Beranda / Romansa / Cinta Sagita / Delia Suka Danar

Share

Delia Suka Danar

Penulis: Rahma Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 ~Dalam hidup, ada perasaan yang harus diungkapkan dan ada yang sebaiknya disembunyikan~

"Makasih banyak ya Danar, udah kasih izin aku buat duduk di sini sama kamu."

 "Apa-apaan sih Del? Kalau mau duduk ya tinggal duduk aja. Siapapun bebas buat duduk-duduk di sini. Kamu belum mau berpisah sama suasana malam yang bagus ini ya?"

 Delia mengangguk. Suasana malam itu memang bagus sekali. Langit penuh bintang, angin malam tidak bertiup kencang dan suasana yang hening membuat siapa saja betah berlama-lama di samping api unggun itu.

 "Kamu tahu Danar? Ada beberapa hal yang aku sesalkan ketika dulu kita masih SMA."

 "Apa? Apa yang harus kamu sesalkan Del? Bukannya kamu melewati masa-masa SMA dengan sangat baik? Kamu jadi idola di sekolah. Idola karena kamu pintar dan satu-satunya siswa yang berhasil lulus ke fakultas kedokteran. Selain diidolakan karena pintar, kamu juga banyak diidolakan karena ketangkasan kamu dalam bermain basket. Aduh Del! Itu keren sekali. Jika masa-masa SMA yang sekeren itu masih kamu sesalkan? Apalagi masa SMA-ku yang hanya dilalui biasa-biasa saja?"

  Delia merapikan rambutnya. Dia membuka hoodie penutup kepala dan membuku kucir rambutnya. Delia memilih untuk menggerai rambut indah itu. Gerakan tangan Delia, membuat Danar tidak bisa berhenti menatap. Wajah Delia yang cantik, tambah cantik diterpa cahaya jingga dari api unggun. Bukan hanya itu, gerakan tangan Delia dalam menggerai rambutnya juga indah dan elegan sekali. Sejenak ada rasa takut dalam hati Danar. Takut jika dia merasa suka atau tertarik pada Delia.

 "Aku menyesal kenapa dulu kita tidak dekat."

 "Apa Del? Apa aku tidak salah dengar?"

 "Iya Danar. Itu benar. Aku menyesal kenapa dulu tidak menyadari jika ada siswa sekeren kamu. Kamu memang tidak sepertiku yang sering jadi pusat perhatian. Namun belakangan ini aku sadar, sadar jika kamu tidak kalah menariknya."

 "Eh, eh, anu Del. Aku enggak paham maksud kamu apa?"

 "Aku berharap bisa memutar waktu di masa-masa kita SMA. Jika aku bisa melakukannya, aku ingin mengenal lebih dekat dirimu Danar. Bukan hanya sekedar teman biasa, yang hanya saling sapa hai dan helo."

 "Oh? Aku akan sangat senang jika hal itu terjadi Delia. Siapa coba yang tidak mau berteman dekat denganmu dulu? Namun ya memang itu, kamu terlalu menjaga lingkaran pertemananmu dulu. Kita hanya bisa berteman biasa saja. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu akrab."

 "Iya. Itu yang aku sesalkan."

 Pikiran Danar jauh menerawang. Menerka-nerka maksud dari perkataan Delia. Wajah gadis itu terlihat sedikit sendu. Membuat hati Danar menumbuhkan bibit-bibit rasa bersalah. Walaupun jelas Danar merasa bingung juga kenapa dia harus merasa bersalah. Ada rasa tidak enak di hatinya melihat wajah sedih Delia.

 "Maaf nih Del. Tapi apa aku boleh tahu kenapa kamu terlihat sedih?"

 "Aku sedih karena..."

 "Karena apa?" Danar tidak sabar ingin tahu.

 "Karena aku baru sadar kalau aku ternyata menyukai kamu Danar."

