Share

141 Kecewa

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adam bersama Dimas dan dua stafnya yang lain--Berdik dan Guntur--menerima undangan makan malam yang berlanjut ke sebuah club, dari Cassandra yang dalam tiga bulan ini akan berurusan secara langsung dengan mereka terkait pelebaran jaringan hotel Candra Group.

Adam kelelahan, benar-benar kelelahan, ditambah hatinya yang tak tenang, padahal baru sehari ia berada di Australia. Sebisa mungkin Adam menyahuti setiap ucapan Cassandra demi sopan santun.

Hingga pesan singkat dari Yara yang seperti tidak tuntas karena terburu mengirimnya membuat hati dan pikirannya semakin kacau.

Yara: Acara di rumahku belum kelar, kalau kamu mau

Adam membacanya berulang kali. Tidak ada pesan lanjutan dari Yara.

Berpamitan dengan Cassandra dan stafnya, Adam keluar dari club untuk menghubungi Yara yang sayangnya tidak mengangkat panggilan teleponnya setelah berkali-kali ia mencoba.

"Kamu kenapa sih, Ra? Kirim wa nggak tuntas, bikin khawatir orang aja."

***

Yara bergeming, membalas tatap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
semoga Yara jodoh sm Adam
goodnovel comment avatar
Nisya Diajeng Kharem
sedikit ..hick..hick.. masih meraba" menyambungkan feel-nya lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Horrible Romance   142 Puaslah dengan Itu!

    "Semalem mau bilang apa, Ra? Kenapa chat kamu kayak nggak utuh gitu?”Yara terdiam, menjauhkan ponsel dari telinganya, lantas melihat isi chat terakhirnya untuk Adam. Helaan napas berat seketika keluar darinya. Ia memang tidak sempat menyelesaikan chat-nya karena terkejut dengan Zayan yang menutup pintu kamarnya. Dan setelah acara di rumahnya selesai, Yara pikir terlalu malam untuk menghubungi Adam."Maaf, aku ketiduran," dusta Yara.Tidak mungkin ia memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Adam pasti akan meledak marah."Pulang jam berapa semalam, Dam?""Hmm ... lumayan malam sih, makanya aku nggak hubungin kamu lagi, takut kamu udah tidur. Sandra ngajak ke club setelah makan malam.""Berdua?""Nggaklah, Ra. Rame-rame sama yang lain. Nggak marah kan?"Yara menimbang-nimbang sesaat antara ingin mengatakan yang sebenarnya atau berpura-pura demi kebaikan hubungan mereka.“Kamu nggak suka?” tanya Adam s

  • My Horrible Romance   143 Bukan Cewek Posesif

    "Siapa yang bertindak kurang ajar sama kamu, Dek?” "Kak Ervin?" Yara menoleh cepat, menghampiri kakaknya yang entah apa alasannya pagi itu tiba-tiba ada di lobby kantornya. Mata Ervin menyorot tajam pada Zayan yang tidak dimengerti Ervin juga, mengapa pagi itu ada di kantor Yara. "Jawab Yara! Siapa yang kurang ajar sama kamu?" "Itu ... orang yang dulu pernah deket sama aku." "Siapa?" tanya Ervin penasaran, karena sekali saja ia mendapat nama orang yang bertindak kurang ajar terhadap adiknya, bisa dipastikan ia akan mencari orang itu ke ujung dunia. "Ada lah, Kak. Nggak penting." "Ngapain kamu pagi-pagi ngomongin dia kalo gitu?" "Tadi aku kayak sekilas ngelihat orangnya di sini. Kakak ngapain ke sini?" Berusaha mengendalikan gugupnya, Yara mencoba mengalihkan pembicaraan. Zayan harus bersyukur karena Yara tidak menceritakan yang sebenarnya di depan kakaknya itu. Zayan mungkin akan pulang sebagai Zayan geprek kala

