Home / Romansa / My Dearest Cahaya / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of My Dearest Cahaya: Chapter 71 - Chapter 80

160 Chapters

Benar-benar Bahagia

Setelah semua kesepakatan telah terjalin dengan Asa. Beberapa hari setelahnya, keduanya kembali membuat janji temu untuk menandatangani beberapa dokumen. Namun kali ini Aya memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran Itali. Entah mengapa, Aya ingin sekali memakan lasagna diikuti dengan gelato sebagai hidangan penutup.“Aku tinggal, gak usah lirik-lirik cowok lain.” pesan Yasa. “Inget, kalau sudah punya suami yang gantengnya kayak pangeran Arab.”Sepasang suami istri itu kompak terkekeh geli. Kembali teringat percakapan mereka sebelum tidur tadi malam. Aya menyampaikan bahwa Sinar pernah mengatakan kalau Yasa mirip dengan pangeran Arab.“Aku perlihara cambang, ya!” Yasa memutar kaca spion tengah untuk menghadapnya. Sementara itu, jemari Yasa sibuk mengusap sepanjang garis rahangnya. Menebak-nebak, kira-kira seperti apa wajahnya jika membiarkan bulu-bulu halus itu tumbuh di sekitar rahang.“Gak mau ah!” Aya me
last updateLast Updated : 2021-04-29
Read more

Sebuah Kejutan

Sudah pukul 9 malam, namun, Elo masih saja terus mengajak Yasa berbicara panjang lebar di ruang tengah. Padahal, Yasa sudah ingin membawa Aya pulang. Kembali bergelung dengan sang istri dalam satu selimut. Menghabiskan dinginnya malam dalam curahan peluh penuh cinta.“Ayah, udahan ngobrolnya, aku mau pulang.” ujar Aya yang baru saja keluar dari kamar Arana. “Kasihan ibu, udah ngantuk. Uti aja udah siap-siap mau tidur.”Elo berdecih geli, melihat Aya yang langsung duduk di samping Yasa. Menjatuhkan kepalanya pada lengan sang suami.“Ayah sama ibu itu tidurnya malem. Bilang aja kalian buru-buru pulang karena mau bikin bayi.”Ai yang juga menyusul Aya dan baru keluar dari kamar Arana tertawa geli. Wanita paruh baya itu menjatuhkan tubuhnya di samping Elo. Ikut menyandarkan kepala ke lengan sang suami, seperti Aya.“Udah biarin aja, biar kita cepat dapet cucu.” setelah menatap Elo, tatapan Ai berpindah pa
last updateLast Updated : 2021-04-29
Read more

Capcipcup

Sumpah demi apapun, saat ini, kelopak mata Yasa masih sangatlah berat. Namun, sang istri tercinta sudah menggoyang-goyangkan tubuhnya, agar segera bangkit dari sofabed yang berada di ruang tengah rumah Asa.“Sepuluh menit, beb.” tawar Yasa yang sempat membuka mata sekilas, untuk melihat jam yang terpaku di dinding. Setelah itu, Yasa kembali menutup mata, karena ia baru memejamkannya kira-kira tiga jam yang lalu. Mereka berdua benar-benar mengeksplorasi tiap sudut rumah Asa dengan beradu desah, yang menggema di setiap ruang, karena minimnya perabotan yang ada.“Tapi aku laper, banget!”Dengan berat Yasa membuka kelopak matanya. Melihat ke arah jendela dan belum terlihat bias mentari yang masuk melalui celahnya. “Burger tadi malam udah habis?” tanyanya lalu melihat sang istri.Aya yang tengah duduk di tepi sofabed mengangguk dengan bibir yang mengerucut.“Hotdog?”“Udah habis semua, dan&nbs
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Pemilik Saham

