~Mengancam bukan jalan yang baik, namun bagi orang-orang yang terdesak, ancaman terkadang ampuh~Danar melangkah gontai masuk ke dalam rumah. Perasaan hatinya masih tidak menentu. Selama dia belum mendapat maaf dari Sagita, selama itu juga hatinya tidak tenang. Danar lapar, ia segera menuju ke dapur. Aroma bumbu ayam goreng kalasan tercium dari arah dapur. Hal itu membuat perut Danar yang lapar semakin lapar. Ibunya pasti memasak ayam kalasan."Kamu sudah pulang?"Danar menghentikan langkahnya. Baru saja dia melewati ruang tengah, sebuah suara yang tidak asing terdengar olehnya. Begitu Danar menoleh ke belakang, jantungnya terasa seperti ingin berhenti."Del, Delia, kamu ngapain di sini?" tanya Danar setengah panik."Kenapa kamu panik Danar? Jangan panik seperti itu. Aku datang baik-baik. Ibu sama bapak kamu yang tadi mengizinkan aku untuk menunggu kamu di dalam rumah ini. Padahal mereka sendiri sedang pergi ke tempat tetangga kamu yang la
Read more