Home / Romansa / Cinta Sagita / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Cinta Sagita: Chapter 1 - Chapter 10

171 Chapters

Kapan Kita Pindah?

~Pertanyaan yang menggunakan kata kapan memang mengesalkan. Kapan wisuda? Kapan menikah? Kapan punya anak? Dan kapan kita pindah rumah?~ Aroma kopi menyelimuti ruang makan. Suasana sunyi di pagi itu belum ada yang berani merusaknya. Sepasang burung gereja sedang asyik berciap-ciap di atas dahan pohon mangga. Suara burung itu bisa terdengar hingga ke ruang makan. Dimana duduk sepasang suami istri yang saling berhadap-hadapan. Satu Sagita dan satu Danar. "Kapan kita pindah rumah, Mas? Gita udah enggak tahan lagi. Mas dulu yang janji kalau kita tinggal di rumah ini cuman beberapa bulan aja. Ini udah ganti kalender Mas. Udah hampir satu tahun kita tinggal di rumah orangtua kamu."  Orang yang ditanya hanya bisa menundukkan kepala. Andai ini hari kerja, pasti akan lebih mudah untuk menghindar dari pertanyaan itu. Sayangnya ini hari libur, tanggal merah. Tidak bisa lari, tidak bisa menghindar. Istri yang dinikahinya satu tahu yang lalu ini mu
Read more

Pertemuan Tak Terduga

~Setiap pertemuan akan membawa sebuah cerita, bisa jadi cerita bahagia dan bisa jadi cerita buruk~  Sagita melirik ke arah jam dinding. Dia tidak sabar menunggu jam bergerak ke angka empat sore. Dia menunggu waktu itu. Sebuah waktu penting. Berharga. Bahkan bagi Sagita, lebih beharga dari emas yang dia gunakan. Apalagi jika bukan waktu berbelanja. Waktu yang membuatnya bisa bebas untuk keluar dari rumah dalam waktu yang lama. Dan tentunya dengan Danar, suaminya. "Eh, kamu belum siap-siap Mas?" tanya Sagita pada suaminya yang masih sibuk berbaring di atas dipan. Danar menatap istrinya lekat-lekat. Jika biasanya wanita selalu berdandan lama dan makan waktu, maka itu tidak berlaku bagi Sagita. Ketidaksabarannya untuk segera meninggalkan rumah itu, walau barang sejenak saja sudah mampu membuat hatinya senang. Dirinya tergerak untuk bertindak cepat. "Sebentar lagi, masih jam segini. Eh, kamu..." "Kamu apa?" "A
Read more

Yoga & Jidan

~Semakin kita ingin tidak memikirkan sesuatu, maka sesuatu itu akan semakin terpikirkan~ Suasana kota malam itu terlihat cukup ramai. Hari libur pasti membuat banyak orang yang menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga. Lampu-lampu jalan bulat kuning, seolah menjelma menjadi bulan-bulan kecil. Menemani induk utamanya. Bulan asli yang menggantung di langit. Sagita memilih untuk melemparkan pandangan matanya ke arah sang bulan. Hari ini ada dua hal yang terpikirkan oleh benaknya, pertama tentang mertuanya dan kedua tentang teman lamanya Danar yang bernama Delia. Sudah ditahan oleh Sagita sebisanya, agar dia tidak bertanya lebih dalam tentang Delia. Namun terkadang memang begitu, rasa penasaran manusia tidak bisa teratasi dengan cepat. "Satu sate padang dan satu mie goreng seafood!"   Seorang pelayan sebuah restoran menyediakan makanan di meja tempat dimana Danar dan Sagita duduk. Danar menyambu
Read more

