Beranda / Romansa / My Horrible Romance / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab My Horrible Romance: Bab 181 - Bab 190

200 Bab

181 Jawaban Yara

“Mau nggak jadi nyonya rumahku? Jadi tempatku pulang?”Jantung Yara menggila. Puluhan kali menerima pernyataan cinta dari laki-laki, tapi rasanya tidak pernah seperti ini. “Yara.” Kembali Adam menegur Yara yang hanya diam sambil menatapnya.“Ini … aku dilamar?”Adam mengulum senyumnya. Sudah susah payah dia membangun suasana, setengah mati menyusun kata-kata selama beberapa hari, yang akhirnya hanya kalimat sesederhana itu yang mampu ia ucapkan, dan sekarang … Yara malah bertanya apa dia dilamar dengan sepolos itu.“Bukan! Diajak nikah.” Adam mencubit pipi Yara dengan gemasnya.Yara merasa tiba-tiba wajahnya memanas. Kalau seperti ini, mungkin wajahnya juga sudah merona merah.“Diterima nggak?” Adam juga sudah hampir kehilangan kepercayaan diri dan hampir tidak bisa berpikir lagi untuk mengatakan sesuatu untuk meyakinkan gadis di hadapannya itu."Hm
Baca selengkapnya

182 Semacam Ikatan Baru

Rasa canggung benar-benar menemani perjalanan pulang mereka ke kediaman orang tua Yara. Padahal di dalam kamar tadi mereka sama-sama agresif. Mungkin karena membayangkan apa yang akan mereka hadapi setelah inilah yang menyebabkan mereka berdua memilih diam.Security di depan rumah langsung membukakan pintu gerbang kala mobil Adam mendekat.“Tenang aja, Dam,” ujar Yara memecahkan keheningan saat Adam baru saja mematikan mesin mobilnya.“Aku tenang kok, bukannya kamu yang nggak tenang?” Adam sudah melirik Yara sejak di perjalanan, dan jelas Yara kelihatan gelisah karena meremas gaunnya berkali-kali.Yara menarik napas dalam lantas menghembuskannya perlahan. “Ayo, makin malem makin ngamuk Papa.” Yara turun lebih dulu tanpa menunggu Adam membukakan pintu mobil.“Mbak Yara, ditunggu Bapak di ruang keluarga.”Yara menatap bingung ke arah  Bi Ijah yang ada di teras rumah.“Iya, kenap
Baca selengkapnya

183 Jodoh Itu Datang di Waktu yang Tepat

“Ciyeee … yang mau pamer baru dilamar,” goda Rian saat memasuki salah satu cabang Amigos, tempat ia memiliki janji temu dengan Yara.“Apaan sih, ini mumpung gue tadi ketemu supplier di deket sini. Udah buruan, mau pesen apa? Gue yang bayar.”“Kalau mau bayarin tuh di tempat yang lebih mahal. Bayarin kok di coffee shop punya nyokap. Keluar kantong lo, masuk ke kantong nyokap lo. Sama aja.”“Sebelum sampe ke kantong nyokap gue, ada porsi buat petani kopi, ada porsi buat baristanya, ada porsi buat pegawai coffee shop, ada porsi buat PLN, ada porsi buat—”“Stop it! Gue baru kelar meeting, jangan lu bikin otak gue kerja lagi.” Rian menarik tangan Yara dan memperhatikan cincin baru yang melingkar di jari manis sahabatnya itu. “Aaaah, finally. Kualat kan si Adam. Kemakan omongan sendiri. Sekarang klepek-klepek lagi sama lo. I’m happy for you, Ra. Tapi ini gimana deh ceritanya? P
Baca selengkapnya

