“No … no, no, no!” tolak Yasa. Kepala pria itu mengeleng berulang kali saat mendengar sang istri hendak terjun langsung mengelola Network. Yasa sangat yakin kalau Aya tidak kekurangan nafkah lahir, maupun batin yang berlebih darinya. Jadi, Aya tidak punya alasan untuk kembali bekerja, sedangkan semua-semua sudah dicukupi oleh Yasa. “Kenapa, no?” manik Aya memicing tajam. “Sayang, dengar baik-baik.” Yasa menyeret coffe table yang berada tepat di depan Aya dan mendudukinya. Memegang kedua telapak tangan istrinya itu dengan menatap tegas. “Kamu, HA-MIL. Dan aku gak akan kasih izin kamu kerja, dalam kondisi hamil seperti ini.” “Aku hamil, bukan sakit.” sanggah Aya. “Di luar sana, banyak ibu-ibu hamil yang perutnya udah segede gaban tapi masih aja seliweran buat kerja, kenapa aku gak boleh? Lagian, hamilku gak repot, aku sehat gak ada keluhan apapun.” “Cahaya, sebagian dari mereka melakukan itu karena tuntutan hidup, sebuah keterpaksaan demi sesuap nasi da
Last Updated : 2021-05-01 Read more