Home / Romansa / My Dearest Cahaya / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of My Dearest Cahaya: Chapter 81 - Chapter 90

160 Chapters

Titik Balik

Begitu mobil sampai dan berhenti di perkarangan kediaman Bima. Aya bergegas turun dan berlari kecil menuju pintu untuk segera bertemu dengan Om-nya itu. Yasa sampai harus menggeram untuk meneriaki istrinya, agar tidak berlari, mengingat Aya tengah hamil muda. Jantungnya seakan terjun bebas ke dasar bumi. Khawatir terjadi sesuatu dengan bayi mereka. “Ayyy … sayaang!” Setelah terjadi keributan kecil antara Aya dan Kurt di restoran, selera makan gadis itu hilang. Aya tidak lagi bernafsu, untuk melanjutkan makan malam keluarga yang memang tidak ia inginkan sejak awal. Aya pun langsung berpamitan pulang kepada Daisy, namun tidak pada Bintang. Sungguh, hati Aya ternyata lebih keras daripada Sinar dahulu kala. Dan, Bintang angkat tangan untuk yang satu itu. Kali ini, Bintang lebih memilih untuk bersabar dan berharap sikap putrinya itu akan berubah dengan perlahan. “Kalian ini, gak lihat ini jam berapa, ha? Gak bisa tunggu besok kalau bertamu?” oceh B
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more

Menjadi Rahasia

Abraham membuang tawa sinisnya, saat melihat ada Kaisar yang mendampingi Sinar. Kedua pria tua yang merupakan rival sejak mereka muda itu, selalu saja dipertemukan dengan takdir yang rumit dalam persaingan bisnis maupun politik. Namun, tidak pernah ada yang menduga, kalau suatu saat, cucu mereka pada akhirnya menyatukan kedua keluarga dengan sebuah hubungan sakral, yang disebut pernikahan. “Kenapa sampai harus membawa bodyguard, Nar?” tanya Abraham dengan sarkas. “Kenapa? kamu takut menghadapi bodyguard, Sinar? nyalimu itu, dari dulu memang pendek, pantas, kamu gak pernah menang saat bersaing denganku.” Kaisar membalas Abraham dengan diikuti dengan sebuah decakan kecil, meremehkan. Abraham, hanya menyematkan senyum masamnya. Karena, meski keduanya selalu saja berdebat layaknya Tom and Jerry, mereka cukup fair dalam bersaing. Tidak pernah saling sikut dan menjatuhkan lawannya. Sinar melebarkan senyum gelinya. Melihat kedua pr
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more

Sabotase

“Pulang sana.” “Gak mau.” “Suamimu tahu kamu ke sini?” “Mas Yasa yang ngantar kok, aku bilang mau makan siang sama ayah.” Kepala Elo langsung terantuk, ingin menjerit tapi harus menjaga image. Dan mengingat usianya yang sudah tidak lagi muda, hal itu sangatlah tidak pantas dilakukan. Menghadapi seorang Aya yang keras kepala, terkadang membuatnya pusing tujuh keliling. Untung saja putranya dengan Sinar tidak terlalu banyak mewarisi sikap keras bundanya. Elo mengangkat wajah, kemudian bersandar dengan gestur menyerah. Lebih baik berdamai dengan keadaan. “Mau apa ke sini? Bukannya kami semua sudah sepakat kalau kamu itu gak boleh kerja.” “Siapa yang mau kerja,” bibir bawah Aya terjulur panjang pada Elo. “Aku kan cuma mau berkunjung, melihat-lihat, aku pemilik saham juga di sini.” ujarnya begitu pongah. Mengingatkan Elo akan keangkuhan Pras, namun dengan mode yang menggemaskan. “Duduk di sofa, jangan di depan ayah.” “Aku ma
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more

