Home / Romansa / Dinikahi Suami Majikan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dinikahi Suami Majikan: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

33. Talak untuk Ririn

"Bu, kenapa saya tidak dicari oleh suami saya, ya?" tanya Laili pada Bu Gyta saat mereka duduk di teras rumah sore hari."Sabar ya, mungkin saja nyonya majikan kamu masih sakit.""Oh,iya. Benar juga. Kalau jatuh dari tangga gitu, sebenarnya masih bisa hidup ya, Bu?" tanya Laili dengan polosnya."Ha ha ha ... Laili, kamu ada-ada saja pertanyaannya. Ya, bisa atuh. Umur, jodoh, rezeki, semua atas ketetapan Allah. Kalau kata Allah meninggal ya meninggal, tapi kalau kata Allah, umur panjang, ya tetap umur panjang.""Kamu ngarepnya mati ya. He he he ....""Fifti-fifti, Bu. He he he ... gaklah, Bu. Saya pengennya akur terus kayak orang-orang tuh. Kiwil pelawak aja istrinya sabar, nrimo sama  madunya. Malah bisa berteman walau tak dekat.""Jarang ada yang seperti itu, namanya cinta terbagi, pasti akan sangat sakit hati. Coba sekarang Ibu tanya, kalau Pak Arya tiba-tiba menikah lagi
Read more

34. Pertemuan

Arya mencoba menggedor pintu kamar Ririn, setelah mendengar lengkingan tangis Dira, yang tak kunjung reda dari dalam kamar. Dibantu Bik Kokom dan Bik Iyem, ketiganya berusaha mendobrak pintu kamar, namun sayang, pintu begitu koko sehingga tak dapat didobrak oleh ketiganya. Arya hanya bisa mendorong semampunya, karena tubuhnya masih lemas. Ditambah tenaga dua orang wanita paruh baya, tentulah susah mendobrak pintu kamar yang kokoh itu."Tuan, saya panggil security di depan ya," usul Bik Iyem."Cepat, Bik!" titah Arya dengan keringat sudah membanjiri wajah dan tubuhnya. Kepalanya seakan berputar-putar, hingga tubuhnya pun terhuyung ke belakang, membentur meja vas bunga.Bugh"Eh, Tuan. Ya, Allah. Gimana ini?" Bik Kokom bingung sendiri saat Arya kembali pingsan di lantai. Anes pun ikut berwajah panik, melihat sang papa pingsan, sedangkan di dalam kamar sana, adiknya menjerit nangis."Non, ambil minyak kayu putih, cepat!" pinta Bik Kokom pada
Read more

35. Melepas Rindu

"Teteh!" teriak Anes memanggil nama Laili sambil berlari menghampirinya. Arya melotot kaget, begitu juga dengan Bik Kokom yang melihat Laili dengan mata berkaca-kaca."Laili, benar itu kamu?" lirih Arya dengan kepala semakin berputar.  Baru akan melangkah menghampiri Laili dan Anes, tubuh Arya limbung dan ia pingsan.Bugh"Papa!" teriak Laili menghampiri suaminya yang terbaring lemah di aspal jalan. Dengan dibantu oleh dua orang sopir taksi, Arya akhirnya bisa dibawa masuk ke dalam kamar yang memang sudah ia siapkan menjadi kamarnya. Semua barang juga sudah dimasukkan ke dalam kamar anak-anak. Bik Kokom pun sudah bertugas di dapur, membuatkan teh untuk Arya dan Laili."Yakin, ini kamar Pak Arya?" tanya Laili pada Bik Kokom yang masuk ke dalam kamar sambil membawa teh."Yakin, Non. He he he ....""Kok, kamarnya seperti kamar anak perempuan? Pink semua lagi, lucu banget," puji Laili sambil tak henti matamya menjelajah ke seluruh
Read more

