Home / Romansa / My Horrible Romance / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of My Horrible Romance: Chapter 161 - Chapter 170

200 Chapters

161 Kado untuk Mantan Calon Mertua

Empat hari ...Genap sudah empat hari Yara menunggu chat atau telepon dari Adam, dan tidak sekalipun lelaki itu menghubunginya.'Apa benar-benar sudah berakhir?'Yara menarik napas panjang. Ia sudah resmi berniat menghentikan tangisnya sejak hari ketiga. Relatif berhasil sebenarnya. Ia hanya perlu memutar film atau series, lantas sok serius menyaksikannya walau pikirannya kosong, sama sekali tidak memperhatikan jalan ceritanya.Setidaknya, dia tidak menangis dan orang lain melihatnya baik-baik saja walau hatinya masih nyeri, pilu, teriris, atau apa pun istilahnya yang ia sendiri tidak bisa utarakan.Namun, satu hal yang kini mengganggu pikirannya, yaitu ajakan sepupu-sepupu Adam untuk merayakan surprise ulang tahun ibunya Adam.Ide itu telah mereka bahas beberapa waktu melalui chat group di mana Yara juga berada di dalamnya, tapi ia tidak merespon sama sekali. Justru karena ia tidak merespon, Nafa menghubunginya. Yara hanya bisa berkilah kal
Read more

162 Masih Pacar Adam

“Selamat ulang tahun ya, Tante.” Yara yang terakhir datang dibanding sepupu Adam yang lain. Sengaja dia berangkat lebih akhir dan nanti akan pulang lebih cepat supaya tidak perlu berlama-lama berada di tengah keluarga yang bukan keluarganya.“Ya ampun, Yara. Nggak usah repot-repot. Makasih ya, Ra.” Resti menerima pemberian Yara dengan tatapan bersalahnya. “Kalian ini harusnya nggak usah repot-repot. Udah tua loh Tante ini, udah nggak pengen macem-macem lagi kecuali punya cucu,” tambahnya sambil mengedarkan pandangan ke keponakannya yang berkumpul untuk merayakan ulang tahunnya.Yara terdiam kaku. Dia harus jawab apa?“Kode keras!” ledek Niko yang diikuti gelak tawa semua orang yang ada di halaman samping rumah, yang telah disulap menjadi area pesta keluarga. “Ngodein kalo ada orangnya dong, Tan.”“Eh, si Adam kan ada gila-gilanya, Mas. Jangan ditantangin gitu, bisa-bisa pulang dari Australi
Read more

163 Missing Her So Bad

"Adam!"Adam menoleh ke arah suara, khawatir kalau ternyata Cassandra yang datang menyusul ke acara makan malam timnya.Bagaimana pun juga, ia pernah berjanji kepada Yara untuk menjauhi wanita itu, yang Yara curigai punya feeling padanya.Talking about Yara, he's missing her so bad. Terakhir dia menghubungi Yara lima hari yang lalu, saat ia bertengkar hebat dengan Yara, sampai-sampai Yara menyebut kata break, atau putus, entahlah. Otaknya sangat kacau begitu mendengar kata itu terucap dari mulut Yara."Dam. Ngelamun aja. Boleh gabung?"Adam membuyarkan lamunannya, lantas meminta persetujuan kepada ketiga stafnya yang sebenarnya tidak perlu. Keputusan setuju atau tidak, sepenuhnya ada di tangannya."Aku suntuk banget, tugas kampusku lagi banyak banget. Astaga!" keluh Intan begitu mendapat anggukan dari Adam dan langsung mengambil posisi di samping lelaki itu. "Maaf ya, ganggu quality time tim kalian.""Kupikir kamu iseng doang nanya aku di mana." Ad
Read more

