Home / Romansa / My Horrible Romance / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of My Horrible Romance: Chapter 131 - Chapter 140

200 Chapters

131 Si Tukang Ganti Pacar

“Kamu jadi renang?” tanya Adam melalui sambungan telepon.“Hah?” Yara bahkan belum benar-benar membuka matanya. Ia ingin tidur lebih lama lagi dan turun ke restoran untuk sarapan sekitar jam sepuluh, saat keadaan restoran biasanya sudah sedikit sepi. “Renang apa?”“Kan semalam ada yang ngajakin kamu renang.”Yara menyingkap selimut, terpaksa bangun setelah mendengar kecemburuan Adam di pagi itu. “Bang Zayan? Nggak kok, aku nggak bawa baju renang. Aku juga capek nyiapin nikahan Kak Aileen kemaren.”“Ooh, kirain.”“Kamu pikir aku bakal renang sama Bang Zayan? Berdua doang, gitu?”Mendapati Adam yang hanya terdiam, Yara yakin itu yang ada di imajinasi Adam. “Mau video call biar kamu tau kalo aku ada di kamar hotel? Bahkan aku belum mandi, belum niat ngapa-ngapain.”Terdengar helaan napas dari Adam di seberang sambungan telepon. “Kamu cap
Read more

132 Biar Dia Tahu Kamu Punya Siapa

“Dua tahun, apa nggak berlebihan ya, Dam?” Yara tampak merenung setelah hakim membacakan putusan.Karena tindak pidana penganiayaan, Lintang dijatuhi hukuman penjara dua tahun dikurangi masa tahanan. Sejujurnya Yara sama sekali tidak menyangka kalau hukumannya seberat itu, tapi membayar dua preman memang menjadi pertimbangan utama hakim.“Udah diputus, berarti itu hukuman yang setimpal buat dia.”“Tapi masa depan dia—”“Yara, bahkan dia nggak mikirin kamu waktu dia nyuruh dua preman itu untuk nyelakain kamu. Aku aja sampe nggak bisa mikir cara nyelakain kayak apa yang bakal dipake preman-preman itu.”Yara mendesah pasrah, semuanya sudah terlanjur. Meskipun sekarang ia merasa iba saat melihat orang tua Lintang, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.“Kamu mau ngomong dulu sama dia atau orang tuanya? Aku bisa nunggu di luar.”Adam menggeleng. “Nggak ada yang perlu aku
Read more

133 Yara Vs LDR

"Masih ngambek?" tanya Adam yang kebingungan dengan sikap Yara.Adam sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah orang tua Yara, tapi belum ingin membuka central lock dan membuat Yara turun dari mobilnya.Yara mengedikkan bahu, malas menanggapi Adam. Kekesalannya sudah memuncak, ia bahkan tidak mau lagi diajak dinner romantis."Dinner romantis untuk perpisahan?" sahutnya tadi begitu Adam berniat mengarahkan mobilnya ke sebuah restoran bertema fine dinning yang telah direservasinya."Aku mesti gimana biar kamu nggak ngambek?"“Pergi aja, kemaren-kemaren nggak mikirin aku, kenapa sekarang jadi sok mikirin aku?”“Bukan gitu, kepastiannya baru tadi pagi. Aku nggak mungkin gembar-gembor bakal ke sana agak lama sebelum aku dapet kepastian.”Yara menepis tangan Adam yang hendak mengusap rambutnya. “Nggak usah pegang-pegang! Nggak mempan!” Setelah mengucapkan kekesalan yang menggunung di hatinya, Yara keluar
Read more