36. Kembar?

"Doni, ada apa?" tanya Laili saat Doni kembali ke rumah dengan kesal, bahkan Doni tidak mengucapkan salam saat masuk. Lekas Laili menaruh sayur asem yang baru saja ia masak ke dalam mangkuk, lalu berjalan menyusul ke kamar Doni."Doni, ini Teteh. Kamu kenapa?""Hiks ... hiks ...." terdengar suara isak tangis dari dalam kamar Doni, membuat Laili semakin khawatir. Sepanjang ia tinggal bersama Doni, tidak pernah ia melihat Doni menangis seperti ini. Tangisan penuh kesal.BughBughTerdengar suara benda dilempar oleh Doni ke segala penjuru di kamar."Doni, buka pintunya, De. Cerita sama Teteh," bujuk Laili masih dengan rasa sabar. Tangannya turun ke perut, ia usap lembut sambil berucap dalam hati, "kalau ngambek, jangan kayak Mas Doni, ya De.""Doni, buka ya.""Gak mau!" jawab Doni sambil berteriak, membuat Laili tersentak."Ya sudah, puasin dulu nangisnya ya. Kalau sudah kenyang nangis, buka pintunya. Kita bicara," uja
Read more

37. Ketegasan Laili

Selamat membaca.****"Beneran gak papa ke dokter, Pa?" tanya Laili pada suaminya yang kini sedang menyetir, menuju rumah RSIA Kembang."Ya gak papa, malah harus. Papa mau lihat yang di dalam sini kayak apa." Arya mengusap perut istrinya dengan lembut, kemudian tangannya pindah ke pipi Laili."Masa anak kecil bisa punya anak kecil ya, Pa.""Ha ha ha ...." keduanya tergelak."Jadi, kuliahnya setelah bayi kembar lahir saja ya. Mereka usia dua tahun, kamu baru kuliah.""Masa manggilnya gitu, Pa. Laili pernah lihat berita di media sosial, ada anak SD sama pacarnya manggil ayah bunda, ada yang umi abi. Masa papa yang hampir udzur manggilnya, kamu." Laili cemberut, namun kemudian menyeringai lebar."Belum uzur, Sayang. Masih tiga puluh sembilan tahun," bantah Arya tak siap jika dibilang uzur."Ha ha ha ... OTW uzur ya, Pa, he he ...." Laili kembali tertawa lepas, membuat sang suami semakin jatuh cinta rasanya."Bahagia
Read more

38. Rahasia Doni

"Ririn! Allahu Akbar!" pekik Arya dengan melotot kaget saat melihat Laili terhuyung hampir saja terbentur tiang penyangga yang berada di dekatnya.HapCepat Arya menangkap tubuh Laili agar tidak jatuh, menahannya dengan satu tangan. Wajahnya memerah karena menahan amarah. Laili menangis, rasa perih di kedua sudut bibirnya membuat air matanya semakin deras mengalir."Maafkan Papa lama ya, Sayang," ujar Arya iba memandang wajah Laili yang kesakitan, dengan setitik luka berdarah di sudut bibirnya. "Kamu!" Arya menahan geram pada Ririn, namun Laili mengusap dada suaminya, kemudian menggeleng. "Dari pada meladeni wanita yang patah hati, mending gendong Bunda, Pa! Udah dipanggil dokter tuh, kita lihat dede bayi KITA," rengek Laili manja dengan ekor mata melirik Ririn yang membuang wajah. Sigap Arya menggendong Laili ala bridal, lalu membawanya masuk ke ruang praktek dokter kandungan. Tanpa memedulikan Ririn yang te
Read more

39. Dira

Flash back"Doni! Berhenti!" teriak Ririn berjalan cepat ke halaman rumah, bermaksud mengejar Doni. "Biar aku yang susul," potong Alex cepat, kemudian segera berlalu dari hadapan Ririn."Hati-hati, Lex. Doni baru selesai operasi!" teriak Rirun sebelum Alex benar-benar hilang di balik pagar.Doni tidak berlari, ia hanya berjalan cepat saja. Itu pun sudah menyebabkan kepalanya yang sudah tak sakit lagi, menjadi kembali nyeri. Sambil memegang kepala belakangnya, Doni terus saja berjalan cepay, tanpa menoleh ke belakang. Ia tidak kenal dengan suara lelaki yang memanggilnya. Mata Doni masih sibuk mencari di mana keberadaan tukang ojek yang biasanya mangkal tak jauh dari rumahnya."Doni, tunggu!" akhirnya Alex berhasil menahan lengan Doni, menghentikan langkah ABG itu. Doni berbalik, memandang Alex dengan penuh kebencian."Om siapa?" tanya Doni."Saya Alex, ayah kamu.""Ck, ha ha ha ... Apa lagi ini? Ngaco!" Doni mengi
Read more

