Home / Romansa / My Horrible Romance / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of My Horrible Romance: Chapter 141 - Chapter 150

200 Chapters

141 Kecewa

Adam bersama Dimas dan dua stafnya yang lain--Berdik dan Guntur--menerima undangan makan malam yang berlanjut ke sebuah club, dari Cassandra yang dalam tiga bulan ini akan berurusan secara langsung dengan mereka terkait pelebaran jaringan hotel Candra Group.Adam kelelahan, benar-benar kelelahan, ditambah hatinya yang tak tenang, padahal baru sehari ia berada di Australia. Sebisa mungkin Adam menyahuti setiap ucapan Cassandra demi sopan santun.Hingga pesan singkat dari Yara yang seperti tidak tuntas karena terburu mengirimnya membuat hati dan pikirannya semakin kacau.Yara: Acara di rumahku belum kelar, kalau kamu mau Adam membacanya berulang kali. Tidak ada pesan lanjutan dari Yara.Berpamitan dengan Cassandra dan stafnya, Adam keluar dari club untuk menghubungi Yara yang sayangnya tidak mengangkat panggilan teleponnya setelah berkali-kali ia mencoba."Kamu kenapa sih, Ra? Kirim wa nggak tuntas, bikin khawatir orang aja."***Yara bergeming, membalas tatap
Read more

142 Puaslah dengan Itu!

"Semalem mau bilang apa, Ra? Kenapa chat kamu kayak nggak utuh gitu?”Yara terdiam, menjauhkan ponsel dari telinganya, lantas melihat isi chat terakhirnya untuk Adam. Helaan napas berat seketika keluar darinya. Ia memang tidak sempat menyelesaikan chat-nya karena terkejut dengan Zayan yang menutup pintu kamarnya. Dan setelah acara di rumahnya selesai, Yara pikir terlalu malam untuk menghubungi Adam."Maaf, aku ketiduran," dusta Yara.Tidak mungkin ia memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Adam pasti akan meledak marah."Pulang jam berapa semalam, Dam?""Hmm ... lumayan malam sih, makanya aku nggak hubungin kamu lagi, takut kamu udah tidur. Sandra ngajak ke club setelah makan malam.""Berdua?""Nggaklah, Ra. Rame-rame sama yang lain. Nggak marah kan?"Yara menimbang-nimbang sesaat antara ingin mengatakan yang sebenarnya atau berpura-pura demi kebaikan hubungan mereka.“Kamu nggak suka?” tanya Adam s
Read more

143 Bukan Cewek Posesif

"Siapa yang bertindak kurang ajar sama kamu, Dek?” "Kak Ervin?" Yara menoleh cepat, menghampiri kakaknya yang entah apa alasannya pagi itu tiba-tiba ada di lobby kantornya. Mata Ervin menyorot tajam pada Zayan yang tidak dimengerti Ervin juga, mengapa pagi itu ada di kantor Yara. "Jawab Yara! Siapa yang kurang ajar sama kamu?" "Itu ... orang yang dulu pernah deket sama aku." "Siapa?" tanya Ervin penasaran, karena sekali saja ia mendapat nama orang yang bertindak kurang ajar terhadap adiknya, bisa dipastikan ia akan mencari orang itu ke ujung dunia. "Ada lah, Kak. Nggak penting." "Ngapain kamu pagi-pagi ngomongin dia kalo gitu?" "Tadi aku kayak sekilas ngelihat orangnya di sini. Kakak ngapain ke sini?" Berusaha mengendalikan gugupnya, Yara mencoba mengalihkan pembicaraan. Zayan harus bersyukur karena Yara tidak menceritakan yang sebenarnya di depan kakaknya itu. Zayan mungkin akan pulang sebagai Zayan geprek kala
Read more

