Home / Romansa / Jerat Cinta CEO Mesum / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of Jerat Cinta CEO Mesum: Chapter 381 - Chapter 390

524 Chapters

( S2 ) Bab 203. Lura Berbohong

Hanna berjalan cepat sambil membawa air hangat untuk adik iparnya. "Ini air hangatnya." Hanna mengulurkan tangannya memberikan segelas air hangat. "Minumnya pelan-pelan!  Ini agak sedikit panas.""Iya, Mbak, makasih ya." Lura mengambil gelas itu, lalu meminumnya sedikit demi sedikit. "Terima kasih, Kakak ipar," ucap Lura setelah minum hampir setengahnya. "Sama-sama," jawab Hanna sambil mengambil gelas dari tangan Lura. "Ini hapemu." Tangan kanannya terulur memberikan benda pipih dari Bi Darmi."Terima kasih banyak, Mbak." "Iya." Hanna memegangi tangan adik iparnya. "Kamu bisa jalan sendiri nggak?""Bisa kok," jawab Lura sembari tersenyum menyembunyikan rasa sakitnya supaya sang kakak tidak terlalu mengkhawatirkannya."Aku taruh gelas dulu ya." "Iya, Mbak. Maaf ya aku ngerepotin terus." Lura merasa tidak enak hati selalu merepotkan kakak iparnya."Jangan ngomong kayak gitu, aku ini kakakmu!"&n
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more

( S2 ) Bab 204. Kemarahan Tingkat Tinggi

"Baik, Kakak ipar. Aku pulang dulu ya." "Hati-hati!" seru Hanna pada laki-laki yang terlihat buru-buru mengejar calon istrinya."Iya!" jawab Evans tanpa menoleh pada kakak iparnya.Evans berjalan cepat menyusul Lura yang sudah lebih dulu keluar dari rumah Gilang.Setelah Evans pergi Hanna segera menelepon mertuanya, memberitahukan kalau Lura sedang sakit perut dan tidak mau pergi ke dokter."Ma, aku khawatir sama Lura, dia nggak mau diajak ke dokter." Hanna menceritakan keadaan Lura kepada mertuanya."Iya, Sayang. Kamu jangan khawatir lagi ya, Mama telepon dokter sekarang juga," kata Mama Riska."Ya udah, Ma, aku tutup ya teleponnya," kata Hanna."Iya, Sayang. Kamu juga jangan lupa makan ya," balas sang mama kepada menantunya."Iya, Ma."Hanna segera menutup teleponnya supaya sang mama segera menelepon dokter. Kemudian ia pergi ke dapur, mencari Bi Darmi untuk bertanya di mana kamar suaminya.Se
last updateLast Updated : 2022-03-07
Read more

( S2 ) Bab 205. Pingsan

Laki-laki tampan itu langsung melajukan kendaraannya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Evans tidak ingin kekasihnya tambah kesal jika ia banyak bicara.'Aku biarkan saja dulu, kalau aku terus-terusan meminta maaf padanya, dia pasti akan tambah badmood,' gumam Evans dalam hati. Sesekali ia melirik wanita yang sangat ia cintai itu.Evans harus bisa mengerti kalau usia calon istrinya itu jauh di bawahnya. Ia akan mengusahakan untuk mengalah supaya tidak memperkeruh suasana.Rasa sakit di perutnya tidak bisa ia tahan, hingga akhirnya Lura memejamkan mata karena tidak bisa menahannya lagi.Mobil sport berwarna merah itu berhenti di depan kediaman orang tua Lura. “Sayang, kita sudah sampai.” Evans membelai rambut hitam kekasihnya.Melihat Lura diam saja, akhirnya Evans memutuskan untuk menggendong kekasihnya. Ia pikir calon istrinya tertidur.Evans langsung masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam. Kebetulan pintu utama rumah it
last updateLast Updated : 2022-03-08
Read more

