Home / Romansa / My Horrible Romance / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of My Horrible Romance: Chapter 121 - Chapter 130

200 Chapters

121 Good News – Bad News

“Akhirnya pantai, Ga,” seru Anting saat di sisi kirinya sudah terbentang pantai, meskipun Adam masih sibuk mencari tempat parkir.Siang itu, usai wisata singkat mereka ke Curug Awang, mereka memutuskan untuk pergi ke Pantai Ujunggenteng—sesuai rekomendasi dari pemilik homestay. Ada beberapa pantai yang lebih dekat dari Ciletuh sebenarnya, tapi karena ingin suasana baru, jadilah mereka memilih yang sedikit jauh.Setelah Adam menemukan tempat parkir, Agatha dan Anting sudah berlari lebih dulu, dan yang lain terpaksa menyusul mereka meski matahari sedang terik-teriknya.“Yara, temenin cari tempat makan dulu, mau nggak? Nanti aku temenin ke pantai kalau kamu mau ke pantai, agak sorean aja. Panas banget sekarang.”Bagaimana cara Yara bisa menolak, kalau Adam sudah mengulurkan tangannya?“Udah ngabarin Papa Mama?” tanya Adam begitu mereka mulai berjalan menjauh dari lokasi pantai.“Perasaan setiap pi
Read more

122 Minggu Depan Aku Berangkat

Suasana tegang mewarnai meeting pagi itu. Adam mempertaruhkan banyak hal dalam proyeknya kali ini. Bukan hanya kecakapannya sebagai seorang GM jaringan hotel Candra Group, melainkan juga hubungannya dengan Yara.Jangankan dirinya, hampir semua orang yang ada di ruang meeting merasakan hal yang serupa. Bagaimana tidak, kalau Direktur Utama Candra Group berniat hadir dalam meeting yang biasanya hanya dihadiri jajaran Direksi dari anak perusahaan Candra Group itu.“Pak Naren terkenal teliti untuk proyek-proyek besar semacam ini. Pak Adam siap?” tanya Doni, Direktur Utama PT Acasa Candra—salah satu anak perusahaan Candra Group.Adam tentu saja mengangguk walau jantungnya sedang berdebar kencang. Ia harus membuat proyek ini berhasil. Itu saja yang ada di benaknya. Tidak ada yang tahu kalau dirinya memiliki hubungan khusus dengan anak petinggi induk perusahaan, jadi kalau suatu hari nanti statusnya terbongkar, setidaknya ia tidak akan dicap memanfaat
Read more

123 Bukan yang Pertama Kali

Yara menatap Adam lekat. “Berapa lama?”“Seminggu—” Ucapan Adam terhenti karena masih belum siap menyampaikan kemungkinan yang terjadi kalau ia berhasil menandatangani kerja sama nanti.“Ok.” Yara mengangguk mengiakan. Sama sekali tidak terlihat keberatan di raut wajahnya.“Beneran nggak apa-apa?”“Ya … nggak apa-apa. Masa kularang? Kan demi perusahaan Papa juga.”Sebenarnya Adam agak tidak menyangka dengan reaksi Yara yang ternyata lebih tenang daripada bayangannya. “Kamu nggak bakal kangen aku?” tanya Adam penasaran.“Cuma seminggu, Dam. I’m ok. Kita bisa chat, telepon, atau video call kan.”“Kok kamu dingin banget sih? Kirain bakal nangis-nangis.”Yara terbahak mendengar ucapan Adam. “Ber-le-bi-han!”Adam mengusap wajahnya. Bingung mempertimbangkan perlu tidaknya ia menyampaikan kemungkinan se
Read more