  Hening. Suasana seketika hening. Danar yang tadinya bingung sekarang malah berubah jadi takut. Tangannya bahkan mulai dingin. Dia tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Danar mencoba untuk membuang wajahnya dari arah Delia. Dia berusaha untuk tidak menatap gadis itu. Setelah menenggak kopi hitam di gelasnya, Danar baru berani bertanya.

 "Apa aku tidak salah dengar Del?"

 "Tidak Danar. Kamu tidak salah dengar. Aku menyukaimu."

 Sejenak hati Danar bimbang. Dia bingung harus senang atau sedih? Bukankah seharusnya dia merasa senang karena ada wanita secantik Delia yang menyukainya? Namun bukannya seharusnya dia juga sedih? Sedih karena semua itu akan percuma. Danar sudah punya istri dan haram bagi Danar untuk menyukai wanita lain. Bagi Danar, hukum alam seharusnya begitu.

 "Apa kamu marah karena aku suka padamu Danar?"

 "Eh, anu, Del... Aduh! Gimana aku harus bilang ke kamu ya?"

 "Bilang aja Danar! Aku enggak kenapa-kenapa kok."

 "Gini Del, aku enggak mungkin marah sama kamu. Siapapun bebas untuk suka sama siapa. Tapi kamu sendiri tahu jika aku sudah punya istri, kan? Sagita. Ini jelas bahaya Del. Bahaya jika sampai istriku tahu."

 "Ya jangan sampai tahu. Cukup kamu saja yang tahu jika aku suka sama kamu. Cukup kamu saja yang tahu jika aku cinta sama kamu. Istri kamu jangan tahu."

 Danar menyeka keringatnya. Suasana malam ini cukup dingin, tidak seharusnya dia berkeringat. Namun perkataan Delia dan segela keterusterangannya membuat Danar merasa gerah. Pikirannya kacau seketika.

 "Del! Ini tidak masuk akal. Ada Yoga dan Jidan yang juga menyukaimu. Asal kau tahu saja Del. Mereka sudah naksir lama padamu. Sayangnya tidak ada kesempatan untuk itu. Kesempatan untuk mendekatimu."

 "Aku tidak tertarik pada Yoga dan Jidan."

 "Kenpa?"

 "Lucu. Pertanyaan macam apa itu Danar?" suara Delia semakin lirih. Saat berbicara, Delia semakin menatap ke arah Danar. Tatapan matanya tidak lepas sedikitpun dari Danar. Hal itu semakin membuat Danar salah tingkah. Bingung harus apa dan bagaimana. Baru kali ini ada seorang wanita yang secara frontal menyatakan diri menyukainya. Dan hebatnya wanita itu adalah Delia. Wanita yang sungguh tidak pernah Danar merasa sanggup untuk menjangkaunya.

 "Kenapa diam Danar? Menurutku pertanyaanmu itu lucu sekali. Bagaimana mungkin kau bisa menanyakan kenapa aku tidak suka atau tertarik pada Yoga dan Jidan. Aku tahu keduanya pria baik-baik. Walaupun mereka terkesan playboy alias buaya tapi aku tahu jika mereka hanya buaya recehan. Mereka hanya sekedar merayu di mulut saja. Tidak tega bila harus benar-benar menyakiti hati wanita. Namun pertanyaanmu itu sangat aneh. Mana mungkin aku bisa mengatur hatiku sendiri harus suka pada siapa."

 "Tapi Del..."

 "Tapi apa? Kalau bisa memilih, tentu aku akan memilih untuk jatuh cinta pada Yoga atau Jidan. Sayangnya aku tidak diberi pilihan apapun. Aku hanya jatuh cinta padamu. Maafkan aku Danar. Seharusnya aku menyadari perasaan ini sejak dulu. Sejak kamu belum menikah dengan Sagita. Sekarang semua perasaan ini cuman akan sia-sia belaka. Perasaan suka ini hanya akan bertepuk sebelah tangan," suara Delia terisak. Membuat Danar semakin bingung harus apa.

