Home / Romansa / My Horrible Romance / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of My Horrible Romance: Chapter 81 - Chapter 90

200 Chapters

81 Menyamarkan dengan Senyuman

“Yara. Kamu dianter temenmu? Atau mau kuanter? Tapi karena aku nggak bawa mobil, ya paling nggak aku bisa nyetirin kamu sampe kantor.”Yara mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya kemudian mengangsurkannya kepada Alsen.“Aku tunggu di mobil ya,” ucap Alsen yang akhirnya mendapat anggukan dari Yara.“Hari ini aku harus pergi ke beberapa tempat, agak repot kalo aku nggak bawa mobil, Dam. Ayo berangkat, takutnya ntar kita sama-sama terlambat.” Yara masih bisa melemparkan senyumnya kepada Adam walau di dalam hatinya ingin menjerit sekuatnya.Adam menghela napas berat, terpaksa mengalah karena ia masih belum bisa menilai sikap Yara padanya. Marah? Tapi kenapa masih bisa tersenyum?Yang Adam tidak tahu, sejak di meja makan, yara mengumpulkan tekatnya. ‘Senyum di depan dia, Ra. Jangan tunjukin sedihmu. Jangan biarin dia tau kalo kamu nangis semaleman karena dia.’“Berangkat?” tanya Al
Read more

82 Take It or Leave It

-Adam dan Yara, kelas 1 SMA-“Yara, ngapain sih lo sembunyi di situ?” Rian menatap penasaran ke arah Yara yang sejak bel istirahat pertama berbunyi, malah berlari ke belakang kelas dan bersembunyi di bawah salah satu meja yang menempel dengan dinding.Yara meletakkan telunjuknya di bibir sambil berbisik, “Beliin gue roti sama jus, Yan. Gue nggak bisa keluar sampe jam pelajaran mulai.”Rian menggeleng-gelengkan kepala dan berlalu meninggalkan Yara. Tidak semua anak keluar di istirahat pertama, sebagian masih bertahan di tempat masing-masing. Di istirahat kedua barulah kelas jadi kosong karena mereka berebut ke kantin demi memenuhi perut mereka yang memberontak ingin diisi.“Yara ada?” Suara lantang seorang kakak kelas yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kelas membuat Yara semakin meringkuk di bawah meja.Yara tahu pasti itu suara Anas, kakak kelas yang beberapa hari ini ia dekati setelah ia berhasil mendekati Putra
Read more

83 Aku Mau Kepercayaanmu

"Besok persidangan Bisma, Om. Yara perlu hadir di persidangan."Malam itu Alsen mengunjungi kediaman keluarga Candra untuk mengabarkan jadwal persidangan Bisma. Setelah makan malam bersama, semua berkumpul di ruang keluarga. Kali ini dalam versi lengkap karena kebetulan Aileen sedang menginap di rumah.Yara menatap Alsen ragu. Ia belum pernah mengikuti persidangan. Berbagai adegan di drama Korea tentang pengacara yang ditontonnya berputar liar di otaknyaBagaimana kalau saat ditanya oleh pengacara Bisma, ia malah tergagap?Bagaimana kalau pengacara Bisma bertanya tapi ia tidak paham dengan pertanyaannya karena sengaja diputar-putar?Bagaimana dan bagaimana yang lain terus bergantian mengisi otaknya."Apa Om perlu hadir, Sen?" tanya Naren. Bukannya ia tidak ingin mendampingi putri bungsunya menghadapi persidangan, tapi otaknya sudah terbiasa berpikir beberapa langkah ke depan. Yang ia khawatirkan adalah bola liar yang akan beredar dalam pembe
Read more