124 Bisa Terima Masa Laluku?

“Kamu udah kenal sama Dimas?”Jantung Yara berdebar saat mendengar pertanyaan itu dari Adam. Apalagi saat ia mengecek foto si Dimas, asisten Adam.“Kenal, Ra?”“Hmm … salah satu mantanku.”Adam memutar tubuh Yara agar menghadapnya. “Serius, Ra?”Yara hanya tersenyum salah tingkah. “Tapi udah lama kok, kayaknya … awal-awal aku kerja deh.”Mengira pembicaraan mereka akan berlangsung lama, Adam menarik Yara untuk beranjak menuju meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan. Karena hanya ada satu kursi di sana, Adam membantu Yara agar duduk di meja, dan dirinya duduk di kursi. Setidaknya itu membuat posisinya lebih mudah untuk menatap langsung ke manik mata Yara.“Jadi beneran?”Cengiran dari Yara membuat Adam menghela napas pasrah. “Aku cabut ucapanku yang tadi. Jangan hubungi dia meskipun aku lagi nggak bisa dihubungi. Aku pasti nyempetin
Read more

125 Kencan Rahasia

“Hei, Brooo.” Ervin yang berjalan paling depan di antara dua saudara perempuannya langsung memeluk sosok laki-laki dengan tinggi yang nyaris sama dengannya itu.Hampir dua tahun mereka tidak bertemu karena Zayan yang pergi berkelana dari ujung timur sampai ujung barat Indonesia.“Gilaaa! Eksotis banget kulitmu, Yan. Jadi iri.” Ervin mengamati penampilan Zayan dari atas sampai bawah. Jeans selutut dan kaos belel rumahan yang dikenakannya sama sekali tidak mengurangi ketampanannya. Rambutnya yang gondrong sebahu membuat Ervin setengah mati iri. Ia mana mungkin bisa memanjangkan rambutnya sampai seperti itu. Panjang sedikit saja, papanya akan menyuruhnya memilih sambil memegang gunting, ‘Ke tukang cukur atau Papa gunting sendiri?’Manik mata Zayan mengabaikan Ervin yang berada di hadapannya. Ia lebih tertarik melihat ke belakang Ervin di mana sosok gadis yang pernah beberapa kali kencan rahasia dengannya tampak berdiri mematung.
Read more

126 Memilih Mimpi

“Ini siapa? Mana Yara?”Zayan belum sempat menjawab saat merasakan ponsel itu lepas dari genggamannya.Yara telah merebut ponselnya dengan cepat dan mencebik kesal pada Zayan yang berani mengangkat telepon untuknya.“Iya, Dam?” sapa Yara begitu melihat nama sang penelepon. Ia berjalan menjauh menuju halaman depan rumah dan duduk di kursi ayunan yang ada di taman depan."Siapa yang ngangkat barusan?""Oh, tadi Bang Zayan. Anaknya sahabat Papa sama Mama. Maaf ya, tadi aku diminta mamanya Bang Zayan buat ngelihat interior ruang kerjanya. Hpku kutinggal di ruang tamu. Mungkin Bang Zayan keberisikan jadinya diangkat pas kamu nelepon."Terdengar suara Adam yang mendesis kesal. "Kok dia kurang ajar sih?"Tanpa sadar Yara tersenyum meskipun Adam tidak ada di hadapannya. "Maklumin ya. Agak nyeleneh memang orangnya. Kamu lagi apa?""Bangun tidur, tadi ketiduran abis ngabarin kamu.""Belum makan malam? Udah
Read more

127 Aku Tahu Kamu Kangen

“Udah kangen belum?” pancing Adam.Wajah Yara mungkin sekarang sudah memerah karena pertanyaan Adam itu. Hari keempat Adam berada di Australia, dan setiap hari mereka selalu melakukan video call sebelum tidur—sebelum Yara tidur lebih tepatnya, karena Adam harus rela bergadang setiap malam, menunggu sampai Yara tertidur.Yara tidur jam sembilan malam pun, itu sudah jam satu malam di Australia. Tapi anehnya Adam tidak keberatan. Yara juga sering meminta Adam tidur lebih cepat daripada menunggunya selesai makan malam. Tapi … tidak mungkin Adam dijuluki si batu kalau hanya sikapnya yang seperti batu, kepalanya sama, kepala batu.“Emang kalo aku bilang kangen, besok begitu melek, kamu udah ada di sini? Kan nggak juga.”Adam hanya tersenyum mendengar kalimat Yara yang berputar-putar, tidak pernah menjawabnya secara gamblang. Tapi mungkin memang begitu cara Yara menyampaikan perasaannya.“Udah berapa hari sih? Be
Read more