Drama Mobil Mogok

~Dalam hidup terkadang kita memang harus dipertemukan dengan orang-orang yang tidak tahu diri. Maka nikmatilah!" Pakaian di dalam lemari tersusun rapi. Susunannya sudah sesuai dengan keinginan Danar. Disusun berdasarkan warna dan kegunannya. Pakaian kerja dengan pakaian kerja, pakaian untuk santai sore, disatukan dengan pakaian untuk santai. Bahkan pakaian-pakaian itu juga sudah tersusun rapi berdasarkan gradasi warnanya. Kinerja Sagita dalam merapikan pakaian di lemari memang patut diacungi jempol. Malam itu, bukan hanya susunan pakaian itu saja yang rapi, tapi susunan rencana Danar juga sudah rapi. "Kamu boleh ikut juga kok Git! Kumpul-kumpul sama temen aku. Udah lama jugakan kita enggak ngecamp. Camping ke alam itu juga bagus buat kamu yang tiap hari hanya menghabiskan waktu di rumah." Sagita menarik napas dalam-dalam. Udara yang dihirupnya seolah tidak berisikan oksigen melainkan hanya berisi gas kekecewaan. Menghirupnya h
Read more

Sagita Benci Delia

  ~Sekali api cemburu telah menyala, api itu akan sulit untuk dipadamkan~  Danar menggeleng. Tampaknya kondisi mobil itu memang tidak baik. Dia tidak bisa memperbaikinya. Mobil itu harus di derek ke bengkel atau paling tidaknya, Danar harus memanggil teknisi bengkel untuk datang. Sayangnya hari sudah malam. Orang bengkel terdekat tentu tidak akan mau datang jika sudah di atas jam sembilan malam. Danar tahu benar tabiat para orang bengkel di kawasan ini. "Enggak bisa diperbaiki ya Dan? Kalau didorong dari belakang juga enggak bisa ya?" tanya Delia dengan wajah putus asa sambil menenteng segelas jus jeruk. "Sepertinya gitu Del." "Aduh! Gimana dong? Aku harus segera pulang. Besok ada jadwal operasi di rumah sakit. Aku harus istirahat biar bisa fokus. Operasi bukan pekerjaan mudah, menyangkut hidup mati seseorang. Seharusnya aku dengerin kata Papa aku buat beli mobil baru. Bukannya malah mempertahankan mobil butut in
Read more

Cika & Risa

~Siapa nyaman dengan siapa? Siapa berjodoh dengan siapa? Biar waktu yang menjawab~ Sreeet! Sreeet! Danar sibuk mengunci tas ransel yang akan dibawa untuk kegiatan camping. Semetara itu Sagita sibuk merapikan beberapa barang bawaan yang juga tidak boleh tertinggal. Tempat minum khusus, senter kecil, sarung tangan dan sepatu juga disiapkan oleh Sagita. Keberangkatan mereka menuju ke kegiatan berkemah akan dimulai nanti sore. Titik kumpul berada di rumah Yoga.  "Kenapa sih, kamu harus mengajak Delia juga Mas?" keluh Sagita sambil tangannya memperbaiki tali sepatu Danar. "Biar Yoga sama Jidan senang. Mereka loh yang pengen banget deket sama Delia." "Tapi aku enggak suka Mas kalau Delia itu ikut. Aku cemburu Mas!" Tidak ada basa-basi bagi Sagita. Dia langsung jujur dan terus terang pa
Read more

Pendakian Ke Bukit Cinta

 ~Setiap perjalanan akan mengukir sebuah cerita. Apalagi perjalanan menuju bukit cinta~ Mendekati arah bukit yang mereka tuju,  rumah-rumah mulai jarang. Rumah-rumah dan jajaran gedung-gedung mulai tergantikan pemandangan pepohonan yang rapat. Pohon-pohon ini mulai menyejukkan mata. Bukit yang mereka tuju bernama Bukit Cinta. Sebuah bukit yang cukup tinggi dan terkenal di kawasan ini. Konon katanya, bukit ini merupakan tempat untuk mencari cinta sejati. Setelah berkunjung ke bukit ini, orang-orang akan menemukan cinta sejatinya. Namun itu hanya sebatas konon. Sagita tidak terlalu percaya. Kalaupun benar juga untuk apa? Toh cinta sejati Sagita juga sudah ditemukan, yaitu Mas Danar. Sagita satu mobil dengan Mas Danar dan juga Delia. Sementara itu, Risa dan Cika satu mobil dengan Yoga dan juga Jidan. Mobil mereka terparkir di salah satu tempat penitipan mobil yang tidak jauh dari kaki bukit. Danar, Jidan dan Yoga sibuk menurunkan semua baran
Read more