 Danar menoleh ke kiri dan ke kanan, berharap tidak ada yang mendengar obrolan mereka. Jarak mereka cukup jauh dari tenda. Menurut Danar, itu jarak aman. Seharunya tidak ada yang mendengar obrolan ini. Obrolan yang membuat hati Danar jadi tidak tenang.

 "Del! Tidurlah. Nanti Yoga keburu bangun. Dan pasti dia akan curiga melihat kamu masih terjaga di sini sedari tadi bersamaku. Aku enggak mau Yoga mikir yang enggak-enggak. Jadi lebih baik sekarang kamu masuk ke tenda." Danar mengambil keputusan. Menurutnya Delia harus segera tidur.

 "Biarkan aku di sini sebentar lagi Danar. Aku sangat menikmati masa-masa berdua denganmu. Jika nanti istrimu sudah bangun atau teman-teman yang lain sudah bergabung, aku tidak akan punya kesempatan seperti ini. Kesempatan untuk berdua denganmu. Begini saja Danar, begini saja sekalipun aku sudah sangat senang. Padahal jelas aku tidak bisa memilikimu."

 Danar mengusap wajahnya. Dia bingung harus apa. Akhirnya dia membiarkan Delia tetap duduk di sana. Setidaknya sebentar saja, sampai Delia memutuskan untuk tidur.

 

 

  

 

Bab terkait

  • Cinta Sagita   Orang Ketiga Adalah Setan

    ~Jangan pernah berdua-duaan dengan seseorang yang bukan muhrim, sebab bisa dipastikan, jika yang ketiganya adalah setan~ Udara segar merasuk ke dalam relung jiwa-jiwa yang tengah berbahagia. Sepagi itu, terlihat tiga orang wanita tengah bercengkrama dan bersendau gurau di atas bukit. Siapa lagi ketiganya jika bukan Sagita, Risa dan Cika. Mereka memang meninggalkan Delia yang masih tidur di dalam tenda. Delia yang tidur paling akhir, sehingga wajar saja jika dia juga yang bangun paling akhir pula."Kak! Ayo mandi ke bawah air terjun yang ada di sebalah sana!" Cika mengajak Sagita."Yakin? Sepagi ini mandi di situ apa enggak dingin?""Enggak kok Kak Git! Justru seger badan kita jadinya. Mumpung itu yang di dalam tenda laki-laki belum pada bangun." Risa berkata sambil mengedipkan mata."Terus Delia gimana?" tanya Sagita sambil menunjuk ke arah tenda."Tinggal aja Kak. Kasihan masih ngant

  • Cinta Sagita   Penyesalan Danar

    ~Penyesalan memang selalu datang terlambat~Wajah Jidan dan Yoga tertekuk ke bawah. Mata mereka sama-sama hanya tertuju pada tanah. Sementara Cika dan Risa malah menangis karena panik. Jidan mengusap wajahnya yang kelu, mencoba untuk berdamai dengan situasi. Dengan sedikit menggigit bibirnya Jidan berusaha untuk menegakkan kepalanya."Kita harus bertanggungjawab." Jidan memecah keheningan sejenak yang mereka ciptakan sendiri."Maksudmu apa Jidan?" Yoga tidak mengerti."Yoga! Kita yang merencanakan kegiatan camping ini. Kita yang mengajak Danar dan Sagita untuk bergabung. Sekarang semuanya jadi berantakan.""Aku tahu Jidan! Tapi ini jelas bukan salah kita. Ini salah Danar. Gila dia itu. Apa isi otaknya? Bisa-bisanya dia melakukan tindakan kotor di atas bukit ini. Dan Delia? Coba jelaskan padaku gimana bisa wanita secantik dia melakukan tindakan kotor? Mesum dengan suami orang. Jenis wanita macam apa dia i