128 Mumpung Penghulu Belum Pulang

“Aku tau kamu kangen aku, tapi sekarang semua keluargamu lagi ngelihat ke sini. Papamu sama Kak Ervin udah kayak pengen banget nembak kepalaku. Jadi bisa nggak mesra-mesraannya nanti pas sepi?”Detik berikutnya, Yara langsung melepaskan pelukannya dan mundur satu langkah. Karena tidak berani menghadap ke arah papanya, Yara kembali menemui barista yang ada di coffee corner untuk meminta dibutkan beberapa gelas, untuknya, kakaknya, dan Adam yang baru datang.“Kamu temuin Papa dulu sana, Dam.”Adam mengulum senyumnya, tahu kalau Yara sedang malu plus takut dengan Papa dan kakaknya yang sering overprotective. “Ya udah, aku ke sana dulu.”Yara mengangguk, tanpa menoleh ke arah Adam, apalagi ke arah keluarganya yang duduk di area kanan ruangan. Kenapa juga ia bisa sampai kelepasan memeluk Adam di depan umum. Sekangen itu ternyata. Hal yang tidak pernah diakui Yara selama seminggu Adam berada di Australia.***Me
Read more

129 Bucket Bunga

“Yara! Di sini toh?”Yara dan Adam—keduanya menoleh bersamaan ke sumber suara.“Bang Zayan?”Zayan terdiam saat menyadari Yara sedang bersama Adam—laki-laki yang tadi begitu datang langsung dipeluk Yara.“Dam, kenalin. Ini Bang Zayan, anaknya Om Brian—sahabatnya Papa, sama Tante Leny—sahabatnya Mama. Ribet ya, tapi ya … begitulah.” Yara kemudian beralih kepada Zayan. “Bang, ini Adam, cowokku.”Adam dan Zayan saling berjabat tangan sembari mengukur lawan masing-masing.Yara yang melihat ketegangan di antara keduanya berusaha mencairkan keadaan dengan bertanya kepada Zayan. “Bang Zayan ngapain nyariin aku?”“Kamu dicariin Aileen. Buruan balik ke ballroom.”“Kak Aileen nyari aku? Ngapain?”“Bentar lagi prosesi lempar bunga. Aileen mau kamu sama Ervin ready buat ikut rebutan.”Yara memutar ked
Read more

130 Tantangan Terbuka

“Waktu kencan sama dia … kamu beneran suka sama dia?”“Iyalah. Aku kalau kencan atau jadian sama seseorang, artinya aku ada rasa sama orang itu. Sebenernya ya … aku nggak pernah main-main, tapi ya ada aja yang nggak cocoknya.”“Menyatukan dua hati dan dua pikiran jelas ada nggak cocoknya, Ra. Kita pun mungkin akan ada nggak cocoknya.”“Aku tau. Aku juga yang salah, dari akunya juga nggak ada dorongan untuk mempertahankan hubungan. Jadi begitu ada masalah, begitu ada sesuatu yang bikin aku ilfeel, ya udah putus. Atau kalau dari laki-lakinya yang minta putus, ya aku iya-in aja. Ngapain dibikin repot, orang dianya udah nggak mau sama aku kok.”“Mulai sekarang jangan gitu lagi ya.” Adam menciumi puncak kepala Yara. “Kalau ada sesuatu yang kamu nggak suka dari aku, kamu ngomong. Selagi bisa kita kompromikan, sebenernya ketidakcocokan itu bukan masalah.”Adam tidak lagi
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status