  • My Horrible Romance   144 Here Without You

    "Yaraaa, aku telepon lo dari tadi, astaga!" Oni berani bersumpah, Yara adalah salah satu wanita yang hampir tidak peduli dengan yang namanya ponsel. Ia bisa mematikan ponsel sesukanya, hingga kadang membuat wanita itu seakan hilang dari radar dan membuat pusing orang sekantor."Hah? Kenapa emangnya, Mbak?" Dengan santainya Yara meletakkan tas ransel di atas rak yang ada di belakang kursi kerjanya."Bentar ya."Yara hanya melihat Oni yang sedang mengetikkan sesuatu di layar ponselnya."Nih."Yara semakin mengernyit bingung saat Oni mengangsurkan ponselnya yang sedang bergetar kepada Yara."Apa, Mbak?""Pak Adam."Yara menghela napas. Memiliki kekasih semacam Adam memang mengesalkan dan sweet di waktu yang bersamaan.Keras kepalanya itu, yang kadang membuat Yara kehabisan akal untuk meladeninya.Seperti saat ini, ketika Adam malah menghubungi Oni karena dirinya mematikan ponsel."Halo," sapa Yara hambar. Ia t

  • My Horrible Romance   145 Termakan Umpan

    "Let's party tonight. There's a club that--""Sorry, I can't."Cassandra mengernyitkan kening kala mendapat penolakan Adam untuk yang pertama kalinya. Beberapa malam belakangan ia selalu mengajak Adam dan seluruh stafnya untuk mengunjungi tempat-tempat menarik dan Adam tidak pernah menolak."Why?""I just wanna spend the night with my girlfriend.""Eh?""By phone." Adam tersenyum samar hanya dengan membayangkannya."She won't notice anything if you talk with her outside the club.""No, no, no, thanks. I really missed her and wanna spend my time with her." Adam berlalu begitu saja setelah mengucapkannya, membiarkan kebingungan Cassandra. Dia tidak peduli kalau para stafnya menghabiskan waktu dengan Cassandra dan pegawainya. Adam hanya ingin segera sampai di kamar hotel.Beruntung jarak antara hotel dan kantor yang selalu menjadi tempatnya meeting seharian penuh itu tidak terlalu jauh. Ia hanya perlu berjalan kaki sekitar lima belas menit u

  • My Horrible Romance   146 Babak Belur

    “Kalian udah jenguk Zayan?”Yara menghentikan aksinya mengunyah makanan mana kala mendengar pertanyaan itu dari mamanya. Sementara Ervin tetap santai memasukkan satu sendok nasi kuning ke mulutnya, seakan tidak terganggu dengan pertanyaan mamanya.“Kok bisa ya, balik-balik ke Jakarta berantem sama orang.”Kini ucapan papanya yang membuat Yara menegakkan punggung. Tegang setengah mati. Yara tidak tahu bagaimana shock-nya orang tuanya kalau sampai tahu pelakunya adalah anak mereka sendiri a.k.a Ervin.“Tante Leni sama Om Brian gimana reaksinya, Pa?” tanya Yara takut-takut namun berusaha menormalkan nada suaranya.“Ya nggak habis pikir mereka. Dan Zayan belum mau buka mulut siapa pelakunya sama alasan apa dia dihajar begitu.”“Iya, Tante Leni sampe pusing anaknya punya salah apa. Lumayan juga soalnya, giginya patah, mukanya babak belur, untung aja nggak sampe organ dalamnya kena.”

  • My Horrible Romance   147 Satu Paket

    "Dam, nanti malam kayaknya nggak bisa telepon lagi deh." Yara sedang celingukan menunggu mobil kakaknya di area drop off kantor. Ia yang tadi menghubungi Adam lebih dulu karena tahu kalau Adam seharusnya sudah kembali ke kamar hotel, selama Adam menepati janjinya untuk tidak 'ngelayap' bersama Cassandra lagi.Mobil Ervin menepi tepat di depan Yara."Kenapa? Kamu mau ke mana?"Suara Adam terdengar samar karena Yara sedang sibuk membenarkan tasnya, menahan ponselnya, sambil membuka pintu mobil."Apa, Dam? Tadi ngomong apa?" tanya Yara setelah akhirnya ia bisa duduk dengan tenang di kursi penumpang depan mobil kakaknya."Kamu mau ke mana, Ra? Udah di dalem mobil ya? Kayak ada suara mesin sama lagu.""Iya nih. Udah dijemput Kak Ervin. Mau ... jengukin Bang Zayan.""Beneran sama Kak Ervin?""Mulai deeeh nggak percayanya!" Yara menoleh ke arah kakaknya. "Kak, ngomong. Adam nih pengen tau aku beneran sama Kakak apa nggak," ketus Yara sambil mengarahk