134 The Occasion

Yara menggeram kesal saat melihat Adam yang justru sejak tadi berusahan menahan senyumannya. Akhirnya setelah makan malam, kedua orang tua Yara memberi waktu kepada mereka untuk bicara berdua. Dan Yara memilih gazebo di halaman samping rumahnya sebagai tempat mereka menuturkan perasaan masing-masing. "Kenapa senyam-senyum? Seneng banget kayaknya mau ketemu bule-bule!" ucap Yara kesal. "No, aku seneng karena ternyata kamu nggak mau aku tinggal ke Aussie." Yara mencubit lengan Adam saat mendengar jawaban Adam. "Sayang—" "Nggak usah manggil gitu, nggak mempan, aku masih kesel!" Seperti menantang, Adam kembali mengulang ucapannya. "Yara, Sayang, aku punya alasan." Yara mencoba mempertahankan wajah cemberutnya walaupun sulit. As usual, ia selalu luluh dengan kelembutan Adam yang jarang ditunjukkan di depan orang lain. "Beberapa bulan lalu, setelah aku yakin sama perasaanku ke kamu, aku nemuin papa kamu di kantornya.
Read more

135 Cemburu Buta

“Aku berangkat ke kantormu ya, Ra.”“Dam!”“Hm?” Adam menghentikan niatnya untuk menyalakan musik. Seruan Yara terdengar sangat serius di telinganya. “Apa?”“Hmmm …. Duh, gimana ya aku ngomongnya?”“Apa, Yara?”“Jadi … hari ini aku tuh site visit—”“Baju kamu nggak proper buat makan di restoran?” sela Adam. “Trus kamu mau ganti tujuan?”Terdengar suara kekehan dari seberang sambungan telepon yang membuat Adam menghela napas pasrah. “Jadi cancel lagi nih?”“Kita bisa makan malam berdua, nggak perlu di restoran.”“Makan apa? Di mana?” Adam kehilangan separuh semangatnya. Padahal ia ingin memberikan kenangan untuk Yara sebelum dirinya berangkat ke Australia.“Mc—”“Nggak junk food, Sayang.”“Masak sendiri a
Read more

136 Cinta Lama Gak Kelar-Kelar, Buntutnya Balikan Lagi!

Getaran dari ponselnya yang bertubi membuat Adam akhirnya menyerah, meninggalkan sebentar pekerjaannya demi melihat siapa yang mengirim chat beruntun seperti itu.Adam tidak lagi kaget ketika menemukan grup anak kelas 1 SMA-nya lah yang sedang ramai membahas ingin berkumpul di tanggal merah yang membuat kebanyakan dari mereka memiliki waktu luang.Frengky: Nggak bisa di tempat gueFrengky: Bini gue lagi hamil, duh sensinya ampunHaris: Rumah gue lagi renovTyas: Di luar aja kalo gitu, makan di mana gituYanuar: Tutup nanti yang ada tempat makannya gara-gara rusuhnya kitaKalau terus begini, Adam mulai mempertimbangkan untuk menonaktifkan notifikasi grup itu. Sebenarnya, ia mulai bergabung dan tidak menonaktifkan notifikasi grup itu karena saat itu sedang mencari info tentang Yara. Sekarang, apa perlunya ia masihaktif di grup itu.Tapi entah mengapa justru jemarinya mengetikkan hal lain.Adam: Di rumah gue ajaDan
Read more

137 At the Rooftop

“Nggak apa-apa ya anak-anak tau?” Hari belum beranjak malam. Semua teman SMA mereka sudah pamit sejak sekitar jam tiga sore. Adam juga sudah memesankan taksi untuk mengantar ART ibunya kembali ke rumah setelah menyelesaikan beres-beres kekacauan yang ditimbulkan teman-temannya. Tersisa Adam dan Yara berdua, yang kini memilih rooftop rumah itu untuk tempat mereka bercengkerama. Yara sengaja mendesain rooftop itu dengan taman kecil dan sofa yang terlindung kanopi agar Adam bisa menghabiskan waktu santai dengan pasangannya sambil minum teh dan menunggu senja di rooftop. Yang Yara tidak sangka, pasangan yang menemani Adam melakukan hal santai seperti itu adalah dirinya. “Tapi kamu lihat sendiri kan gimana reaksi mereka tadi, Dam? Ya ampun, guru ngabarin ulangan harian dadakan aja nggak begitu amat reaksi mereka.” Adam terkekeh geli, kembali mengingat masa SMA mereka, di mana ada beberapa guru yang rajin memberikan ulangan harian dadakan sekadar untuk memb
Read more