Anak Kita

Helaan napas besar nan lega, terhembus dari mulut Asa yang menggembung ringan. Berbicara panjang lebar dengan adiknya yang bawel itu, sungguhlan menguras pikiran. Ikut terlibat dalam sepak terjang sebuah perusahaan, tidak pernah sama sekali menjadi minatnya. Kalau bukan Pras yang meminta langsung kepada Asa, tentu saja ia tidak akan mau menjadi seperti ini. Asa memutuskan untuk keluar dari ruangannya untuk mencari udara segar. Pergi ke rooftop gedung dan ngopi sejenak mungkin bisa menyegarkan pikirannya. Sekali lagi, Asa melihat seorang wanita yang tengah sendirian berdiri di depan lift. Menunggu pintunya untuk terbuka. “Mbak Zetta, ngapain di Network?” Wanita yang dipanggil Asa itu menoleh, menyentak kedua alisnya bersamaan. Menelisik penampilan Asa dari ujung rambut hingga kaki, yang memakai sepatu pantofel hitam mengkilap. Rambut yang biasa sengaja ditata messy kini terbingkai dengan rapi. Setelan jas mahal dan licin namun
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more

Kejelasan

Setelah berucap terima kasih kepada Adnan, Aya meminta sang supir pribadi keluarga itu agar meninggalkannya, karena nantinya, ia akan pulang ke rumah bersama Yasa. Sambil terus memasang senyum ramahnya pada karyawan hotel, Aya melangkah dengan santai memasuki lift dan langsung menuju ke lantai paling atas. Kedatangannya memang maju satu jam lebih awal, dari yang dikatakan Aya beberapa waktu yang lalu saat menelepon Yasa. Semua urusan Aya di Network telah selesai, tanpa harus berpanjang lebar. Ia juga tidak ingin mengganggu Asa lebih lama lagi dengan semua ocehan protesnya. Karena Aya tahu, kalau semua yang dilakukan Asa, hanya untuk menuruti perintah Pras. Saat pintu lift terbuka, Aya melihat sekelebat bayangan Kimmy melintas di depannya dengan terburu. Hendak memanggil, tapi sepertinya, sang sekretaris hotel itu tengah sibuk, hingga terlihat seperti berlari kecil untuk melakukan sesuatu. Tidak ingin menyela, Aya keluar dan pergi ke arah yang berlawanan denga
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more

Menyingkirkan Amarah

“Turunin!”Aya yang berada di gendongan Yasa ala bridal itu, tidak henti memberontak, sejak sang suami mengangkatnya dari depan lift. Pria itu mengejar Aya secepat mungkin agar tidak sampai menemui Raquel.“Ingat yang di perut, Ay. Bisa fatal kalau kamu jatuh.”Detik itu juga tubuh Aya tidak lagi memberontak. Namun, mulutnya masih saja mengoceh protes.“Turunin aku!”“Aku mau ketemu sama Raquel!”“Ada hubungan apa kalian itu sebenarnya!”“Kamu selingkuhin aku, Yas!”Yasa tidak mengacuhkan ocehan sang istri. “Kimmy, tolong tutup pintunya.”Kimmy yang mengerti, segera mengitari meja kerjanya. Berada tepat di belakang Yasa dan dengan sigap menutup pintu dari luar setelah bosnya itu masuk ke dalam ruangan, sambil menggendong sang istri.Yasa menurunkan Aya dengan perlahan. Mendudukkan sang istri, tepat bersebrangan dengan Abraham. Kemu
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more

Ganjalan di Hati

“Yaa, silakan benci aku untuk saat ini, tapi aku harap, besok, kalau kamu bangun, kita lupakan semuanya. Karena hubungan aku sama Raquel sudah berakhir jauuuh sebelum aku ketemu kamu.” Saat Aya sudah merasa bisa menerima hubungan yang sempat terjadi antara suaminya dan Raquel dahulu kala. Sekarang, muncul hal baru yang membuat hati Aya teriris ngilu. Gadis itupun sampai ikut dapat merasakan sesak yang dirasakan oleh Raquel. “Tapi caramu sama opa itu yang gak bisa aku terima, itu jahat, Yas, kalian kejam!” Aya bahkan langsung memunggungi Yasa karena tidak menduga kalau suaminya bisa berbuat seperti itu. “Kalian maksa Raquel untuk gugurin bayinya … itu anakmu Yas! Tapi kamu gak mau bertanggung jawab.” “Karena aku gak menginginkannya, Ay.” Aya bangit dari tidurnya dan terduduk dengan cepat. Emosinya tersulut seketika itu juga. “Bisa gitu, aku nikah sama cowok berengsek kayak kamu! Mau ngelakuin yang enak-enak tapi gak mau tanggung jawab cuma karena gak i
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more