  • My Horrible Romance   148 Kalau Saja Bisa Bersabar

    "Siapa melecehkan siapa?"Ervin dan Zayan sontak menoleh ke arah pintu yang kini terbuka dan kini membuat mereka berdua membeku di tempat.“Loh, Om Brian? Kata Tante Leny, Om lagi di Kemang?”Zayan masih menahan napasnya, menerka-nerka apa yang akan disampaikan Ervin selanjutnya. Kalau Ervin benar-benar menceritakan kelakuannya, maka habislah dirinya. Setidaknya ia harus mempersiapkan diri dicoret dari KK atau kembali masuk ke IGD karena pukulan ayahnya.“Iya, cuma mampir bentar. Kecelakaan kecil, biasalah, di dapur ada aja kecelakaannya. Tadi kirain parah konsleting listriknya, soalnya bakal pengaruh ke kesegaran bahan makanan, tapi ternyata udah ditangani sama teknisi.”Ervin mengangguk mengerti, kini memilih menemani sahabat papanya itu untuk duduk di sofa.“Ngomongin apa sih tadi? Seru banget kayaknya.”Zayan yang sudah sempat menarik napas lega, mengira kalau ayahnya telah lupa, nyatanya harus

  • My Horrible Romance   149 Over-excitement Can Backfire

    “Udah semua? Nggak ada yang lupa?”“Udah, Nyah.” Adam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah sudah berapa kali Yara mengingatkannya agar tidak ketinggalan sesuatu.“Adam ih. Kalo nanti ada yang ketinggalan—”“Kan aku pulang ke rumah, apa sih yang mungkin kutinggal di sini?”“Cassandra,” jawab Yara tak acuh.“Masih cemburu aja sama Sandra. Aku udah nggak pernah keluar sama dia loh.”“Siapa yang cemburu?” Berusaha menahan kekesalannya karena lagi-lagi nama Cassandra disebut di antara mereka, padahal ia sendiri yang memulainya. “Aku tidur duluan deh, biar nggak telat jemput kamu besok.”“Beneran mau jemput?”“Iya. Kan aku udah bilang dari kemaren.”“Dianter sopir aja biar nggak capek kalo gitu.”“Lihat besok deh ya.”Yara menutup sambungan telepon kemudian m

Bab terbaru

  • My Horrible Romance   200 Glorious in Adversity

    “Kenapa kita nggak ke Flores? Kenapa kita ke Garachico? Itu di mana?” Bahkan Yara sama sekali belum tahu di daerah mana Garachico berada. Maklum, ia lebih khatam daerah Indonesia karena menurutnya Indonesia memiliki keindahan yang tiada duanya. “Spanyol.” “Visaku?” “Kita udah di pesawat, Ra. Masih perlu kamu nanyain visa? Ya jelas udah kuurus.” Yara menggigit lidahnya, terdiam malu karena ucapan Adam. Iya, mereka sudah berada di pesawat, berarti semua berkasnya sudah beres. Kenapa ia sebodoh itu mempertanyakan hal yang tidak perlu? “Gimana caranya kamu ngurus visaku? Passport-ku kan kusimpen di lemari, kamu tau dari mana?” Adam mengeluarkan sesuatu dari tas selempang yang dipakainya, kemudian menunjukkan semuanya kepada Yara. “Udah? Aman. Kamu nggak bakal dideportasi.” “Tapi gimana caranya?” tanya Yara keheranan. “Mau tau aja.” Adam menarik hidung Yara agar istrinya itu bisa tenang. Ia memang diam-diam mengurus semua be

  • My Horrible Romance   199 On the Way to ...

    “Papa, Mama, ati-ati ya, inget umur,” pinta Yara yang menatap kedua orang tuanya dengan bimbang.Pagi itu, Yara dan Adam mengantar orang tua Yara lebih dulu ke stasiun kereta sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju bandara dengan diantar sopir keluarga Yara.“Maksudnya apa ngingetin Papa sama Mama tentang umur?” tanya Naren (sok) galak.“Jangan naik kendaraan aneh-aneh, jangan memacu adrenaline berlebihan, dan yang paling penting … tolong jangan bikinin aku adek. Aku mau jadi anak bungsu seumur hidup. Lagian malu kan sama Kak Arla yang lagi isi, kalo Mama nyusul isi juga.”“Astaga! Anak ini!” Rhea menggeleng-gelengkan kepala mendengar celotehan Yara. Ia dan suaminya memang akan melakukan perjalanan yang sedikit ekstrim. Napak tilas. Bukan sembarang napak tilas, mereka akan pergi ke tempat-tempat yang dulu pernah dikunjungi Rhea ketika kabur dari Naren saat mereka masih berstatus tunangan. Mulai d