184 Kamu Buru-Buru?

“Mau kuanter ke kantor?”Yara menggeleng cepat. “Aku bawa mobil kok.”Adam berdiri, mengikuti Yara yang juga berdiri dan bersiap pergi dari ruangannya. “Balik ke kantor kan? Atau site visit?”“Ke kantor.”“Kalo besok-besok aku yang gantian ke kantormu boleh kan?”“Sejak kapan izin? Biasanya juga langsung nongol di lobby atau di ruang tunggu.”Adam terkekeh, memeluk Yara sebentar sebelum gadis itu benar-benar pergi. “Aku anterin ke mobil deh.”“Nggak usah ah. Aku nggak akan nyasar.”Adam tetaplah Adam, keras kepalanya memang selalu mendominasi. Dan Yara hanya bisa menurut saat Adam menggenggam tangannya sebelum membuka pintu.Salah satu bahaya dari sejoli yang sedang jatuh cinta adalah dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak. Itulah yang terjadi pada mereka berdua, keluar dari ruangan dengan tangan saling menggenggam
Baca selengkapnya

185 Makan Siang Keluarga

“Mbak Yara!”Yara mendengar panggilan yang lumayan kencang dari balik pintu kamarnya. Tempo ketukan juga terdengar semakin cepat dan kencang.“Iya?” jawab Yara balas berteriak karena nyawanya yang belum genap terkumpul.“Mbak, sama Ibu dusuruh cepet siap-siap. Mas Adam udah mau sampe.”“Iya,” jawab Yara asal. “Adam mau sampe kenapa heboh banget?” gumamnya masih setengah memejam.Tapi beberapa detik kemudian, mata Yara membuka sempurna. Disibakkannya selimut dengan tergesa, lantas berlari menuju kamar mandi. “Astaga, Yara! Pikun kok nggak nanggung-nangung!” hardiknya pada diri sendiri sambil membuka pakaian untuk mandi.Tidak lebih dari lima menit Yara menyelesaikan prosesi mandinya. Sambil mengenakan pakaian ia mengecek ponsel yang tergeletak di atas kasur. Puluhan missed call dari Adam. Chat dari Adam yang membangunkannya, chat dari Adam yang berkata kalau sebentar lagi
Baca selengkapnya

186 Financial Matters

“Kak Ervin minta hal yang aneh deh tadi, Ra,” cerita Adam saat mereka dapat kesempatan untuk berduaan. Ibu Adam sedang mengajari mama Yara menyeduh teh di dapur, sementara ayah Adam menemani Papa Yara bermain catur.“Minta apa?”“Katanya, dia minta tolong buat kita duluan. Maksudnya gimana sih?”Tadinya Yara tidak ingin menceritakan hal ini karena berhubungan dengan perasaan kakaknya. Tapi karena kakaknya se-desparate itu sampai meminta bantuan Adam, Yara jadi terpaksa menceritakannya.“Kak Ervin tuh dijodohin sama anaknya sahabat Papa.”“Hah? Kok kamu nggak cerita? Tunggu, tunggu. Kalau Kak Aileen nikah bukan karena dijodohin kan?”“Nggak sih. Kenapa emangnya?”“Nggak ada potensi buat papa kamu jodohin kamu sama anak temennya kan?”Yara tergelak mendengar kekhawatiran Adam. “Kamu ah, aneh-aneh mikirnya. Papaku udah ngundang keluargamu ke
Baca selengkapnya

187 A Sampai Z

“Beneran nggak apa-apa aku ikut hadir? Katanya cuma keluarga sama kerabat deket yang diundang?” “Hubungan kita kurang deket gimana sih, Dam? Malah kan sebenernya orang tua kamu juga diundang, sayang aja Tante Resti sama Om Ardi lagi ke Bali.” Acara pertunangan kakak Yara memang agak dadakan digelar dan sengaja diadakan tertutup karena keinginan mereka sendiri. Sampai-sampai acara pertunangan itu menggunakan meeting room yang telah disulap menjadi venue engagement party karena tidak mungkin mendapatkan ballroom dalam waktu singkat di Jakarta. Meskipun keluarga Yara juga punya jaringan hotel, membatalkan pesanan dari orang tentu akan menurunkan kredibilitas mereka dan orang tua Yara juga tidak mengizinkan hal itu terjadi. “Tapi ini jadi pada ngelihat ke sini, Ra. Harusnya kan yang jadi spotlight Kak Ervin.” “Nanti aku kenalin semuanya. Lagian kalo kamu nggak ikut, yang ada kamu khawatir soalnya di sini lengkap, ada Kak Alsen dan ada Bang Zayan juga kan.
Baca selengkapnya