( S2 ) Bab 206. Lura Sadar

“Nggak apa-apa, Nak. Lura memang seperti itu, dia tidak mau menyusahkan orang lain. Selama masih bisa ditahannya, dia nggak akan meminta bantuan orang lain, bahkan dengan kakak iparnya saja dia masih sungkan.”Mama Riska mencoba menenangkan calon menantunya yang merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada Lura.“Bagaimana keadaan cucu saya, Dok?” tanya wanita tua yang terlihat sangat khawatir.“Saya sudah memberikan obat melalui suntikan, kita tunggu perkembangannya, kalau dia masih merasakan nyeri yang tak tertahankan, Nona Lura harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata dokter muda bernama Irwan itu. “Saya akan tetap di sini untuk memantau keadaannya.”“Terima kasih, Dok.”Dokter Irwan keluar dari kamar Lura bersama dengan sang nenek.Evans mendekati Lura dan duduk di pinggiran tempat tidur. “Sayang, bangunlah!” ucapnya sambil mengusap-usap tang
last updateLast Updated : 2022-03-09
Read more

( S2 ) Bab 207. Kemarahan Evans

“Sayang, lain kali jangan seperti ini lagi! Aku laki-laki bodoh yang nggak peka, aku nggak tahu kalau kamu sedang kesakitan, aku pikir kamu marah padaku karena pergi gitu aja.” Evans mencium lengan wanita yang masih terlihat lemah itu. “Tolong, maafkanlah aku!”“Aku buru-buru pergi karena perutku sakit,” jawab Lura pelan. "Kamu sendiri yang salah, kenapa nggak tanya sama aku kenapa aku pergi tanpa pamit."“Waktu di mobil kenapa kamu nggak bilang kalau perutmu sakit?” balas Evans. “Kalau kamu bilang aku bisa mengantarmu ke dokter." Evans marah karena Lura menyepelekan sakitnya."Aku emang sengaja nggak bilang sama kamu," balasnya dengan suara yang pelan. "Aku nggak mau ke rumah sakit.""Lura, lain kali jangan seperti ini lagi, kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku bagaimana? Aku bisa mati berdiri kalau itu terjadi.”Tak henti-hentinya Evans menciumi tangan kekasihnya. Ia merasa bersyukur
last updateLast Updated : 2022-03-09
Read more

( S2 ) Bab 208. Dokter Mesum

“Maaf.” Evans menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak bisa untuk tidak protes kepada calon istrinya karena sudah mengabaikan kesehatannya, tapi melihat Lura marah, ia tidak bisa berkutik.Mama Riska, Nenek, dan Dokter Irwan masuk ke kamar Lura setelah diberitahu kalau gadis itu sudah sadar.“Vans, biarkan Dokter Irwan memeriksa Lura terlebih dulu.” Mama Riska terpaksa mengusir calon menantunya dengan halus karena laki-laki itu tidak mau menyingkir, walaupun Dokter Irwan hendak memeriksa Lura.“Iya, Ma.”Evans bangun dari duduknya, lalu berdiri di belakang sang nenek yang duduk di sofa, sedikit jauh dari tempat Lura berbaring.Dokter muda itu mulai memeriksa detak jantung dan denyut nadi Lura. Ia memegang tangan Lura dengan sangat lama, hingga Evans tidak suka melihatnya.“Dasar Dokter mesum, kenapa dia pegang tangan calon istriku dengan sangat lama. Memeriksa begitu saja kan cukup dengan
last updateLast Updated : 2022-03-09
Read more

( S2 ) Bab 209. Si Tua

Dokter itu hanya tersenyum melihat perdebatan pasangan muda itu. “Kalau begitu saya permisi dulu, kalau nanti malam kambuh lagi segera bawa ke rumah sakit.”“Iya, Dok, terima kasih banyak,” ucap Mama Riska.Dokter muda itu keluar dari kamar Lura diantar oleh Mama Riska. Sedangkan Evans dan sang nenek masih berada di dalam kamar Lura.Sang nenek bangun dan berjalan pelan mendekati Lura, lalu duduk di pinggiran tempat tidur cucunya. “Nak, jaga cucu Nenek! Saya percayakan dia sama kamu.”“Siap, Nek.”“Pernikahanmu tinggal beberapa hari lagi, memang banyak rintangan bagi orang yang mau beribadah. Jadi, kalian harus bisa saling menjaga hati,” ucap wanita tua yang duduk sambil menggenggam tangan Lura.“Baik, Nek.”“Lura, kamu hargai dia sebagai calon suamimu. Kamu harus menghormatinya, jangan hanya memanggilnya dengan sebutan nama saja, Dia juga lebih tua dari kam
last updateLast Updated : 2022-03-09
Read more