Sunset Bersama Sagita dan Delia

~Butuh waktu untuk bisa sampai ke puncak sebuah bukit, begitu juga untuk bisa sampai ke puncak cerita~ Begitu sampai puncak bukit, Danar, Jidan dan Yoga sigap dan cepat mendirikan tenda. Mereka harus bergegas agar bisa menikmati sunset dengan tenang nantinya. Ada 2 tenda yang harus mereka buat. Tenda pertama untuk rombongan pria dan tenda kedua untuk rombongan wanita. Sagita memutuskan membantu suaminya Danar dalam menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk mendirikan tenda. Sementara itu, Delia hanya mengamati dari sisi yang cukup berjarak. Semilir angin membuat rambutnya terbang dengan lembut. Lalang-lalang yang ada di sekitarnya menyentuh-nyentuh kaki jenjang itu. Risa dan Cika sendiri malah memilih untuk berbaring di atas rumput. Delia sadar jika pemandangan dari atas bukit ini cantik sekali. Pepohonan hijau, sungai yang meliuk-liuk bagai ular dan burung-burung yang wira-wiri. Semuanya tampak indah, komposisi alam yang pas dan mampu
Read more

Saat Delia Berdua Dengan Danar

~Api unggun menghangatkan suasana malam yang dingin. Berbeda dengan api cintamu yang hanya akan membakar hubungan asmara orang lain~ Nyala api unggun tidak terlalu besar. Warna jingga dari mentari yang tenggelam barusan digantikan dengan warna api unggun yang mulai menjilat ranting-ranting kering. Yoga sudah siap dengan gitar di tangannya. Gitar itu memang sengaja disiapkan sebagai senjata andalan. Senjata andalan merayu Risa atau boleh jadi juga untuk merayu Delia. Jreng...Jreng...Jreeeng... "Sayang, aku cinta padamu. Lihatlah aku dengan mata indahmu. Sayang akan kusebrangi laut Cina Selatan, asal kau bisa kumiliki ..." "Halah Yoga, Yoga! Gaya sekali lagumu itu. Boro-boro mau menyebrangi laut Cina Selatan. Aku masih ingat waktu kau pacaran dengan si Sumi dulu. Disuruh datang ke rumahnya pas gerimis saja kau tidak mau. Takut basah, takut demam, takut batuk, takut pilek. Gaya kali lagumu itu." "Danar! Danar! Ak
Read more

Delia Suka Danar

 ~Dalam hidup, ada perasaan yang harus diungkapkan dan ada yang sebaiknya disembunyikan~"Makasih banyak ya Danar, udah kasih izin aku buat duduk di sini sama kamu." "Apa-apaan sih Del? Kalau mau duduk ya tinggal duduk aja. Siapapun bebas buat duduk-duduk di sini. Kamu belum mau berpisah sama suasana malam yang bagus ini ya?" Delia mengangguk. Suasana malam itu memang bagus sekali. Langit penuh bintang, angin malam tidak bertiup kencang dan suasana yang hening membuat siapa saja betah berlama-lama di samping api unggun itu. "Kamu tahu Danar? Ada beberapa hal yang aku sesalkan ketika dulu kita masih SMA." "Apa? Apa yang harus kamu sesalkan Del? Bukannya kamu melewati masa-masa SMA dengan sangat baik? Kamu jadi idola di sekolah. Idola karena kamu pintar dan satu-satunya siswa yang berhasil lulus ke fakultas kedokteran. Selain diidolakan karena pintar, kamu juga banyak diidolakan karena ketangkasan kamu dalam
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status