84 Tanda Marahmu

"Gimana, Ra? Lima bulan kurungan dan satu tahun masa percobaan, apa kamu mau mengajukan banding?”Yara menggeleng. “Cukup, Kak. Yang penting kan bukan lama hukumannya, tapi efek jeranya. Justru sekarang aku yang nggak tega ngelihat dia harus dipenjara masalah kayak gini.”Aileen menggenggam tangan adiknya. “Nggak, Ra. Kamu nggak salah. Sejak dia jadiin kamu taruhan, itu udah menunjukkan kalau dia nggak menghormati dan menghargai orang lain. Ditambah dengan fitnah dia ke kamu, kamu bayangin kalo kita nggak ambil langkah tegas, yang rusak bukan cuma nama sama karirmu, tapi juga kantor Om Ranu dan Papa yang kena imbasnya.”Yara mendengarkan ucapan kakak sulungnya itu dengan seksama. Untuk urusan ketegasan, kakaknya itu memang menjadi panutannya.“Udah bisa pulang sekarang, Sen?” tanya Aileen. Ia memang mengambil jurusan hukum, tapi baru pertama kali ia melihat persidangan sesungguhnya karena sejak awal ia lebih fokus
Read more

85 Kehilangan Kata-Kata

“Yara nelepon Ibu nih.” Wanita yang terlihat ‘berisi’ itu memamerkan layar ponselnya yang bertuliskan nama beserta foto Yara.Jantung Adam yang semula tenang tiba-tiba saja menggila. Dan dia masih belum mengerti kenapa jantungnya belakangan ini sering akrobat seperti itu. Bahkan ketika dulu ia mengejar Yara semasa SMA, atau ketika ia mendekati pacar-pacarnya setelah Yara, dan terakhir ketika mendekati Lintang, debaran jantungnya tidak seperti itu.“Iya, Ra?”Adam melirik ibunya yang berceloteh riang. Sebenarnya ia ingin meminta ibunya untuk mengaktifkan mode loud speaker, tapi ia takut Yara mendengar suaranya. Jadi, Adam bertahan dengan rasa penasarannya. Biarlah nanti ia tanyakan langsung kepada ibunya setelah sambungan telepon itu berakhir.“Kenapa, Bu?” tanya Adam yang tidak sabar begitu ibunya meletakkan ponselnya setelah sambungan itu berakhir.“Itu, Yara mau visit ke villa kita yang di Cib
Read more

86 Beda Kutub

“Yara.” Adam memegang siku tangan Yara dan menarik Yara agar menghadap ke arahnya. Tapi sial! Ia kehilangan kata-kata saat berjarak terlalu dekat dengan Yara. Entah jantung siapa yang saat ini berdetak lebih kencang. Yang jelas keduanya hanya bisa saling tatap sampai suara bel membuat keduanya sedara mendadak merenggangkan jarak. ‘Sialan! Siapa sih?’ umpat Adam dalam hati. Rumah itu tidak pernah dihuni lama oleh keluarganya. Hanya jika ada keluarga jauh yang datang dan butuh tempat untuk beristirahat, atau ketika salah satu anggota keluarga butuh ketenangan, barulah rumah itu difungsikan. Selebihnya, rumah itu dalam keadaan kosong, jadi agak tidak masuk akal ada yang bertamu ke rumah itu kecuali RT atau RW yang menarik iuran kebersihan dan keamanan. “Aku … lihat dulu ke depan siapa yang dateng.” Adam menunggu sampai Yara mengangguk dan berlalu ke ruangan lain sebelum ia melangkah gontai dengan perasaan yang acak-acakan ke arah gerbang.
Read more

87 Jiwanya Kosong, Raganya Lemas

“Yara.”“Hmm.” Yara menjawab telepon dari kakaknya dengan malas-malasan. Fokusnya terbagi antara kemudi, telepon dari kakaknya dan tangan kirinya yang ingin mengecilkan volume musik di dalam mobilnya.“Mau makan bareng nggak?”Yara mengernyitkan kening sesaat, melirik kembali ke layar ponselnya untuk memastikan bahwa benar nomor kakaknya yang menghubunginya. ‘Dari suaranya sih bener Kak Ervin, tapi tumben ngajak makan bareng, itu kan kebiasaannya Kak Aileen.’“Matahari masih terbit dari timur kan hari ini? Bebek kakinya masih dua kan?” sambut Yara yang membuahkan decakan kesal dari seberang sambungan telepon.“Kakak serius nih.”“Dalam rangka apa? Dapet cewek baru? Atau sebenernya Kak Aileen yang ngajak makan tapi nggak sempet nelepon aku? Kayaknya itu lebih masuk akal deh.”“Ya ampun, ngajak adek sendiri makan aja sesusah ini ya.”Y
Read more