( S2 ) Bab 210. Keraguan Lura

“Kenapa? Apa kamu berubah pikiran karena aku tua dan tidak pantas bersanding denganmu?”Evans mengira Lura berubah pikiran karena ia sudah tua jika dibandingkan dengan mantan terindahnya.“Bukan kayak gitu, Pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi, tapi aku belum memesan baju pengantin. Aku ingin memakai gaun yang indah di hari bahagiaku. Aku ingin menikah sekali seumur hidupku."Lura memerhatikan raut wajah calon suaminya. Ia mengerti kalau laki-laki itu akan kecewa mendengarnya."Aku juga ingin menikah sekali dalam hidupku, aku ingin kita menua bersama ... ehm ... maksudku aku ingin kita hidup bersama sampai ajal memisahkan."Evans meralat ucapannya karena tidak mau Lura membahas perbedaan usianya lagi."Aku ingin memakai gaun yang istimewa di pernikahanku, tapi dengan waktu yang hanya tinggal beberapa hari aja, apa gaun itu bisa selesai dalam waktu singkat? Aku belum memesannya, belum memilih bahan dan yang lainnya. Ak
last updateLast Updated : 2022-03-09
Read more

( S2 ) Bab 211. Tergila-gila Pada Orang Gila

“Apa besarnya cinta hanya diukur dari seberapa lama kita mencintai? Aku nggak tahu bagaimana caranya membuktikan kalau aku sangat mencintaimu, tapi kamu bisa melakukan apa pun untuk membuktikan seberapa besar cintaku padamu. Aku rela mati untukmu."Laki-laki itu kembali meraih tangan calon istrinya. "Beritahu aku bagaimana caranya membuktikan cintaku padamu? Apa aku harus mati dulu supaya kamu percaya seberapa besar cintaku padamu?”“Enak aja mau mati segampang itu. Apa kamu mau menjadikan aku janda sebelum menikah? Kalau ngomong seenaknya aja, apa di kepalamu itu tidak ada isinya?”Lura marah ketika Evans berbicara tentang kematian. Bukan itu yang diinginkan Lura, ia hanya berpikir kalau Evans hanya menginginkan dia sebagai ibu anak-anaknya saja, bukan sebagai pengisi hatinya.Evans mencomot bibir calon istrinya sambil tertawa. “Bagaimana aku nggak tergila-gila padamu kalau kamu segila ini. Aku sudah menjadi gila karena menc
last updateLast Updated : 2022-03-09
Read more

( S2 ) Bab 212. Bidadari Jutek

“Baiklah.” Evans kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket. “Maaf, aku nggak peka soal beginian. Maafkan aku, Sayang.”  "Iya," sahut Lura. “Mas, tolong ambilkan hapeku dong, aku mau nelpon Naya.”“Iya, Sayang, sebentar, kayaknya tas kamu masih di mobilku.” Evans bangun dari duduknya, lalu keluar dari kamar Lura. “Lura tidur?” tanya sang mama ketika melihat calon menantunya keluar dari kamar putrinya.“Belum, Ma, saya mau ambilkan hapenya masih tertinggal di dalam mobil.”“Oh.” Mama Riska bangun dari duduknya, lalu masuk ke dalam kamar sang anak.Sementara di rumah Gilang, Haris dan Hanna sedang menunggu Gilang di kamarnya.“Sayang, kamu bosan ya?” tanya Haris kepada Hanna yang sedang sibuk dengan ponselnya.Hanna menoleh sambil tersenyum. “Nggak kok. Aku bersyukur mempunyai suami sebaik kamu, sama orang
last updateLast Updated : 2022-03-11
Read more
PREV
1
...
3738394041
...
53
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status