Beranda / Romansa / Good Sister / 24. Meet the Jekyll

Share

24. Meet the Jekyll

Penulis: Ayasa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-01 22:15:11

Terasa sulit untuk melangkahkan kaki. Jangankan untuk menjauh, membawa diri sedikit untuk jarak yang sedikit saja ia seakan-akan tak sanggup. Kakinya terasa lunglai, ia lemas. Napasnya sulit, namun bukan karena terdapat masalah pada tubuhnya. Tujuan yang seharusnya berada sejauh mungkin hanya berakhir pada sebuah kursi pada koridor kosong yang hanya berjarak kurang dari sepuluh meter dari ruangan Luna.

Kepalanya tersandar pada tembok, terasa pening dengan masalah yang membuat urat-urat bermunculan. Ia ingin marah. Ia merasa hancur. Ia ingin merobohkan dinding yang terlalu kokoh, dirundung rasa iri karena tak bisa menata hati sekeras benda itu. Air mata mungkin bisa mengurangi rasa sakit, namun tidak ada yang bisa ia keluarkan. Perasaan buruk memupuk dalam dada menyisakan sesak dan perih.

Semua tak pernah berjalan baik untuknya. Sebuah cobaan yang tak kunjung berhenti datang tanpa alasan. Ibunya, orang yang melahirkannya ke dunia telah pergi, segera setelah ia lahir.

Ayasa

Kata Jekyll merujuk pada istilah "Jekyll and Hyde". Merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan dua kepribadian yang bertolak belakang. Istilah ini diambil dari sebuah novel klasik terkenal "Strange Case of Dr Jekyll and Mr Hyde" karya Robert Louis Stevenson. Sebuah cerita tentang seorang Dr Jekyll yang berusaha menyembunyikan sisi jahatnya, Mr Hyde.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Good Sister   25. Chocolate Ice Cream

    Perjalanan pulang tanpa diduga tidak berlangsung senyap. Luna, Sang Ibu, dan Devin mengunci mulut mereka dengan rapat. Satu-satunya orang yang sedang bersuara saat ini adalah si pengemudi. Dia mengejutkan semua orang dengan bersenandung santai mengikuti lagu yang ia putar di mobilnya. Para penonton terpana, tidak pernah menyangka pemandangan ini adalah kenyataan; terutama bagi Devin.Colin, pria dingin dengan reputasi buruk, seorang melankolis dengan pola pikir yang tak bisa diduga-duga, tengah bersenandung ria. Devin tak bisa berhenti meliriknya, terkejut dengan sebuah perbedaan ini. Meski hubungan di antara mereka tidak baik, ia tahu bahwa hal ini adalah sesuatu yang berbeda.Belum sampai di situ, perbedaan yang mengejutkan juga ditunjukkan oleh Colin tadi. Posisi duduk mereka saat ini adalah idenya. Luna, ia biarkan duduk di kursi belakang bersama ibunya, sedangkan Devin berada di kursi depan.“Biarkan Luna bersama Ibu. Jika dia merasa sesuatu yang tida

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Good Sister   26. Jealousy

    Devin sama sekali tidak bisa menenangkan hatinya walau sebentar. Ia sungguh khawatir, saat mendorong troli mengelilingi rak bahan makanan. Setiap ada kesempatan, ia menoleh ke arah pintu masuk, mencari-cari keberadaan mobil si Colin dan memastikan mereka masih di tempat yang sama. Ketakutannya bukan tak berdasar. Ia tak ingin Colin berulah lagi. Dia merasa mengenal baik sang kakak hingga tahu perubahan drastis itu bukanlah sesuatu yang baik. Ia tak ingin lelaki gila itu membawa Luna kabur dan mencoba menyakiti dia dan janinnya.Sialan, ia mengumpat pelan ketika pikiran yang tak bisa terkendali itu memberikan visualisasi dari ketakutan yang ia alami. Dia tidak akan bisa tenang, sampai ia memastikan Luna baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu, ia tak akan segan membunuh si Colin itu.Devin mempercepat langkahnya untuk menuju tempat parkir setelah tak tahan menunggu lebih lama. Ia mungkin sedikit menjaga harga diri, terlihat tenang di luar. Namun ekspresinya tak bisa menipu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Good Sister   27. Date Time!