  • Cinta Sagita   Hancurnya Hati Sagita

    ~Putus asa bukan jalan bagi hati-hati yang luka~ Sagita terus berlari menuruni bukit yang bagi Sagita namanya bukan lagi bukit cinta melainkan bukit pengkhianatan. Sepanjang menuruni bukit, Sagita terus menangis. Tidak dipedulikannya lagi lelah kaki ketika menuruni bukit pengkhianatan itu. Sagita hanya ingin pergi dari sana, pergi jauh dan menangis sepuasnya. Hanya saja Sagita lupa satu hal, sejauh apapun dirinya mencoba lari dan pergi, dia tetap tidak bisa lari dari sebuah kenyataan pahit. Kenyataan jika Mas Danar kesayangannya telah mengkhianati."Tega kamu Mas! Jahat kamu Mas! Apa salah Gita sama kamu Mas? Bisa-bisanya kamu berciuman dengan Delia sebegitu mesranya? Apa yang sebelumnya telah kalian lakukan sebelum adegan ciuman itu? Apa adegan ciuman yang kulihat tadi hanya sebagai ciuman penutup? Jahat kamu Mas!"Sagita tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Dia terus berbicara dengan hatinya sendiri. Me

  • Cinta Sagita   Hati Jidan yang Panas

    ~Bunuh diri bukan solusi, karena mati bukan akhir dari sebuah perjalanan~"Sagitaaa! Jangan lompat!" Jidan berteriak kencang begitu melihat Sagita berdiri di tepi jurang sambil menangis. Tangisnya memang tidak mengeluarkan air mata lagi. Air mata itu sudah kering. Jantung Yoga berdebar kencang. Matahari sebentar lagi akan terbenam. Orang-orang yang membantu mencari Sagita juga bingung harus apa. Tadi mereka sudah sempat mendekat ke arah Sagita. Namun Sagita justru mau melompat. Maka jadilah mereka tidak berani mendekat."Bunuh diri bukan solusi Sagita. Kenapa? Karena mati bukan akhir dari semua perjalanan. Kamu hanya akan melakukan dosa besar." Jidan berteriak lagi."Ke, ke, kenapa Mas Danar tega?" suara Sagila lirih terisak.Yoga berusaha menyingkirkan orang-orang yang ada di sekitar bukit itu. Dia ingin memberikan waktu dan ruang bagi Sagita agar mau bercerita pada dirinya dan Jidan. Mungkin dengan demikian, Sagita akan

  • Cinta Sagita   Menelan Kenyataan

    ~Kenyataan tetaplah kenyataan, suka atau tidak, semua yang terjadi harus ditelan~"Tuh, trouble makernya dateng." Yoga menunjuk ke arah Danar yang berjalan tergopoh-gopoh melewati lorong rumah sakit. Jidan menghela napas. Tanpa ia sadari, tangan kanannya sudah terkepal. Rasa ingin meninju Danar."Kamu mau nonjok Danar?" Yoga ternyata memperhatikan kepalan tangan Jidan."Melihat Sagita semenderita ini, hatiku juga sakit. Coba bayangkan kalau apa yang menimpa Sagita juga menimpa kakak atau adik perempuanmu Yoga.""Amit-amit jabang bancet! Jangan sampe. Jauh-jauhlah dari kayak begituan. Buaya-buaya gini, aku mana mungkin tega."Napas Danar masih terengah-engah begitu ia sampai di hadapan Jidan. Yoga cepat-cepat berdiri menjauhkan Danar dari Jidan. Sontak, Jidan merasa heran."Kenapa?" tanya Danar."Jidan lagi emosi. Pengen nonjok kamu. Jadi tolong jaga jarak dari dia.""Aku udah enggak peduli. Kalau kalian masih geram den