144 Here Without You

"Yaraaa, aku telepon lo dari tadi, astaga!" Oni berani bersumpah, Yara adalah salah satu wanita yang hampir tidak peduli dengan yang namanya ponsel. Ia bisa mematikan ponsel sesukanya, hingga kadang membuat wanita itu seakan hilang dari radar dan membuat pusing orang sekantor."Hah? Kenapa emangnya, Mbak?" Dengan santainya Yara meletakkan tas ransel di atas rak yang ada di belakang kursi kerjanya."Bentar ya."Yara hanya melihat Oni yang sedang mengetikkan sesuatu di layar ponselnya."Nih."Yara semakin mengernyit bingung saat Oni mengangsurkan ponselnya yang sedang bergetar kepada Yara."Apa, Mbak?""Pak Adam."Yara menghela napas. Memiliki kekasih semacam Adam memang mengesalkan dan sweet di waktu yang bersamaan.Keras kepalanya itu, yang kadang membuat Yara kehabisan akal untuk meladeninya.Seperti saat ini, ketika Adam malah menghubungi Oni karena dirinya mematikan ponsel."Halo," sapa Yara hambar. Ia t
Read more

145 Termakan Umpan

"Let's party tonight. There's a club that--""Sorry, I can't."Cassandra mengernyitkan kening kala mendapat penolakan Adam untuk yang pertama kalinya. Beberapa malam belakangan ia selalu mengajak Adam dan seluruh stafnya untuk mengunjungi tempat-tempat menarik dan Adam tidak pernah menolak."Why?""I just wanna spend the night with my girlfriend.""Eh?""By phone." Adam tersenyum samar hanya dengan membayangkannya."She won't notice anything if you talk with her outside the club.""No, no, no, thanks. I really missed her and wanna spend my time with her." Adam berlalu begitu saja setelah mengucapkannya, membiarkan kebingungan Cassandra. Dia tidak peduli kalau para stafnya menghabiskan waktu dengan Cassandra dan pegawainya. Adam hanya ingin segera sampai di kamar hotel.Beruntung jarak antara hotel dan kantor yang selalu menjadi tempatnya meeting seharian penuh itu tidak terlalu jauh. Ia hanya perlu berjalan kaki sekitar lima belas menit u
Read more

146 Babak Belur

“Kalian udah jenguk Zayan?”Yara menghentikan aksinya mengunyah makanan mana kala mendengar pertanyaan itu dari mamanya. Sementara Ervin tetap santai memasukkan satu sendok nasi kuning ke mulutnya, seakan tidak terganggu dengan pertanyaan mamanya.“Kok bisa ya, balik-balik ke Jakarta berantem sama orang.”Kini ucapan papanya yang membuat Yara menegakkan punggung. Tegang setengah mati. Yara tidak tahu bagaimana shock-nya orang tuanya kalau sampai tahu pelakunya adalah anak mereka sendiri a.k.a Ervin.“Tante Leni sama Om Brian gimana reaksinya, Pa?” tanya Yara takut-takut namun berusaha menormalkan nada suaranya.“Ya nggak habis pikir mereka. Dan Zayan belum mau buka mulut siapa pelakunya sama alasan apa dia dihajar begitu.”“Iya, Tante Leni sampe pusing anaknya punya salah apa. Lumayan juga soalnya, giginya patah, mukanya babak belur, untung aja nggak sampe organ dalamnya kena.”
Read more

147 Satu Paket

"Dam, nanti malam kayaknya nggak bisa telepon lagi deh." Yara sedang celingukan menunggu mobil kakaknya di area drop off kantor. Ia yang tadi menghubungi Adam lebih dulu karena tahu kalau Adam seharusnya sudah kembali ke kamar hotel, selama Adam menepati janjinya untuk tidak 'ngelayap' bersama Cassandra lagi.Mobil Ervin menepi tepat di depan Yara."Kenapa? Kamu mau ke mana?"Suara Adam terdengar samar karena Yara sedang sibuk membenarkan tasnya, menahan ponselnya, sambil membuka pintu mobil."Apa, Dam? Tadi ngomong apa?" tanya Yara setelah akhirnya ia bisa duduk dengan tenang di kursi penumpang depan mobil kakaknya."Kamu mau ke mana, Ra? Udah di dalem mobil ya? Kayak ada suara mesin sama lagu.""Iya nih. Udah dijemput Kak Ervin. Mau ... jengukin Bang Zayan.""Beneran sama Kak Ervin?""Mulai deeeh nggak percayanya!" Yara menoleh ke arah kakaknya. "Kak, ngomong. Adam nih pengen tau aku beneran sama Kakak apa nggak," ketus Yara sambil mengarahk
Read more