88 Menyingkirkan Lintang

Kak Alsen: Berkas perkara Lintang udah masuk ke kepolisianYara membaca pesan yang baru saja dikirimkan Alsen kepadanya. Tapi group chat kelasnya jauh jauh jauh lebih ramai dan dalam sekejap menenggelamkan chat dari Alsen.Bahasan mereka masih sama, tentang siapa yang ada di foto bersama Yara, dan puluhan kali mention nama Yara untuk muncul. Tapi Yara benar-benar mengabaikannya. Ia hanya terkekeh geli setiap membaca temannya yang adu umpatan karena dirinya yang tidak kunjung muncul.Adam?Entahlah Adam sudah melihat foto itu atau belum. Ia tidak peduli. Harusnya sudah karena teman-temannya memang sekurang kerjaan itu sampai ada yang mention nama Adam.Tiba-tiba Yara tersadar kalau ia belum membalas chat dari Alsen.Yara: Ok KakYara: Trus gimana posisi dia di kantor ya Kak? Ada saran?Yara: Perlu kupecat atau gimana?Kak Alsen: Yang jelas prosesnya masih lama RaKak Alsen: Tapi kalau kamu mecat dia, aku akan lebih
Read more

89 Mau Jalan Sendiri atau Kugendong?

“Yara! Bisa nggak sih kamu bales pesen di wa grup kelas. Berisik banget sumpah!” Adam berusaha menekan amarahnya, namun tetap saja nada suara yang keluar darinya tidak bisa dikatakan lembut sama sekali.Di dalam hatinya, Adam mengumpati dirinya yang tidak bisa menahan rasa penasarannya hingga menelepon Yara hanya untuk meminta Yara membalas ratusan pesan di grup chat kelas mereka.Tentu saja itu alasan semata. Grup chat bisa ia nonaktifkan notofikasinya kalau ia benar-benar merasa terganggu. Andai saja lidahnya bisa lancar mengutarakan isi kepalanya, padahal ia cuma ingin bertanya apa maksud Rian share foto Yara dan Alsen sedang makan berdua. Itu saja. Sekarang yang keluar dari mulutnya malah nada suaranya yang seperti mengajak perang seseorang.“Maaf, Pak. Saya kira ini ponsel saya.”Suara wanita dan yang jelas bukan Yara terdengar dari seberang sambungan telepon, membuat Adam membeku di tempat.Yuniar memang panik saat Yar
Read more

90 Aku Tidak Suka Ditantang

“Kamu kuat jalan sendiri atau mau kugendong?” tanya Adam yang sudah tidak sabar lagi melihat Yara hanya terdiam.Pelototan mata Yara membuat Adam mengulum senyumnya.“Kalo aku bilang minta gendong juga kamu belum tentu kuat, Dam.” Yara mematikan komputernya sambil menjawab Adam dengan asal.“Kamu tau aku nggak suka ditantang, Ra!”***-Adam dan Yara, kelas 1 SMA-Yara memijat pelipisnya sepanjang sisa jam pelajaran.Kalimat Adam masih terus terngiang dan membuat pertidaksamaan linear yang sedang diterangkan sang guru sama sekali tidak bisa ditangkapnya. ‘Lain kali kalo mereka nyari kamu lagi, bilang aja kita udah jadian.’‘Adam nembak gue?’‘Nggak kan?’‘Tadi cuma main-main kan?’Padahal Yara sedang tidak fokus pada pelajaran matematika yang sedang berlangsung, tapi kenapa otaknya terasa panas hanya karena memikirkan kalimat
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status