Entah sudah berapa kali Elo melihat Aya menguap, saat pria paruh baya itu menjelaskan semua sistem keredaksian di Network. Jelas banyak perbedaan yang akan Aya dapatkan, karena kinerja stasiun televisi jelas berbeda dengan media cetak.“Habis lembur sampai jam berapa, semalam, Ay? Jam segini masih ngantuk aja.”Aya kembali menguap sambil memangku wajahnya dengan tangan kiri. Menatap Elo yang duduk bersebrangan dengan sayu. “Ayah, ih. Gak usah ditanyain coba, kayak gak pernah muda.”“Pernahlah.” Elo tetap bersikap santai. “Tapi, tahu waktu. Kalau waktunya kerja ya kerja. Totalitas! Gak menye-menye gini. Kalau bawahan aja, sudah ayah hukum kamu itu.”“Untung aja bukan.” cengir Aya sejenak, kemudian air mukanya berubah sendu. “Yah …”“Apa? mau pulang? Mau tidur?”Aya menggeleng. “Putusan sidang papi … Lusa. Kira-kira, dihukum berapa lama?&rdq
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Garisnya Dua

Sepanjang perjalanan menunju apartement, kalimat Andra selalu saja terngiang-ngiang di kepala Aya. Dan benar saja, setelah melihat jadwal bulanan pada aplikasi yang telah diinstal pada ponselnya, Aya terlambat.Ada berbagai rasa, yang membuncah di dada. Meskipun belum pasti hasilnya, tapi tanda-tanda yang ada, sudah merujuk ke arah sana.“Yas … mampir apotek bentar ya.” celetuknya tiba-tiba.“Mau beli apa? kamu sakit? apanya yang sakit? kita ke dokter aja sekalian?”Manik Aya langsung berputar jengah, sekaligus merasa beruntung memiliki suami seperti Yasa. Meskipun terkadang sifatnya bisa sangat berlebihan.“Emang kalau mampir ke apotek harus sakit gitu?” protes Aya tidak ingin Yasa mengetahui semuanya sampai hasilnya benar-benar akurat. Aya hanya tidak ingin mengecewakan sang suami yang terlihat sangat mendambakan seorang anak.“Yaa gak gitu, emang mau beli apa?”“Cuma vita
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Suka Sama Suka

Begitu pintu mobil sudah tertutup rapat, baik di sebelah kiri maupun kanannya. Yasa langsung berteriak lantang meluapkan kebahagiaannya. Pagi ini, keduanya langsung pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan Aya. Sebagai pasangan pengantin yang terhitung baru menikah, dan langsung diberi karunia yang begitu cepat, hal itu merupakan anugrah yang sangat luar biasa. Tanpa ragu Yasa mencondongkan tubuh ke kursi penumpang di sebelahnya, lalu meraih tengkuk sang istri dan menciumnya begitu dalam. “Makasih.” Ucap Yasa setelah mengurai ciuman tersebut. “Makasih sudah mau terima aku, dan mau mengandung anakku untuk yang kedua kali.” “Tapi, Yasmm …” Yasa tahu apa yang akan diungkapkan istrinya itu. Karenanya, ia langsung membungkam bibir Aya agar tidak meneruskan kalimatnya. Yasa tidak peduli, siapa, ayah dari janin yang dulu sempat dikandung istrinya. Karena dari lubuk hatinya yang paling dalam, Yasa yakin kalau itu adalah anaknya. Bukan anak da
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Sekilas Masa Lalu

Hari pertama Pras menginap di hotel prodeo, Aya meminta kepada Yasa agar mereka dapat menginap di rumah untuk menemani sang bunda. Ayapun meminta izin agar bisa tidur berdua dengan Sinar. Hanya malam ini, untuk menemani sang bunda yang pasti akan merasakan sebuah kekosongan secara tiba-tiba, karena tidak ada Pras di sisinya. Sekali lagi, Aya mengutuk Astro untuk semua yang dilakukan kepada keluarganya. Aya merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Yasa. Suaminya itu, sangat pengertian dan selalu saja menuruti kemauannya. Yaa, meskipun nantinya, Yasa akan terus menempel dan meminta haknya hingga berulang kali. “Sayang …” Yasa menepuk sisi ranjang yang kosong, meminta Aya yang baru saja selesai mandi untuk duduk di sampingnya. Wajah Yasa terlihat serius. “Kenapa?” Aya yang sudah memakai piyama tidurnya itu langsung duduk dan menyandar pada pelukan sang suami dengan manja. “Papamu barusan nelpon.” pelukan yang tadinya erat, kini terasa melon
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Menunggu Giliran