    "Lalu bagaimana dengan perasaanku? Tidakkah kau peduli dengan perasaanku? Melihatmu seharian bersamanya, kau tidak ingin tahu perasaanku? Aku cemburu, Luna. Aku cemburu."Luna dan Devin saling menatap."Tidakkah kau memikirkan perasaanku?""Kak, bukankah sudah aku katakan aku ingin—""Tidak semudah itu! Aku tidak mungkin secepat itu melupakan perasaanku padamu."Luna membuang wajahnya, tak mau menatap Devin. Jika ia terus melakukan itu, hal yang pasti adalah ia akan menangis lagi. Tidak boleh ada tangis lagi. Dia tidak mau menangis lagi. Terutama di hadapan Devin. "Maaf, Kak. Aku membuat Kakak merasa tidak nyaman. Kalau begitu aku ingin ke kamar saja. Selamat malam."Tanpa menatap Devin, Luna melangkah pergi meninggalkan pria itu sendiri di depan pintu. Bagaimanapun perasaan Devin padanya, ia tidak akan pernah bisa membalas perasaan itu. Dia hanya akan menyakiti Devin jika memberi harapan padanya. Harapan tentang betapa perasaan itu ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Good Sister   28. It is a Secret

    Matahari sore bersinar cerah hari ini, walaupun tidak begitu terik lagi dan juga eksistensinya tidak sepenuh tadi siang. Cahaya berwarna putih yang terbias seakan-akan berwarna oranye itu benar-benar menghangatkan, membawa suasana siapapun yang berada di bawahnya terasa begitu nyaman.Colin memarkir mobilnya di lapangan parkir sebuah pusat perbelanjaan. Mereka memutuskan untuk melakukan kencan pertama di sini. Sebenarnya Luna memilih tempat yang sedikit kekanakan bagi Colin—taman bermain, tetapi mereka tidak jadi pergi ke sana dengan alasan sudah hampir tutup. Tidak ideal datang ke sana di waktu sesore ini.Sepanjang perjalanan, mereka sudah merencanakan agenda kencan hari ini. Pertama, menonton film di bioskop. Setelah itu, makan malam di salah satu restoran. Lalu, mereka akan berbelanja sesuatu. Colin berkata ia harus membeli beberapa barang dan menginginkan Luna untuk menemaninya. Rencana ini lekas disetujui oleh keduanya dan mereka langsung meluncur menuju bi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Good Sister   29. Cupcake

    Devin turun dari kamarnya menuju ruang makan setelah mendengar ketukan dari sang ibu untuk makan malam. Ia seharian mengurung diri di kamar karena ia sama sekali tidak punya niat untuk pergi ke manapun. Ia masih merasa resah sejak semalam. Soal keretakan hubungannya dengan Luna, ia begitu merasa terbebani. Ia membuat Luna membencinya karena kecurigaan dan ketidakpercayaannya pada Colin yang berlebihan. Dan soal cemburu itu, dia seakan menyesal mengatakannya. Itu adalah senjata makan tuan. Hal yang akan sangat menyakitkan jika terus disimpan, tetapi akan lebih menyakitkan lagi setelah diungkapkan: cemburu.Ia berkali-kali menoleh ke belakang, mencari sosok Luna yang ia tidak lihat seharian. Ia berharap di makan malam kali ini bisa melihatnya. Satu hari tidak melihatnya saja, ia merindukannya. Dia yang mulai menjauh karena kesalahan yang ia perbuat sendiri.Devin sampai di meja makan dengan disuguhi makanan lezat buatan ibunya yang sangat menggugah selera, setidaknya bag

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Good Sister   30. Birthday Date

    Satu ciuman saja. Hanya dengan sebuah ciuman sederhana yang mendarat di pipinya, ia merasa begitu senang. Padahal, jika dibandingkan dengan semua pengalaman dan apa yang terjadi, ciuman seperti itu bukanlah apa-apa. Tetapi entah mengapa Devin menjadi sangat bersemangat karenanya.Ada dua arti yang mungkin. Pertama: ‘Terima kasih, Kak. Aku juga mencintaimu.’ Kedua: ‘Ini untuk terakhirnya. Lupakan aku’.Luna mungkin mau menciumnya, bukan karena ia menaruh harapan padanya. Tapi karena ia ingin harapan itu segera berakhir. Ia mengabulkan permintaan yang ia anggap sebagai permintaan terakhir sebagai pria yang mencintainya. Menyedihkan jika memikirkan kemungkinan itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Tapi, setidaknya itu ciuman itu berhasil membuat Devin terus saja gagal menutup matanya.Acara menonton film tengah malam ia batalkan. Cupcake tadi sudah ia telan hingga tiada tersisa, bahkan hingga ia tidak sadar menguny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Good Sister   31. The Actor

