Dipenuhi kekhawatiran, Luna sedang menatap keluar jendela tanpa suara. Ia melamun, terlalu memikirkan keadaan orang yang sedang ia cari saat ini. Ia memiliki berbagai spekulasi negatif, mulai dari kecelakaan atau bisa saja perkelahian. Ia terus mencari ke sisi jalan, takut menemui kerumunan di mana seorang mayat pria dengan banyak tindik telinga ditemukan. Kekhawatirannya mulai tidak logis, ia kalut hanya berusaha tenang namun gagal. “Apa kau yakin dia ada di sana?” Colin memecah keheningan di antara mereka dengan bertanya, dirinya sedang mengemudi. Matanya terarah pada jalan, namun juga sesekali melirik pada Luna yang memberikan ekspresi sangat khawatir. “Aku tidak tahu pasti, Kak. Aku hanya tahu tempat itu yang mungkin,” jawab Luna dengan lesu. Dirinya menyesali keadaan tak berdaya dan tak perhatian, hanya sedikit kemungkinan tebakannya benar. Si naïf nan polos, ia memikirkan setiap orang yang ia sayangi. Seburuk apapun perlakuan mereka terhadapnya, kekhawa
Read more