“Yara!” Teriakan dari Nana itu membuat Yara kaget dan tersadar dari lamunannya.“Apa sih, teriak-teriak, ngagetin orang aja,” gerutu Yara yang langsung menyalakan layar komputernya, rupanya sejak tadi ia masih bengong di kursinya tanpa menyentuh tombol on/off komputer.“Ngopi yuk. Enak nih, adem gini minum yang anget. Udah nggak ujan, tapi kok masih mendung aja ya.”‘Kayak hati gue.’“Ayo, Yara. Gue yang nraktir kali ini.”Yara berdiri, bukan karena ditraktir, tapi ia sedang tidak ingin sendiri. Setidaknya mendengar ocehan Nana jauh lebih menyenangkan daripada berkubang dalam kesedihannya.Lagipula untuk apa dia sedih. Kalau Adam menganggap ciuman mereka sebuah kesalahan, ia tinggal menganggap kalau Adam adalah seekor soang yang sedang lepas kendali.“Mau apa, Ra?”“Hah?” Yara menyernyit bingung. ‘What? Kenapa udah sampe lobby aja? Gue nge
Baca selengkapnya