“No … no, no, no!” tolak Yasa. Kepala pria itu mengeleng berulang kali saat mendengar sang istri hendak terjun langsung mengelola Network. Yasa sangat yakin kalau Aya tidak kekurangan nafkah lahir, maupun batin yang berlebih darinya. Jadi, Aya tidak punya alasan untuk kembali bekerja, sedangkan semua-semua sudah dicukupi oleh Yasa. “Kenapa, no?” manik Aya memicing tajam. “Sayang, dengar baik-baik.” Yasa menyeret coffe table yang berada tepat di depan Aya dan mendudukinya. Memegang kedua telapak tangan istrinya itu dengan menatap tegas. “Kamu, HA-MIL. Dan aku gak akan kasih izin kamu kerja, dalam kondisi hamil seperti ini.” “Aku hamil, bukan sakit.” sanggah Aya. “Di luar sana, banyak ibu-ibu hamil yang perutnya udah segede gaban tapi masih aja seliweran buat kerja, kenapa aku gak boleh? Lagian, hamilku gak repot, aku sehat gak ada keluhan apapun.” “Cahaya, sebagian dari mereka melakukan itu karena tuntutan hidup, sebuah keterpaksaan demi sesuap nasi da
last updateLast Updated : 2021-05-01
Read more

Kesalahan Masa Lalu

Setelah berdiskusi panjang dengan Elo juga Sinar, pada akhirnya semua suara memihak pada Yasa. Aya tidak diperbolehkan terjun langsung untuk menangani Network, apapun alasannya. Paling tidak selama gadis itu hamil, dan akan dikaji lagi setelah Aya melahirkan. Aya diperbolehkan datang kapanpun untuk memantau, tapi tidak untuk menempati sebuah jabatan di sana. Kedua orang tua tersebut, sangat tidak setuju. Alasan mereka sama, yakni karena Aya tengah mengandung dan butuh istirahat serta tidak boleh stress. “Ayaahh … pleaseee …” Aya mengeluarkan isak tangis yang dibuat-buat. Merengek sekaligus memohon, agar dapat menempati sebuah posisi di dalam Network. “Yasa, tolong istrimu ini, dibawa pulang aja.” “Ayaah.” “Eh, Ay. Coba ngaca, gak sampe 8 bulan lagi, kamu itu mau jadi ibu. Masa’ kelakuannya masih begini?” ejek Elo. Wajah pria itu terlihat santai, tidak tampak kalau ia tengah jengah menghadapi sikap Aya. “Malulah sama yang di dalam perut.”
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more

Pertemuan

Aya memasang wajah masam. Semasam-masamnya, tidak terbersit sedikitpun niat untuk memberi senyum kepada Bintang, yang duduk bersebrangan dengannya. Sore tadi, Yasa tiba-tiba mengajaknya untuk keluar makan malam. Hanya casual dinner, karena Yasa tahu kalau Aya tidak menyukai hal formal seperti fine dining. Aya lebih senang suasana yang merakyat dan sederhana. Tapi tidak disangka, Yasa ternyata sudah membuat janji dengan Bintang juga Daisy untuk makan malam bersama. Aya merasa ditipu oleh suaminya sendiri kalau seperti ini. “Apa kabar, Ay?” Aya diam, tidak menanggapi ataupun membalas pertanyaan sang papa. Bahkan, untuk sekedar menatappun, Aya tidak melakukannya. Ia hanya sempat melempar senyum tipisnya kepada Daisy, yang kini duduk di samping Bintang. “Sayang … papa nanya, kamu apa kabar?” tegur Yasa yang tidak nyaman akan sikap sang istri kepada Bintang. “Gak perlu ditanya, beliau sudah lihat aku di sini, masih bisa napas dan du
last updateLast Updated : 2021-05-02
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status