"Lalu, janin sialan itu, apa sudah musnah?"Ketakutan Luna pada pria itu bukan tanpa alasan. Cara dia menatap seraya mengucapkan kalimat sekejam itu sangatlah mengerikan. Kata-katanya tak disaring, bagaikan petir yang langsung menghantam hati. Luna hanya meremas selimutnya, ia tak berani memandang pria itu lebih lama. Ia ingin sekali menangis dan berteriak meminta bantuan, hanya saja tak punya keberanian. Ia gemetar, hanya dengan berada dalam ruangan bersama pria tu."Belum, ya?" Colin menjawab pertanyaannya sendiri. Ia kecewa, walau raut wajahnya cenderung terlihat senang. "Aku membiarkanmu kabur, karena aku berpikir kau mungkin keguguran karena itu. Tapi ternyata tidak. Dia kuat juga, ya?" Pria itu bicara sendiri, dia tertawa seakan pembicaraan sepihak ini adalah lelucon.Luna tak habis pikir, di mana logika pria ini? Atas dasar apa dia berpikiran segila itu? Ia mempertanyakan kecerdasan yang selalu dipuji sang Ayah. Karakter Colin sangatlah jomplang, antara k
Baca selengkapnya