam itu yang selalu bergentayangan di kepalanya. Arinda hanya seorang gadis rapuh, manja dan juga mudah merasa hancur. Kasih sayan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status