40. Ririn Egois

Tanpa memedulikan apa yang Laili perbuat di dalam rumahnya, Ririn memilih masuk ke dalam mobil dan duduk di depan, tepat di samping kursi kemudi. Dalam hati ia tertawa senang. Arya yang menggendong Dira, akhirnya memberikannya pada Ririn, setelah memastikan Ririn duduk dengan nyaman. Laili mengunci pintu rumah, sambil membawa tas perlengkapan Dira, hal yang dilupakan oleh Ririn yang notabene sudah melahirkan tiga kali."Pintarnya istriku, bawain tas Dira," puji Arya saat Laili masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang. Apa Laili iri melihat Ririn duduk di samping suaminya? Sama sekali tidak. Laili cuek saja, sambil memandang jalanan yang sudah lengang."Sama-sama, Sayang," jawab Laili sambil mengecup pipi Arya."Lebay," sindir Ririn melirik keduanya."He he he ... Gak papa lebay sama suami sendiri, daripada sama suami orang," balas Laili sambil menyeringai. Ririn memutar bola mata malasnya, adegan demi adegan, ucapan demi ucapan Arya d
Read more

41. Kesempatan dalam kesempitan

Ririn menangis tersedu, saat Dira jatuh, kemudian pingsan. Berselang sepuluh menit, Dira sadar, kemudian Dira mengalami muntah-muntah dengan suhu tubuh kembali naik. Bayi itu kejang, hingga tiga kali. Membuat Laili ikut menangis sekaligus lemas. Ia tak sampai hati melihat Dira yang terbujur kaku di atas brangkar dengan jarum infus di punggung tangannya. Dira mengalami pendarahan dalam otaknya. Jangankan Laili, Arya pun ikut meneteskan air mata. Sungguh kasihan Dira jika memiliki ibu bertabiat tak baik seperti Ririn. Tidak, ini bukan Ririn, Arya bahkan tak mengenali sosok wanita yang pernah menjadi istrinya ini."Semua gara-gara kalian," lirih Ririn sambil menatap tajam Laili serta Arya."Apa maksudmu?" tanya Arya dengan suara tak suka."Seandainya wanita pelakor ini tak ikut-ikutan menggendong Dira, tentu anakku tak jadi seperti ini, hiks.""Sampai kapan Nyonya akan menyalahkan saya? Apa menunggu ada anggota keluarga yang merenggang nyawa? Se
Read more

42. Arya marah pada Laili

"Assalamualaykum. Permisi, Nyonya," tegur Laili yang sudah berdiri di depan pintu. Alex dan Ririn melepas ciumannya, lalu terbelalak melihat Laili yang tergugu di depan pintu, dengan membawa tas pakaian."Wa'laykumussalam. Mari masuk Laili," ajak Alex, Laili menurut. Kakinya melangkah pelan masuk ke dalam kamar isolasi Dira. "Dira bagaimana kabarnya, Nya?""Gak perlu kamu tahu! Mau apa kemari?" Laili terdiam saat Ririn masih saja bicara ketus padanya."Mau antar pakaian ganti Nyonya. Bau ketek nanti kalau gak ganti baju," terang Laili sambil menyerahkan tas jinjing berisi pakaian Ririn."Sudah selesaikan? Udah sana pergi!" usir Ririn."Iya, saya juga mau pergi. Gak mungkin saya mau gangguin yang pacaran," sahut Laili membuat Alex tertawa."Laili, kamu jangan bingung ya, saya memang akan menikahi Ririn setelah perceraiannya dengan Arya selesai. Kamu dengan Arya, aman. Saya pun dengan Ririn, aman. Begitukan, Sayang?" 
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status