164 Coklat Panas dan Donat Almond

“Mas Vigo?”Vigo melangkah ringan, mendekat ke arah Yara sambil menenteng papar bag salah satu gerai donat terkenal.“Udah sarapan?”Yara masih mengerjap bingung dengan keberadaan Vigo di lobby kantornya sepagi itu.“Mas Vigo kok di sini?”“Nih, bawain titipan buat kamu. Katanya, meskipun kamu udah makan, selalu ada ruang di perut kamu untuk coklat panas sama donat almond kesukaan kamu.”“Hah? Tante Desi tau kesukaanku?” Coklat panas dan donat almond dari gerai yang sudah memiliki ratusan cabang itu memang salah satu comford food-nya kalau ia sedang banyak pikiran. Tapi ... tidak banyak yang tahu akan hal itu. Hanya keluarganya, sahabatnya, dan ... Adam. Tapi tidak masuk akan kalau itu titipan dari Adam. Pastilah mamanya yang keceplosan menceritakannya kepada Tante Desi. Itu lebih masuk akal.Vigo hanya tersenyum kecil. “Sekalian aku pamit ya, mau balik ke Jogja.”
Read more

165 Kangen Setengah Mati

“Mbak Yara yakin kita mau lanjut ke supplier keempat?”Yara terkesiap, kemudian menatap kasihan pada Radit, salah satu staf yang ditunjuk untuk menemaninya ke mana-mana selama di Bandung.Salahnya yang memforsir pekerjaan karena kejadian dua hari sebelumnya, saat sang mama mengajaknya sarapan bersama di Amigos yang terletak di bawah kantor mamanya—tepat sebelum ia berangkat ke Bandung. Mamanya itu hanya ingin sarapan bersama karena untuk seminggu ke depan, mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama.Sialnya, Zayan sedang mengantar mamanya ke kantor dan tentu saja pada akhirnya mereka malah sarapan bersama.Bukan sarapan bersama itu yang membuat Yara memforsir diri dengan bekerja, melainkan ucapan Zayan saat itu, ketika Yara dengan isengnya bertanya apakah Zayan mengenal Intan.‘Iya, dulu kenalan di Lombok. Belakangan ini kita keep contact lagi karena dia sering minta saran buat ngedeketin seseorang. Beruntungnya, laki-laki
Read more

166 Selesai Ya Selesai!

Yara mendengar suara pintu tertutup di belakangnya. Saat itu, kakinya sudah jauh melangkah menuju kamar tidur. Karena ia menginap di suite room, ada ruang tamu yang cukup besar yang menjadi ruang paling depan dengan sebuah toilet di dekat pintu masuk, baru setelah melewatinya, ada sebuah kamar tidur, kamar mandi, serta balkon. Mendesah lega, tubuh Yara langsung merosot ke lantai. Kakinya sudah selemas itu, hingga ia hanya bisa pasrah terduduk di dekat foot bench, bukan di atas lapisan empuknya foot bench. Yara memeluk lutut, menyembunyikan wajahnya, hingga air matanya berebut keluar tanpa ia inginkan. Ya Tuhan, untung ia berhasil menahan air matanya selama berbicara dengan Adam. Sepertinya tidak sampai dua menit ia bicara dengan laki-laki itu. Dua menit yang penuh siksaan baginya. ‘Makanya jangan sok kuat!’ Yara mencoba menghentikan air matanya yang masih saja mengalir dengan tidak tahu dirinya, tetapi ia gagal. Berkali-kali pun mengusap air matanya,
Read more

167 Keras Kepala

Adam segera mengarahkan Yara untuk duduk di pinggir kasur. “Inhaler kamu taro mana?” tanyanya berusaha tenang.Yara menunjuk tas yang tergeletak di lantai.Tidak menunggu lagi, Adam mengaduk isi tas yang dibawa Yara hingga menemukan botol inhaler kecil yang selalu dibawa wanita itu.Harusnya saat ini Yara merasa salah tingkah karena Adam tengah berlutut di depannya. Yara hanya diam, mencoba mengatur napasnya.Sementara Adam sibuk melepaskan tutup inhaler, mengocoknya, lalu menyambungkan inhaler ke spacer, dan memasangkan mouthpiece pada spacer sebelum menempelkannya ke mulut Yara.Yara menghirupnya perlahan sembari menekan inhaler sekali.“Pelan-pelan.” Adam merapikan anak rambut Yara yang sedikit berantakan dan mengusap keringat dingin di dahi Yara. “Ke dokter ya abis ini.”Yara menatap Adam dengan bingung. ‘Kenapa begini sih? Nggak usah seperhatian ini kalo hubungan ini nggak ada muaranya.&r
Read more

