Home / Romansa / DEBTLY IN LOVE (Indonesia) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of DEBTLY IN LOVE (Indonesia): Chapter 1 - Chapter 10

118 Chapters

Happy Graduation Day

Tidak seperti biasanya, aula gedung Sekolah Tinggi Pariwisata yang berlokasi di Bandung saat itu begitu ramai. Pengunjungnya pun semua istimewa, rapi jali dengan jas atau kebaya. Alunan paduan suara menyanyikan Gaudeamus Igitur dengan semangat. Hari itu adalah hari bahagia bagi semua mahasiswa yang sudah bersusah-payah menamatkan perkuliahannya. Di barisan ketiga belas, ada satu perempuan berkebaya hijau dengan bawahan kain batik bermotif klasik. Lagu mars pertanda menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sudah beberapa lama terhenti sewaktu nama perempuan itu dipanggil, “Dina Indira Sudiro. Manajemen Tata Boga Kelas Internasional.” Gadis yang dipanggil itu sudah melewati usia 21 tahun. Meskipun terlihat natural, dia merias wajahnya agar tampak istimewa. Alisnya yang lebat hanya disisir rapi, tapi dia mengenakan perona mata hijau lembut dipadu dengan sedikit warna perak. Matanya yang bulat indah dipertegas dengan eye liner abu-abu. Pipinya memerah dengan
last updateLast Updated : 2021-04-11
Read more

Home (Not) Sweet Home

Sudah tiga jam berlalu sejak dia diculik paksa oleh Si Sangar, namun belum ada tanda-tanda mobil yang membawa Dina berhenti. Mulutnya sudah mati rasa karena terus menganga. Tangannya kesemutan parah karena selalu terikat. Ketiga laki-laki di dalam kendaraan itu, yaitu Si Sangar, pria yang mengikat lengannya, dan pengemudi di kursi depan tampaknya tidak pernah menghilangkan pandang dari dirinya. Dina benar-benar terperangkap.Meskipun demikian, bukan berarti dia tidak mencari cara untuk kabur dari mereka. Sepanjang perjalanan, dia selalu mencuri dengar percakapan yang dilakukan oleh dua pria menyeramkan itu. Dia bahkan mencoba menyimpannya di kepala. Tapi, tidak banyak informasi yang dia dapatkan selain nama Bastian yang terus disebut-sebut.Mobil yang ditumpangi oleh Dina berbelok ke sebuah pekarangan luas yang dilengkapi kolam air mancur di tengah-tengah. Walaupun penasaran ke mana dia hendak dibawa, Dina sudah belajar untuk tidak terlalu memanjakan rasa ingin tahunya
last updateLast Updated : 2021-04-16
Read more

The Help

Kebaya hijau dan kain batik teronggok sembarangan di lantai. Berdiri di depan kaca di kamar mandi, Dina hanya mengenakan pakaian dalam seraya mengompres wajahnya dengan air dingin.Tidak lama kemudian, muncul seorang pelayan berusia paruh baya yang tadi diidentifikasi Bacon sebagai Mbok Surti. Pembantu itu mengenakan seragam berwarna merah jambu dan membawakan tumpukan baju untuknya. Dina terlanjur dipenuhi rasa malu dan sakit hati untuk dapat mengucapkan terima kasih kepada Mbok Surti. Jadi, dia biarkan saja perempuan itu berlalu dan meninggalkannya sendirian.Dina mengenakan baju yang dibawakan. Ternyata baju itu juga berupa seragam, hanya saja keseluruhannya berwarna putih. Tidak ada pilihan lain. Dia terpaksa mengenakannya. Sayang, badannya yang tinggi hanya mengakomodir panjang rok sampai sepaha. Dia merasa direndahkan dan tangis air mata pun membanjiri pipinya.“Nduk!” panggil Mbok Surti dari luar ruangan.Dina mengatur embusan napasnya.
last updateLast Updated : 2021-04-23
Read more