  • My Horrible Romance   198 Pelan-Pelan

    “Pelan, Dam,” lirih Yara saat Adam menyesap ceruk lehernya dengan keras. “Maaf.” Nyatanya Adam hanya mengalihkan area penjelajahannya setelah meninggalkan jejak kemerahan yang mungkin akan berubah menjadi kebiruan di ceruk leher sebelah kanan. Adam berusaha tidak menyakiti Yara, tapi ia kesulitan mengontrol hasratnya. “Cantik banget,” pujinya sambil berbisik. Yara tidak mampu merespon. Setiap kali kulit mereka bersentuhan, seperti ada gelenyar asing yang menguasai tubuhnya. Terlebih seperti sekarang, saat Adam menyapukan indra peraba dan perasa ke seluruh permukaan tubuhnya. “Dam,” desah Yara sekali lagi, entah bermaksud meminta Adam berhenti atau melanjutkan, otaknya sedang tidak benar-benar bekerja. Adam kembali ke atas, menatap wajah Yara sebelum kembali melumat bibir istrinya yang setengah terbuka karena menahan desahan. “May I?” Yara mengangguk. “Pelan-pelan.” Adam mengangguk mengiakan, walau tidak tahu batas pelan yang dimaksud Y

  • My Horrible Romance   197 Masih Sore

    Yara tergagap saat merasakan sesuatu membelit perutnya. Tapi begitu menatap ke arah perutnya dan melihat kalau benda yang membelit perutnya adalah tangan seseorang, barulah ia menyadari keberadaan Adam, sekaligus menyadari kalau kini ia tidak tidur sendiri lagi. Perlahan, Yara memindahkan tangan Adam dari atas perutnya. Ia ingin buang air kecil karena itu terbangun di tengah tidur nyenyaknya. Ah iya, dia belum melihat kado dari teman-temannya. Jadilah sambil berjalan ke kamar mandi, Yara menenteng kotak di dekat televisi. Setelah menyelesaikan hajatnya, ia masih berdiri di depan cermin sambil berpikir kalau ia akan mengganti piyamanya dengan kado tersebut. Bukankah tadi Adam juga memintanya untuk berganti dengan isi kado itu. "Ya ampun capek banget sih," gerutu Yara sambil mencari ujung yang digunakan untuk membuka kerdus. Matanya yang semula masih sayu karena mengantuk, seketika membuka lebar saat melihat kain berenda tipis di dalam kotak.

  • My Horrible Romance   196 Kemakan Omongan Sendiri

    “Makanya lain kali kalo ngomong dipiir dulu ya, Dam,” ucap Yara sambil tetap berusaha mempertahankan senyumnya di atas pelaminan. “Hah?” “Dulu kamu nyumpahin aku apa? Kamu nyumpahin aku supaya nggak langgeng setiap punya pacar, kamu nyumpahin aku supaya nggak bisa nikah sebelum ngelihat kamu di pelaminan. Sekarang malah kita di atas pelaminan bareng. Kemakan omongan sendiri kan?” “I did the right thing,” jawab Adam sambil mengusap punggung tangan Yara yang melingkari lengannya. “Ck! Right thing apanya?” Yara berdecak. “Coba dari awal jadi orang yang sabar, kan aku nggak mesti ngalamin pacaran berkali-kali.” “Nggak apa-apa, yang penting ending-nya sama aku.” “Kata Papa, it’s the beginning, Adam, bukan ending.” “Ya … beginning buat kita hidup berumah tangga. Tapi kan juga ending dari horrible romance kamu, horrible romance-ku juga sih.” “Sejak kapan belajar ngegombal, Pak?” Adam belum sempat menjawab karena antrea

