"Kau harus kencani gadis itu nanti." Setelah mereka berdua sampai, Colin langsung membanting tubuhnya di tempat tidur. Punggungnya lelah, ia merindukan tempat tidur lebih dari apapun saat ini. “Kau gila?” ucap Devin seraya menuju kamar mandi. “ Dia pacar temanku,” lanjutnya dari dalam toilet. "Kalau begitu kau rebut saja." Colin terkekeh, “dia lebih cocok denganmu.” Devin tidak memberikan jawaban sampai keluar dari kamar mandi. “Cih,” ia mencibir. “Kau pikir aku serendah itu? Daripada dia, bukankah aku lebih baik merebut Luna saja darimu?” Sebuah teori yang sangat apik, Devin berhasil membuat sang kakak menerbangkan bantal ke arahnya. “Sialan.” Devin berhasil menghindar, ia tertawa keras karena itu. "Kalau begitu jangan berikan aku saran yang kau sendiri tidak suka." "Diam kau." Devin hanya bisa tertawa lebih keras, sementara sang kakak begitu kesal. Dan terjadi waktu diam di antara mereka setelahnya. Apa yang terjadi s
Read more