    Luna masih mengingat bagaimana bagusnya bentuk mobil baru Devin. Begitu keren dan sangat bergaya. Tetapi yang ia lihat sekarang? Ia bahkan tidak ingin mengingatnya. Hatinya begitu sakit. Jika ia tahu, ia tidak akan meninggalkan Devin sendiri. Ia sangat menyesal membiarkan Devin sendiri di makam dan berakhir seperti ini. "Bagaimana bisa?" Colin sedang menelepon di sampingnya. Entah siapa yang ia hubungi, ia terdengar sangat marah. Mereka berdua sampai lebih dulu di rumah sakit dan sekarang Devin sedang berada di IGD. "Sial." Colin membanting tubuhnya di kursi menahan kesal. Rambutnya sudah berantakan sejak tadi karena terlalu sering diacak. Luna menangis di kursi tunggu ruang IGD, memegangi ponsel Devin yang layarnya tampak pecah karena terjatuh atau mungkin lainnya. Ia tidak habis pikir, mengapa Devin bisa melakukan itu, menabrak pembatas jalan padahal saat itu tidak ada mobil lain di jalur yang sama. Kecelakaan tunggal yang masih belum diketahui penyebabnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Good Sister   32.1 Chaos

    "Cepat!" "Aku tidak mau!" "Luna! Dengarkan apa yang aku perintahkan!" Colin terus saja berusaha menarik Luna untuk ikut dengannya. Gadis itu memcoba menarik tubuhnya ke arah yang berlawanan, namun ia tak sanggup dan berakhir kehilangan keseimbangan. Dengan mudah dirinya terseret mengikuti langkah Colin yang begitu tak sabar mencapai tempat tujuannya. "Tidak mau! Kak! Aku ingin kembali ke rumah sakit! Aku tidak mau membiarkan Kak Devin sendirian." Colin mengacak rambutnya asal, polesan pomade sudah hilang dari sana. "Lagi-lagi anak sialan itu. Berhenti memikirkan dia dan cepat ikuti aku!" Luna menolak dan meringis di saat yang bersamaan. Bukan tidak mungkin kulit lengannya sudah berubah warna saat ini. Colin memaksanya untuk ikut ke apartemen. Ia merasa jika ia ikut, ia akan berakhir diperkosa lagi. Tatapan pria sekarang benar-benar sama seperti orang gila. Dia seakan-akan kembali menjadi Hyde setelah lama tertidur dalam tubuh Jekyll.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22

Bab terbaru

  • Good Sister   Epilog

    "Ya, mereka memanggilku Ares karena aku dianggap saingan paling berat dalam perang." Tatapan pria itu sangat yakin, mencoba menaikkan harga dirinya di depan seorang wanita cantik yang sedang ia incar. "Aku suka olahraga, hobiku sepakbola tapi aku lebih sering bermain basket bersama teman-temanku. Yah, hanya bermain saja." "Bagaimana dengan keluargamu?" "Keluargaku? Hmm ... Ayahku seorang pengusaha dan aku punya kakak laki-laki yang sudah menikah." "Kau juga ingin menikah?" "Denganmu? Tentu saja." Entah sejak kapan ia memiliki keahlian menggoda wanita seperti itu, tetapi ia berkata jujur jika ia ingin segera menikah. "Daddy!" Keduanya serentak menoleh ke arah sumber suara, si kecil manis yang tiba-tiba mendekat dan memanggilnya dengan sebutan 'Daddy'. "Daddy!" Seorang gadis kecil, dengan rambut di kuncir dua, memeluk kaki si pria dengan erat. "Daddy~" "Wait? Daddy? Kau

  • Good Sister   48. Happily Ever After

    Ballroom penuh dengan para undangan, gadis-gadis kecil dengan gaun merah muda mereka, dan juga kedua pengantin yang saling menatap di depan altar. Semua perhatian tertuju pada mereka yang saling mengucap janji. Janji suci pernikahan. "You may kiss the bride." Senyum tidak pernah hilang dari keduanya. Luna pelan-pelan mendekat, menunggu Colin untuk bertindak, apapun itu. Wajah mereka sangat dekat, semua orang menunggu ciuman pengantin mereka. Namun sudah lima detik dan keduanya belum berciuman. "Kakak akan menciumku atau tidak?" Colin tersenyum licik. "Kenapa kau bertanya? Tentu saja." Semua orang berseru seakan-akan apa yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Ciuman sederhana dari Colin, membuat semua orang senang. Colin sendiri tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Balutan jas formal berwarna putih senada dengan gaun Luna, melengkapi kisah cinta mereka yang akhirnya berakhir indah. Mereka sudah resmi m