188 Cari Ballroom Dulu!

“Eh, Adam, kamu bukannya di Bandung?” tanya Rhea yang bingung dengan kedatangan Adam di sore hari itu. “Sore, Tante. Emang ini dari Bandung, Tante. Kerjaan di sana udah beres, jadi buru-buru pulang.” “Kok nggak istirahat dulu?” “Yara bilang … dia lagi sakit, Tante?” Rhea sekarang mengerti kenapa Adam buru-buru ke rumahnya, bukannya beristirahat setelah kembali dari Bandung. “Demam, biasa. Pas di Bali kemaren ujan-ujanan dia. Udah tau ujan, diterabas aja.” Adam menghela napas berat. Mereka memang sempat tidak bertemu hampir seminggu. Adam sedang tugas monitoring dan evaluasi di Bandung, sementara Yara memutuskan berlibur ke Bali karena godaan dari Rian yang juga mendapat tugas dari kantornya untuk ke Bali. Sekalian, mengetes kadar ego dan emosi mereka ketika berjauhan. Dan kali ini mereka melewatinya dengan mulus. Tidak ada pertengkaran seperti saat mereka LDR sebelumnya. Mungkin karena hanya berjarak Bandung-Bali, atau mungkin
Baca selengkapnya

189 Kesambet

Adam dan Yara masih terdiam, bahkan setelah papa Yara menghilang dari hadapan keduanya. “Kamu juga denger kan, Ra?” tanya Adam sambil menatap Yara tidak yakin. “Aku nggak salah denger kan?” Yara mengangguk. Masih sama heraannya dengan Adam, tapi tidak mungkin juga salah dengar karena ia hanya demam, bukan sakit telinga. Ditambah lagi, Adam memberikan reaksi kaget yang sama dengan dirinya. Tapi … kesambet apa papanya sampai tiba-tiba merestui mereka? “Ciyeee yang udah dapet restu,” ledek Yara setelah beberapa saat hening menguasai suasana kamarnya. Adam kembali duduk di sisi ranjang, kemudian mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu. “Ngapain?” Yara kini bangkit, memilih duduk sambil bersandar pada head board ranjang. “Ini, ngasih arahan ke semua manager di grup chat, untuk nyariin ballroom yang kosong atau kalau ada yang cancel.” Yara terkekeh geli sambil memukul lengan Adam. “Nggak sekarang juga kali, Dam.” “Kenapa? Be
Baca selengkapnya

190 Pamer (1)

“Adam Haikal Hanggara! Jangan mentang-mentang kamu udah dapet restu Papa, trus kamu ghosting aku ya,” cecar Yara begitu Adam mengangkat sambungan teleponnya.Adam hanya mengulum senyum sebelum akhirnya menjawab sabar. “Ghosting apaan sih. Tadi kakakmu baru dari kantorku, minta tolong sesuatu.”“Kakak yang mana?”“Kak Ervin.”“Minta tolong apa Kak Ervin?”“Sesuatu, masih ada kaitannya sama bisnis perhotelan, dia nggak terlalu paham katanya. Kayaknya buat ngelindungi ceweknya.”“Hah? Wow! Kak Ervin mau repot-repot?”“Ya namanya juga cinta. Kenapa tadi, Ra? Mau ngomong apa?”“Makan malem bareng ya? Waktu itu kan aku udah bilang kalo bakal ada acara ngumpul bareng anak-anaknya sahabat Papa.”“Ok. Nanti aku jemput pulang kantor. Maaf ya, memang lagi deket pelaporan semesteran, jadi agak sibuk di kantor. Oh iya, ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status