Striking Leonardo

Sesuai yang diperintahkan oleh Mbok Surti, gadis itu berdiri tepat di samping meja yang penuh dengan hamparan makanan. Bukan, bukan dia yang menatanya. Memang benar informasi dari Mbok Surti. Ada chef khusus yang menyiapkan semuanya.Mbok Surti memindahkan gelas dari meja makan utama dan mengembalikannya kepada Dina. “Nona Wendy nggak minum jus nanas, Nduk.”Dina menggantinya dengan gelas yang berisi jus kiwi daripada apel dan jeruk. Mbok Surti menyetujui pilihan itu. Tepat pada saat asisten rumah tangga itu meletakkan jus di meja, ketukan langkah kaki terdengar memasuki ruang makan.“Nona Wendy,” sapa Mbok Surti sambil menarik sebuah kursi. “Mau roti?”“Papi kan belum datang.”“Tapi Nona nggak boleh kelaparan.”“Tenang, sebentar lagi dimulai, kan?” Wendy mengusap-usap perutnya.Ucapan Wendy terbukti karena setelah itu terdengar langkah kaki baru. Cepat-cepat Mbok
last updateLast Updated : 2021-04-27
Read more

Under the Moon

“Siapa?”Dina tidak mengenali suara itu. Tapi yang jelas, dia ketahuan. Dari balik selimut, matanya melirik ke kiri dan kanan. Dia memperkirakan apa yang terjadi jika dia bertindak nekat. Sedikit lagi. Hanya tinggal dua langkah dia sampai ke teras yang pintunya sudah terbuka. Dina mengambil ancang-ancang untuk berlari.Sekonyong-konyong   teriakan, “Berhenti!” memenuhi udara dan selimut yang menutupi Dina terlepas. “Nyi Roro Kidul?” sambung pemilik suara misterius itu.“Bukan,” bisik Dina ketakutan.Tidak berapa lama kemudian, lampu menyala. Sekarang, Dina dapat mengetahui siapa yang menggagalkan rencananya. Leonardo.“Ah, asisten yang….”Gadis itu agak kesal. Mentang-mentang orang kaya, mereka tidak merasa perlu mengenal pekerja yang status sosialnya di bawah mereka. Sekalian saja perlakukan mereka seperti narapidana yang hanya dipanggil berupa angka saja.Leonar
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Unnecessary Mistakes

Dengan segera, Dina menumbuk punggung Leonardo berharap apapun yang menghalangi jalan napas laki-laki itu segera dimuntahkan. Tidak ada hasil yang signifikan. Dina semakin khawatir. Sekilas keragu-raguan merongrong hatinya. Jika dia salah langkah, dia akan menjadi penyebab laki-laki itu menderita. Tapi, bayangan betapa bahaya kondisi Leonardo saat itu membuatnya mengambil sikap.Dina memeluk laki-laki itu dari belakang. Lengannya kemudian menjerat badan Leonardo dengan erat. Sesak napas pria itu semakin menggema. Dina mencoba sekali lagi dengan mengerahkan tenaganya lebih kuat lagi. Sebongkah timun pun mencelat dari mulut Leonardo. Pria itu terbatuk sekali dan setelahnya dapat bernapas dengan normal. Untunglah, syukur itu hanya dapat diucapkan Dina dalam hati.“Terima kasih.”Ucapan penghargaan dari Leonardo itu itu tidak pantas dia terima. Dina seharusnya merasa bersalah karena dialah penyebab laki-laki itu tersedak. Dan hampir mati, Dina tersentak
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more

Know Your Place

Tidak dapat dibayangkan oleh Dina kalau kejadian ini sampai ke telinga Bastian. Lebam di wajahnya memang sudah tidak dapat diidentifikasi, tapi perihnya masih dapat Dina rasakan.“Maaf?” Terus-terang, Dina tidak tahu apa akar masalahnya. Tapi, dia tetap harus memohon demi menghindari kemarahan Bastian. “Maaf,” katanya lagi dengan mantap.“Selama kerja, kamu harus pakai seragam, Nduk.” Mbok Surti yang akhirnya memberi tahu.“Nggak bisa kayak gini. Aku nggak bisa direcokin sama hal yang remeh kayak gini. I can’t stress this enough,” cerocos Wendy. “Bastian harus tanggung jawab kalau ini nggak akan –“Maaf, maaf. Aku belum tahu. Aku ganti.”“Terlambat! Aku udah STREEES!”Langkah Dina mundur satu langkah karena teriakan Wendy tersebut. Kebalikan dengannya, bergegas Mbok Surti menghampiri menantu Keluarga Armadjati itu dan menepuk-nepuk bahunya. Pem
last updateLast Updated : 2021-05-07
Read more