  • Cinta Sagita   Perhatian Dari Cika & Risa

    ~Sebenarnya di kala badai datang, manusia tidak pernah sendirian. Selalu ada siapapun yang rela membantu. Cukup menyadari keberadaan mereka~"Cika, Cika apa yang jago nyanyi?" Yoga bertanya sambil menaikkan alisnya sebelah. Wajahnya mengarah ke arah Cika. Cika menggeleng. Risa mengangkat bahu. Sementara Sagita masih duduk dengan tenang di atas tempat tidur pasien. Pagi itu, Cika, Risa, Yoga dan Jidan memang datang menjenguk Sagita.Ckrekk! Pintu terbuka. Jidan datang membawa satu keranjang buah segar. Ia segera meletakkan buah itu di samping ranjang Sagita."Kak Jidan. Cika apa yang jago nyanyi?" Cika bertanya pada Jidan."Lah, mana kakak tau. Kan kamu yang namanya Cika. Kamu jago nyanyi enggak?" Jidan balik bertanya."Mana ada Cika jago nyanyi Kak. Cika jagonya cuman merepet. Ngambek paling." Jawaban Risa membuat semua orang tertawa, kecuali Sagita. Sagita hanya tersenyum tipis. Itupun hanya demi kesopanan belaka. Menghargai usaha semua o

  • Cinta Sagita   Wajah Tak Berdosa Delia

    ~ Sebagian manusia memang bisa super tega. Berbuat kesalahan besar, namun bersikap seolah tak berdosa~Delia melihat ke arah kepalan tangan Jidan, dia malah tersenyum. Yakin sekali Delia, jika kepalan tangan itu hanya akan tetap menjadi kepalan tangan. Tidak akan berubah menjadi bogem mentah yang mendarat di wajahnya."Tolong! Kalian jangan mengira jika aku tidak terluka atau bahkan merasa dirugikan dengan semua kejadian itu. Aku juga dirugikan. Bahkan bisa dibilang menderita. Sayangnya aku memilih untuk tetap menjalani hidup dengan sebaik mungkin.""Kamu enggak perlu sok jadi korban. Jelas-jelas di sini kamu penjahatnya. Kalau kamu tidak menggoda Danar, ini semua tidak akan terjadi. Dan Sagita pasti akan baik-baik saja.""Bodoh!" Delia berkata dengan kasar."Eh! Apa maksud kamu bilang kami bodoh?

  • Cinta Sagita   Solusi Terbaik

    ~Setiap masalah pasti ada solusinya~"Ceraikan Sagita dan nikahi Delia." Jidan berkata dengan keyakinan penuh. Yoga yang mendengar itu sekali lagi terbatuk-batuk."Tidak! Aku tidak akan menceraikan Sagita." Danar sontak membantah solusi dari Jidan."Lalu? Kamu mau terus sama Sagita? Pertanyaanku apa Sagita mau untuk terus jadi istri kamu?""Dengar Jidan! Saat ini Sagita memang belum memaafkanku. Namun hanya belum. Besok-besok kalau hatinya sudah tenang, dia pasti memaafkanku. Pasti. Dan Delia? Dia cantik. Meskipun tidak perawan lagi, masih banyak pria baik di luar sana yang mau menerimanya.""Lihatlah temanmu ini Yoga! Kau ingat? Kemarin itu dia bilang jika dia dan Delia tidak macam-macam. Sekarang di depan kita, dia sendiri yang mengaku jika dia sudah mengambil keperawanan Delia. Kurang brengsek apa coba?""Cukup Jidan! Itu solusi terbaik. Terserah kamu mau bilang aku brengsek atau apa. Aku tidak peduli. Mau dibilang brengsek 1000