168 Aku Ada di Sini, Meskipun Kamu Nggak Suka

Adam mengambil key card cadangan yang tergeletak di atas meja, dekat perlengkapan menyeduh  teh dan kopi. Berkali-kali mencoba mengatur napasnya karena mengingat ucapan Yara, namun tidak kunjung membuat emosinya turun.Keluar dari suite room yang ditempati Yara, Adam melangkah cepat menuju resepsionis hotel yang sudah mengenalnya sebagai General Manajer dari pusat.Adam tahu kalau dia salah. Ia sadar kalau ternyata tidak menghubungi Yara beberapa hari malah membuat hubungan mereka semakin runyam. Adam juga tahu kalau banyak sikapnya yang harus diubah. Tapi hatinya tetap terluka saat mendengar Yara mengatakan tidak membutuhkan dirinya.***Beberapa detik setelah menyemburkan kemarahannya, Yara membekap mulutnya, merasa bersalah dengan apa yang baru saja diucapkannya.‘Jahat banget sih mulutmu, Ra! Sekarang Adam pasti nggak akan balik lagi.’ Yara menyibak selimutnya, bergegas memeriksa ruang tamu, tapi sudah tidak ada siapa-siapa di
Read more

169 Anak Bungsu vs Anak Tunggal

“Makan, Dam. Butuh tenaga buat ngeluluhin hati Yara.”Adam langsung mendongak ke arah atasan sekaligus orang tua Yara yang baru saja mengucapkan sesuatu yang menunjukkan seakan dia tahu apa yang sedang terjadi.“Om cuma ngopi? Nggak sarapan juga, Om?” tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.“Udah tadi disuapin mamanya Yara di mobil.”Adam menahan dengkusan kesalnya. Pamer? Wah, dia harus bereaksi seperti apa sementara mendapatkan hati Yara saja dia harus jungkir balik.“Kamu beneran nggak ikut after party? Orang sana kecewa loh.” Naren mulai menyesap kopinya, menatap lelaki di hadapannya yang lebih banyak diamnya sejak tadi kalau tidak ia pancing.“Iya, maaf, Om.”“Kata staf yang ikut kamu ke sana, kamu ada urusan pribadi. Sepenting itu sampe ninggalin after party? Kamu tau kan kalo di acara kayak gitu, kamu bisa bangun relasi, sayang sebenernya kamu lewatin begitu a
Read more

170 Cewek Baru?

"Ih, Papa kamu tuh kalo ujan gini pasti tidurnya pules deh."Yara melirik papanya yang memang tidur di sofa dalam kamar rawatnya dengan nyenyak. "Padahal masih jam tujuh ya, Ma.""Makanya. Emang Bandung dari kemaren sering hujan?""Kadang, gerimis, tapi selama aku di sini belum pernah sederes ini sih, Ma.""Mama ambil makanan dulu di Pak Ubay ya. Kamu nggak apa-apa Mama tinggal bentar?" Rhea memang meminta supir yang mengantarnya tadi pagi ke Bandung untuk membelikan makan malam, saat melihat suaminya kelelahan setelah bekerja remote seharian."Kenapa nggak Pak Ubay disuruh ke sini aja, Ma? Mama ntar kedinginan loh.""Mama pake jaket, tenang aja. Pak Ubay bingung jalan ke sininya. Kasihan nanti kalo nyasar."Yara akhirnya mengangguk. Tidak ada pilihan lain, karena papanya terlihat lelap."Bentar ya. Mama tinggal dulu. Kalau mau ke kamar mandi atau butuh apa-apa, bangunin aja Papa.""Iya, Maaa."Rhea keluar dari ka
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status