“Dam.” “Ya, Kak?” Adam mendongak ke arah kakak laki-laki satu-satunya Yara yang baru masuk ke ruang keluarga di mana Yara sedang rebahan sambil menyandarkan kepalanya di pangkuan Adam. Ia tidak enak sebenarnya, tapi Yara mengaku masih agak pusing. Karena tidak mungkin mengajak Adam ke kamar, maka ruang keluarga menjadi pilihan teraman. “Denger-denger rumah depan lagi dikontrakin loh. Orangnya jadi diplomat di mana gitu.” Adam mengenyit bingung. “Trus? Emangnya kenapa, Kak?” “Sewa gih! Nggak capek apa, sejak pulang dari Bandung, pagi, siang, sore, malem nurutin maunya Yara supaya kamu tetep di sini?” Yara yang sedang menonton series di salah satu channel berbayar, langsung melemparkan tatapan tajam ke arah kakaknya. Adam hanya tersenyum tipis. Setelah hubungannya dengan Yara hampir berakhir karena kesalahannya sendiri, diminta stay di rumah itu dari pagi sampai malam, diminta ini dan itu oleh Yara, dia rela. “Kalo lagi sakit kan emang b
Baca selengkapnya