148 Kalau Saja Bisa Bersabar

"Siapa melecehkan siapa?"Ervin dan Zayan sontak menoleh ke arah pintu yang kini terbuka dan kini membuat mereka berdua membeku di tempat.“Loh, Om Brian? Kata Tante Leny, Om lagi di Kemang?”Zayan masih menahan napasnya, menerka-nerka apa yang akan disampaikan Ervin selanjutnya. Kalau Ervin benar-benar menceritakan kelakuannya, maka habislah dirinya. Setidaknya ia harus mempersiapkan diri dicoret dari KK atau kembali masuk ke IGD karena pukulan ayahnya.“Iya, cuma mampir bentar. Kecelakaan kecil, biasalah, di dapur ada aja kecelakaannya. Tadi kirain parah konsleting listriknya, soalnya bakal pengaruh ke kesegaran bahan makanan, tapi ternyata udah ditangani sama teknisi.”Ervin mengangguk mengerti, kini memilih menemani sahabat papanya itu untuk duduk di sofa.“Ngomongin apa sih tadi? Seru banget kayaknya.”Zayan yang sudah sempat menarik napas lega, mengira kalau ayahnya telah lupa, nyatanya harus
Read more

149 Over-excitement Can Backfire

“Udah semua? Nggak ada yang lupa?”“Udah, Nyah.” Adam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah sudah berapa kali Yara mengingatkannya agar tidak ketinggalan sesuatu.“Adam ih. Kalo nanti ada yang ketinggalan—”“Kan aku pulang ke rumah, apa sih yang mungkin kutinggal di sini?”“Cassandra,” jawab Yara tak acuh.“Masih cemburu aja sama Sandra. Aku udah nggak pernah keluar sama dia loh.”“Siapa yang cemburu?” Berusaha menahan kekesalannya karena lagi-lagi nama Cassandra disebut di antara mereka, padahal ia sendiri yang memulainya. “Aku tidur duluan deh, biar nggak telat jemput kamu besok.”“Beneran mau jemput?”“Iya. Kan aku udah bilang dari kemaren.”“Dianter sopir aja biar nggak capek kalo gitu.”“Lihat besok deh ya.”Yara menutup sambungan telepon kemudian m
Read more

150 Cemburunya Yara

Resti tengah menunggu Adam dan Yara yang sudah mengabari kalau mereka akan pulang ke rumah. Begitu mobil yang dikenal Resti sebagai milik Yara itu memasuki pekarangan rumah, bergegas dia berdiri dan menyambut mereka di depan teras rumah.Yara yang turun lebih dulu, langsung menghampiri wanita itu, mencium tangan dan pipinya seperti biasa.“Capek nggak, Ra? Harusnya kamu nunggu di sini aja, biar Adam dijemput sopir.”“Nggak kok, Tante. Aku sering juga ke bandara jemput Kak Ervin atau Kak Aileen kalo baru balik dari luar kota.”Resti baru saja ingin menyahuti ucapan Yara, saat pintu belakang mobil terbuka dan seorang perempuan turun dari mobil dan membuat Resti mengernyitkan kening. ‘Siapa?’ pikir Resti bingung. ‘Temennya Yara?’“Hai, Tante.”Resti terhenyak mendapat sapaan akrab dari wanita itu. “Temen Yara?”Intan tersenyum manis lalu memeluk Resti seperti keluarg
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status