  • Good Sister   47. The Night Before a New Start

    Luna tidak bisa duduk dengan tenang. Ia terus saja menoleh ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kiri Devin. Berkali-kali ia menarik tangan sang Kakak. Jangan salahkan, dia memang sedang menunggu seseorang. Aksinya bahkan terlalu mengejutkan bagi Devin yang juga menemaninya di sana. Tangannya terus ditarik bahkan sampai ia mengaduh. "Kakak sudah menghitung waktunya dengan benar, 'kan? Apa mungkin kita datang terlalu cepat?" Gadis itu menggerutu, wajahnya masam, dan ia tak betah duduk diam. Devin benar-benar kebingungan dengan hal ini. Ia merasa Luna menjadi sering mengomel dan menggerutu belakangan ini. "Iya. Aku sudah menghitungnya dengan benar." Devin menjawabnya sedikit kesal. "Lagipula kenapa kau tidak tanya Colin saja? Kau tahu jawabannya lebih menjanjikan daripada jawabanku." "Kakak sungguh-sungguh tidak salah, kan?" Luna menepuk lengan Devin dengan keras. "Dia bukan datang besok, 'kan?" Devin seketika meringis, ia otomatis menyapu lengann

  • Good Sister   46. Welcome to the World

    Ketiga pria itu berwajah gusar di depan ruang bersalin. Mereka berada pada mode panik, karena dilarang masuk melihat kondisi Luna. Dimas sibuk dengan ponselnya, menghubungi semua orang yang ia bisa hubungi. Devin duduk menggigit jarinya, berusaha tenang, padahal ia sangat takut. Colin? Dia berdiri di depan pintu ruang bersalin, mencuri lihat dari kaca buram yang sama sekali tidak membantu apapun. Segera setelah ketuban Luna pecah, ia menggendong Luna dan membawanya menuju ruang bersalin, mengejutkan semua orang yang sedang bersantai. Ketiga pria itu sama-sama menggila, ingin sekali masuk dan mendampingi Luna di tengah-tengah perjuangannya. "Ah! Kakak!" Mereka otomatis terkejut, sama-sama khawatir dan merasa terpanggil dengan sebutan Kakak’ yang diucapkan Luna. Tubuh Colin bergetar, ketakutannya kembali datang. Matanya mengerjap disandingi airmatanya yang tidak bisa dihentikan. "Devin," Ia bergetar memanggil nama Devin, seakan-akan ingin adiknya itu tahu apa y

  • Good Sister   45. Lily, Rose, and Daisy

    Matahari belum terlihat, dua pria itu menghambur koridor panjang rumah sakit yang masih tidak begitu ramai. Seorang darinya masih dengan mata yang bengkak, rambutnya tak beraturan dan juga baju kaosnya yang mungkin terbalik. Satu lagi memilih untuk menggunakan kacamata karena jujur, matanya sangat sakit karena dia paksa terbuka. Dua pria itu berlari secepat yang mereka bisa menuju IGD di mana mereka di beri kabar bahwa Luna akan melahirkan.Dimas berdiri di tengah koridor membuat mereka tak perlu seperti orang gila mencari-cari kepastian."Di mana Luna?" Pertanyaan langsung keluar dari mulut Colin bahkan sebelum ia benar-benar berhenti berlari. Napasnya sedikit sesak, mengingat dia bersama adiknya itu melakukan sprint dari tempat parkir. "Apa dia ... baik-baik saja? Apa dia sudah ... melahirkan?"Devin juga tidak sabar, tak mau duduk karena butuh kepastian. Dia juga akan bertanya hal yang sama jika berada di posisi Colin."Maaf.""Maaf?""Ka