138 Karena Orangnya Bukan Saya

“Baik-baik ya, kalo capek nyetir minta dianter supir aja,” ucap Adam sambil menangkup kedua pipi Yara, mengabaikan tatapan geli dari Dimas di kejauhan.“Iyaaa. Nggak ada yang ketinggalan kan?”“Hatiku.”Yara terkekeh, lantas memeluk Adam singkat. Adam harus bergegas masuk kalau tidak ingin terburu-buru menuju gate tempatnya harus menunggu. “Udah ah, malu sama Dimas. Dia yang ninggalin istri aja nggak sebegininya.”“Justru karena dia ninggalin istri, bukan pacar.”“Mulai deeeh, bukan masalah ikatannya Adam, tapi komitmen.”Kalau kemarin-kemarin Yara yang sering merengek tidak ingin Adam pergi, sekarang giliran Adam yang enggan melangkah masuk ke dalam bandara. Yara sudah berkomitmen, dia pun demikian, harusnya langkahnya lebih ringan, tapi nyatanya tidak seperti itu. “I’m gonna miss you.”“Me too.”Adam mencium puncak kepala Yar
Read more

139 Aku Masih Ingat Semua Kesukaanmu

“Kamu nggak langsung pulang tadi?”Mereka sedang terhubung melalui video call, dan dari raut wajah Adam, Yara tahu kalau Adam sedang marah padanya.“Iya, aku mampir ke tempat Rian.”“Kok tadi nggak ngomong pas di bandara?”“Pas udah di jalan aku baru kepikiran buat mampir.” Yara berusaha meninggikan sabarnya. Baru satu hari Adam pergi, tidak mungkin mereka sudah bertengkar hanya karena masalah sepele kan. “Aku agak lama di rumah Rian, ngobrol sampe tidur siang di sana. Abis itu makan siang bareng sama Rian di mall, baru pulang. Nggak apa-apa kan? Aku mau chat kamu, tapi kan posisinya kamu masih di pesawat, pasti nggak aktif juga.”“Tapi kan kesepakatan kita, mau salah satu di antara kita ngaktifin hp atau nggak, langsung balas chat atau nggak, tetep saling ngasih kabar, Ra.”Yara menggigit bibir bawahnya, menghela napas dalam-dalam. “Iya, maaf. Aku salah. Harusnya
Read more

140 Karena Dia Mau Berjuang

“Ngomong di luar yuk, Bang.”“Kenapa sih? Kok kamu kayak jadi takut sama aku?”Yara mengernyitkan dahi, mencoba mengerti kalau mungkin Zayan masih menganggapnya anak kecil seperti dulu.“Mau ngomong apa sih, Bang? Serahasia itu ya? Sampe harus ngomong di kamar?”Karena tidak bisa berbuat apa-apa, Yara memilih mengambil jarak terjauh, duduk di sofa yang menempel di dinding, sementara Zayan duduk di pinggir kasur.“Sini, Ra.” Zayan menepuk sisi kasur di sebelahnya.Yara menggelen pelan. “Mau ngomong apa, Bang?” Detik itu, Yara sudah merasa aneh. Entah mengapa rasanya juga asing, padahal ia mengenal Zayan sejak kecil.“Ok, kalau gitu aku yang ke sana.” Menghela napas,  Zayan berdiri dan ikut duduk di samping Yara.Bergeser ke sudut, itu yang dilakukan Yara, dengan gerakan yang tidak terlalu kentara agar Zayan tidak tersinggung. “Bang Zayan lagi ada
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status