  • My Horrible Romance   195 Orang Itu Adalah Adam

    “Ini kamar pengantinnya?” tanya Rian dengan berbisik karena ada kakak dan kakak ipar Yara di kamar yang digunakan untuk Yara bersiap sebelum acara akad nikah berlangsung. “Nggak, di sini cuma buat ganti baju sama make up aja sih,” jawab Yara yang duduk di depan cermin, menunggu dijemput ke tempat acara. “Santai sih, Ra. Anggep aja kayak dipanggil guru BK.” Yara mendongak dan menatap Rian dengan kesal. Bisa-bisanya akad nikah dianalogikan dengan menghadap guru BK. “Yan, jangan kirim foto ke grup anak-anak kelas sepuluh!” pinta Yara ketika Rian mengarahkan kamera ponsel ke arahnya. “Kenapa? Karena ada Adam di grup? Takut Adam makin nggak konsen ya?” Yara menggeleng pelan. “Takut diketawain sama anak-anak.” “Risiko, dapet jodoh temen sekelas, ya mau gimana. Ntar gue catetin deh siapa yang ngetawain, nggak gue kasih souvenir dari sini,” sombong Rian yang mendapat tugas menjadi penerima tamu sekaligus mengarahkan tamu-tamu VIP ke area

  • My Horrible Romance   194 Planning

    Yara mengerjap pelan dan untuk beberapa detik ia sempat merasa kebingungan saat melihat langit-langit yang tidak dikenalnya. Sampai suara seseorang menyapa indra pendengarannya. “Udah bangun?” Barulah Yara sadar kalau ia tertidur di ruang kerja Adam. “Jam berapa?” “Setengah tiga.” “Ya ampun, astaga!” Bergegas Yara bangkit dari posisi tidurnya, gelagapan mencari ponsel dan menghubungi omnya. Omnya itu bisa mengamuk karena semestinya mereka mengadakan meeting bulanan jam dua siang. “Tenang, Ra. Papa kamu udah ngizinin ke Om Ranu tadi,” ucap Adam yang tidak kalah gesitnya berdiri dari tempatnya duduk mengamati Yara tidur sejak tadi. Terlambat sedikit saja, Yara pasti sudah melesat keluar dari ruangannya. “Hhh.” Yara menghembuskan napas lega sebelum sadar apa yang diucapkan Adam. “Papa? Papaku ngizinin ke Om Ranu?” “Iya. Papa kamu nggak tega juga ngelihat kamu kecapekan ngurusin perintilan resepsi Kak Ervin.” Yara kembali d

  • My Horrible Romance   193 Pilihan Sulit

    "Ya ampun, Rhe. Setelah Aileen, jeda setengah tahun, Yara dilamar orang. Sekarang, baru dua minggu dari lamaran Yara, kita yang mesti nganter Ervin ngelamar anak orang." Helaan napas berat jelas-jelas dikeluarkan Naren.Sebenarnya, bukan Naren tidak bahagia semua anaknya menemukan belahan jiwa masing-masing, tapi dalam tahun yang sama menikahkan tiga orang anak mungkin memang tidak lazim terjadi."Yang penting anak-anak bahagia, Mas."Naren mengangguk-angguk, berusaha membangun lagi semangatnya yang sempat jatuh."Ayo. Kamu tau kan gimana tegangnya Adam waktu itu. Sekarang giliran kita yang nenangin Ervin," ajak Rhea.Tidak banyak yang ikut di acara pertunangan Ervin supaya tidak merepotkan keluarga calon tunangan Ervin. Hanya kakek nenek dari orang tua Ervin dan juga keluarga adik mamanya yang ikut, ditambah Adam dan beberapa sahabat Ervin.Semua orang sudah siap berangkat saat Naren dan Rhea keluar dari kamar."Ervin semobil sama Papa Mama. Yara sama Eyang ata

  • My Horrible Romance   192 Engagement

    Tiga bulan menunggu salah satu ballroom yang dimiliki hotel di bawah Candra Group kosong atau ada yang cancel, ternyata bukanlah hal mudah. Sepertinya semua calon pasangan pengantin yang sudah memesan ballroom memang sedang menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pernikahan.Mau mendoakan agar salah satunya batal menikah pun rasanya sangat tidak etis, apalagi konon katanya doa buruk akan kembali kepada si pendoa. Karena itu, Adam dan Yara hanya bisa pasrah sambil berharap dan berdoa diberikan jalan yang terbaik untuk hubungan mereka.“Udah siap, Dam?”Adam menoleh sebentar ke arah sang ibu yang berdiri di ambang pintu kamarnya. “Udah rapi belum, Bu?” tanya Adam yang masih mematut diri di depan cermin untuk memastikan penampilannya—yang sebenarnya hanya kemeja lengan batik panjang dan celana bahan sejenis yang biasa ia gunakan ke kantor.Ya, hari itu adalah hari pertunangannya dengan Yara. Karena ballroom belum juga mereka dapa

DMCA.com Protection Status