Cry for Help

“Maaf, nggak bermaksud bikin kamu kaget.”Dina mendongakkan kepala. Di atas sana, berdiri Leonardo. Dia membuang wajah karena malu berhadap-hadapan dengan laki-laki itu. Tidak dalam keadaan yang super berantakan seperti sekarang ini. Dina memandangi bajunya yang sudah lembab dan sangat tidak nyaman dikenakan. Belum lagi rambutnya yang awut-awutan. Sangat kontras dengan penampilan Leonardo yang rapi dengan setelan jas berwarna abu-abu.“Naik!”Alih-alih mematuhi permintaan pria itu, Dina memungut tangkai pel dan melanjutkan mendorong alat itu untuk menyikat lantai kolam renang.“Hei, naiklah. Aku bawakan makanan.”Seakan-akan tidak dapat diajak berkompromi, perutnya bernyanyi. Dina menyerah akan kekeraskepalaannya dan meletakkan sikat pembersih sembarangan. Dia berjalan miring ke arah tangga kolam demi menghindari bertatapan dengan Leonardo. Langkahnya kalah cepat karena pria itu sudah mengulurkan tangannya.
last updateLast Updated : 2021-05-11
Read more

No Way Out

Dina memutar pegangan pintu dan tidak juga terbuka. Tidak ada rencengan kunci yang menempel di pintu seperti yang dia lihat pada malam sebelumnya. Tidak, keluhnya dalam hati. Hanya ini pintu keluar yang dia hapal tanpa perlu ketahuan Mbok Surti. Dia menyentuhkan jari ke material kaca yang mendominasi pintu. Dia menggeleng-gelengkan kepala. Terlalu riskan jikalau dia sampai memecahkan kaca.Pikirannya berkelana memikirkan segala kemungkinan sampai membentur satu ide. Cepat-cepat dia berjalan menuju dapur. Dari sana dia bisa melewati pintu yang menuju kebun. Pintu bergeming saja sewaktu Dina mendorongnya. Hatinya kembali diliputi kekecewaan sehingga dia berteriak sambil mengatupkan mulut dengan bongkahan punggung tangannya.Tiba-tiba, cahaya menerangi ruangan itu yang membuat tubuh Dina sedikit terlonjak.“Nduk, ngapain?”Dina menghampiri konter dapur dan mengambil gelas. “Haus,” kilahnya.“Lho, di kamar ada air, kok?&rd
last updateLast Updated : 2021-05-14
Read more

The Master Has Spoken

Di dapur, Dina menahan air matanya sewaktu mencuci piring bekas wadah Beef Stroganoff yang dicampakkan oleh Wendy.“Nona Wendy tidak tahan asin, Nduk.”“Dia kan bisa bilang. Lagian ini juga nggak keasinan.” Dina mencuci tangannya, mengambil sendok, dan menyuapkan sebagian sisa Beef Stroganoff ke mulut Mbok Surti.Mata pelayan itu merem melek, “Enak, Nduk.”“Ya pasti enak,” gerutunya masih tidak menerima perlakuan Wendy yang semena-mena membuang makanan buatan Dina.Mbok Surti mengambil Getuk Lindri matang yang tadi didinginkan di dalam kulkas lalu mulai menyusunnya. Dina memperhatikan wadah kotak plastik yang disiapkan pembantu itu. Dia menggantinya dengan kotak besek bambu tradisional dengan mengalasinya pakai daun pisang.“Wah, bagus Nduk.”Dina menaburkan serutan kelapa di atasnya. Memang, gadis itu puas dengan penampakan kue tradisional tersebut.Tepat pada saat it
last updateLast Updated : 2021-05-18
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status