Pernikahan Bisnis

“Kalau dari yang opa lihat, kamu sama Yasa belum baikan.” Abraham sengaja mengirim supir ke kediaman Pras, untuk menjemput Aya makan siang bersama. Pagi tadi, saat bertemu Yasa di hotel, cucu kesayangan Abraham itu mengatakan kalau wajah Aya masih saja tertekuk dalam. Sang istri masih tidak bisa menerima, dengan semua perlakuan Abraham dan Yasa kepada Raquel. Aya hanya memutar-mutar garpunya pada spaghetti yang tersaji di piring. Masih tidak berminat untuk melahapnya. Tubuhnya memang berada bersama Abraham tengah makan siang, namun pikirannya pergi mengambang entah ke mana. “Yang Opa lakuin ke Raquel itu gak bisa dibenarkan.” pungkas Aya masih sibuk memilin-milin spaghettinya. Tidak menanggapi ucapan Aya, Abraham membelokkan sedikit topik pembicaraannya. “Sepertinya, kamu juga belum bicara tentang Astro.” Pergerakan tangan Aya yang memainkan garpu itu sontak terhenti. Meletakkan garpu di atas piring dan sudah tidak berminat lagi dengan makan s
last updateLast Updated : 2021-05-05
Read more

Mencari Jawaban

Aya yang baru saja keluar dari kamar mandi sedikit terkejut. Sudah ada Yasa yang bergelimpang lelah di atas ranjang. Seharusnya, Yasa belum pulang dari hotel jam segini. Tapi suaminya itu, terlihat sudah bertelungkup dengan satu tangan masih sibuk memegang ponsel dan mengetikkan sesuatu. Yasa meletakkan ponselnya setelah selesai mengirimkan sederet chat kepada rekan kerjanya. Kemudian berbalik telentang, mendapati punggung Aya yang menghilang di balik walk in closet. “Sayaang …” panggilnya masih enggan untuk beranjak dari posisi rebahannya. “Marahnya udahan yaa! Gak baik buat anakku yang ada di dalem perut. Entar kalau yang lahir cewek, terus ngambekan kayak kamu kan papanya yang susah.” Ini ngajak baikan atau berantem sih sebenarnya? Aya keluar dengan menggunakan kaos Yasa yang tampak kebesaran. Tidak bermaksud menggoda, tapi ia tidak tertarik sama sekali untuk memakai pakaiannya sendiri, ketika berada di rumah. Dan itu terjadi baru-baru ini saja.
last updateLast Updated : 2021-05-05
Read more

Sekelebat Ingatan

“Yas …” Aya menggoyang-goyangkan tubuh Yasa karena belum juga bisa terlelap sedari tadi. “Yasa …” Banyak pikiran yang menggantung di benaknya, dan Aya masih saja belum bisa menerima semuanya. “Yasa banguuun.” Dengan berat, satu kelopak mata Yasa terangkat tipis. Menyipit melihat lampu tidur yang berada di nakas di sisi sang istri. Ia hanya menggumam setelah itu. “Aku gak bisa tidur.” Ucapan sang istri itu bak alarm ampuh yang mampu membuka kelopak matanya dengan lebar. “Ada yang sakit?” berusaha bangkit di tengah kantuknya dan menyalakan lampu tidur yang berada di sisinya. “Laper? Apa gimana?” tanyanya khawatir namun masih sempat menguap sejenak. “Raquel!” “Oh gosh! Cahayaaa …” geramnya begitu gemas. Jika tidak mengingat Aya tengah hamil, Yasa mungkin sudah melampiaskan seluruh emosinya dengan membuat sang istri menjeritkan namanya semalaman. “Mau sampai kapan kamu kayak gini, Ay?” “Tapi, aku benar-benar gak bisa tidur.
last updateLast Updated : 2021-05-05
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status