  • Good Sister   44. Brotherhood

    "Kau di mana?"Pria itu berjalan dengan senyuman. Hatinya senang sekali, berbunga-bunga hingga ia tak bisa menghilangkan senyuman itu walau sekejap. Sambil berjalan dengan santai, ia berbicara di telepon."Aku sudah di hotel. Kau di mana? Belikan aku pizza.""Aku sudah di depan pintu.""Ah, sial. Aku ingin makan."Ia tertawa kecil, kemudian meraih gagang pintu. "Kita pesan saja." Ia kemudian memutuskan panggilan dan masuk ke dalam hotel."Kak!" Devin segera menghambur diri menghampirinya. "Bagaimana tadi? Apa semuanya lancar? Apa yang mereka katakan? Ayah juga ada di sini bukan? Apa dia melakukan sesuatu padamu?”Bagai angin lalu, semua pertanyaan Devin tak ia dengarkan sama sekali. Colin tak punya niat untuk memikirkan apapun saat ini. Ia membanting tubuhnya di kasur. Tubuh lelahnya butuh istirahat. Ia segera menutup mata, merasa siap untuk mimpi indah yang ia yakini akan menyambanginya lagi setelah sekian lam

  • Good Sister   43. Punishment

    "Kalau begitu beri aku tambahan uang." Pria itu bergumul di kasurnya dengan mata mengantuk. "Jika kau bawa mobilnya maka aku akan gunakan apa? Taksi?" "Kau sudah jawab pertanyaanmu sendiri." Lawan bicaranya sibuk merapikan penampilannya di depan cermin. "Ah!" Pria di bawah selimut itu merasa kesal, hanya bisa berguling-guling di kasurnya dengan kekanakan. "Kenapa aku tidak boleh ikut?" "Bagaimana mungkin aku membiarkan kau ikut? Ini kencanku! Kau ingin menggangguku?" "Baiklah, aku tidak ikut. Tapi berikan aku kartu ATM milikmu." "Aku membutuhkannya." "Ah, kau sama sekali tidak pengertian." Colin hanya terkekeh, ia lebih memfokuskan matanya untuk menata penampilannya. Ia akan menemui Luna! Sedikit gugup dengan apa yang terjadi kemarin, namun ia tidak akan mundur. Bukan Paman Ed, bukan sang Ibu Tiri, dan bukan Dimas. Dia ingin menemui Luna. Tidak peduli apapun yang dikatakan orang-orang itu, hari ini ia akan bertemu Luna.

  • Good Sister   42. Let's Meet

    "Dia tidak ingin menemuimu. Kau tidak perlu menemaninya. Dia bisa melakukannya sendiri." Keraguan terlihat di wajah Dimas, ia tak yakin dengan ucapan Luna, namun tetap menyampaikan seperti yang ia katakan. "Aku sudah mencoba membujuknya, tapi dia tetap menolak untuk keluar. Dia berkata kalau dia pusing dan tidak ingin diganggu. Kau diminta untuk pulang." Colin, yang sudah terlanjur tak senang dengan Dimas, tak bisa tenang dan percaya. "Kau bercanda? Luna tidak mungkin mengatakan hal itu!" Dia yakin pria itu mengada-ada, mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya dan membuat Luna tak ingin menemuinya. "Aku sudah berkata sebagaimana dia memberitahuku." Nada suara Dimas sedikit lebih tinggi. Namun masih kalah tinggi dari Colin yang bagai kebakaran jenggot. "Kau menipuku. Dia tidak mungkin mengusirku! Aku ayah dari bayinya!" "Tapi dia memang menolakmu! Seharusnya kau sadari itu sebelum kau hendak membunuhnya dulu!" "Aku membunuhnya? Beraninya kau!"

  • Good Sister   41. The Hartono Family

    Colin diam, berusaha untuk tidak mempercayai apa yang tengah disaksikannya saat ini. Ia berusaha menghentikan pikirannya untuk menarik kesimpulan, bahwa apa yang dilihat oleh matanya kali ini tidaklah nyata. Pria asing yang ia biarkan membawa beruang tadi, adalah pria yang sama yang sedang menggandeng tangan Luna sekarang. Bukan, ia sangat sulit menerima kenyataan bahwa gadis itu adalah Luna. Ia berharap orang itu bukanlah Luna. "Itu benar-benar Luna." Sayangnya Devin tidak berkehendak sama dengannya. Daripada terkejut dan sakit, Devin lebih bersemangat. "Benar. Itu Kak Dimas. Sudah pasti itu Luna. Wah kebetulan sekali! Ayo kita—" Colin segera menghentikannya. Tangannya memegang lengan Devin erat-erat. Devin memasang ekspresi penuh tanda tanya. "Ada apa?" "Pria yang bersama dia itu, siapa?" "Dia Kak Dimas. Anak Paman Ed." "Anak Paman Ed? Dia?" Devin mengangguk. Lebih dari itu ia merasa sedikit sakit pada lengannya. Genggaman Co

DMCA.com Protection Status