Yara mendengar suara pintu tertutup di belakangnya. Saat itu, kakinya sudah jauh melangkah menuju kamar tidur. Karena ia menginap di suite room, ada ruang tamu yang cukup besar yang menjadi ruang paling depan dengan sebuah toilet di dekat pintu masuk, baru setelah melewatinya, ada sebuah kamar tidur, kamar mandi, serta balkon. Mendesah lega, tubuh Yara langsung merosot ke lantai. Kakinya sudah selemas itu, hingga ia hanya bisa pasrah terduduk di dekat foot bench, bukan di atas lapisan empuknya foot bench. Yara memeluk lutut, menyembunyikan wajahnya, hingga air matanya berebut keluar tanpa ia inginkan. Ya Tuhan, untung ia berhasil menahan air matanya selama berbicara dengan Adam. Sepertinya tidak sampai dua menit ia bicara dengan laki-laki itu. Dua menit yang penuh siksaan baginya. ‘Makanya jangan sok kuat!’ Yara mencoba menghentikan air matanya yang masih saja mengalir dengan tidak tahu dirinya, tetapi ia gagal. Berkali-kali pun mengusap air matanya,
Read more