Bab terbaru

  • Cinta Sagita   Sebuah Pernikahan

    ~Setiap cerita selalu memiliki akhir, entah itu akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Apapun akhir ceritanya, sebuah cerita tetaplah cerita. Itu adalah alur terbaik untuk setiap tokohnya~Gaun putih itu memang cantik. Namun tetap saja kecantikannya bertambah berkali-kali lipat karena digunakan oleh Sagita. Risa dan Cika juga tidak kalah cantik, mereka ada di barisan paling depan sebagai pagar ayu. Di sisi seberang sana juga tidak kalah luar biasanya. Ada pagar bagus yang dipimpin oleh Dino dan Doni. Ini adalah hari pernikahan Sagita dan Jidan.Pernikahan mereka memang sempat tertunda selama beberapa Minggu hingga Sagita benar-benar bisa pulih. Namun begitu bisa pulih, Sagita dan Jidan langsung menyelenggarakan pernikahan di kebun milih Jidan."Kamu cantik Sagita." Jidan berbisik pada Sagita yang ada di sebelahnya. Mereka sesaat lagi akan sah menjadi suami istri. Tuan penghulu sudah ada di depan Jidan dan siap menjabat tangan Jidan. Jidan

  • Cinta Sagita   Jangan Ada Pembunuh

    ~Dosa paling mengerikan yang dilakukan manusia adalah membunuh sesamanya sendiri~"Sagita..." Jidan memanggil Sagita. Sagita berusaha untuk membuka matanya pelan-pelan. Bagaimanapun ceritanya obat bius itu masih bekerja. Sagita melihat Jidan di depannya, dengan senyum mengembang dan mata yang berkaca-kaca."Kak," Sagita berkata lemah.Yoga, Dino dan Doni menarik napas lega. Satu kabar baik terbit. Sagita sudah sadar dan dokter bilang jika ia akan baik-baik saja. Hanya saja memang Sagita butuh waktu untuk bisa pulih."Terima kasih banyak Sagita. Terima kasih banyak kamu sudah bertahan." Jidan berkata pada Sagita sambil menatap mata Sagita lekat-lekat. Sungguh pandangan mata itu sangat romantis."Apa aku ada di surga?" Sagita bertanya pada sekitarnya."Ini masih di dunia Sagita. Ini masih di dunia. Ini masih di dunia yang sama tempat dimana orang-orang tega memperlakukan kamu dengan kejam. Walau aku berusaha me

  • Cinta Sagita   Cahaya Terang

    ~Dalam gelap sekalipun akan tetap ada cahaya harapan walau hanya setitik~Gelap, Sagita hanya melihat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Ia hanya bisa mendengar duru napas dan detak jantungnya. Sagita pasrah, ia merasa mungkin kini ia telah mati. Ia merasa jika ia hanya tinggal mendengar malaikan Izrail berseru. Benar saja, beberapa saat kemudian, Sagita melihat cahaya putih. Cahaya itu terang dan terasa lembut mengenai mata, tidak menyilaukan sama sekali. Cahaya itu mendekati Sagita, seolah punya kaki. Lalu cahaya terang tersebut menggumpal dan membentuk wajah dan tubuh manusia. Sagita menarik napas dalam-dalam. Ia seperti itu wajah siapa."Ayah, Ibu." Sagita memanggil nama itu. Cahaya itu menjelma menjadi wajah ayah dan ibunya Sagita. Kedua cahaya itu saling pandang dan lalu merentangkan tangannya ke arah Sagita. Sagita tersenyum dan berusaha untuk bangkit menyambut cahaya itu. Sudah lama ia menahan rindu pada ayah dan ibunya. Sudah lama seka

  • Cinta Sagita   Kolam Darah

    ~Manusia dari zaman ke zaman tetap seperti itu tabiatnya, mereka saling menyakiti satu sama lain~Rumah itu cek. Jidan, Yoga dan yang lain memerika rumah itu dengan cermat. Hancur hati Jidan begitu melihat ada darah di lantai. Ia ngeri membayangkan bagaimana jika ternyata itu adalah darah Sagita."Jendela ini dibuka paksa dari luar. Itu artinya Sagita pasti melarikan diri lewat jendela ini. Hei, mereka menemukan jejak di sebalah sana. Ayo kita ikuti jejak itu dan mulai mencari dimana keberadaan Sagita. Kalian jangan ada yang tangan kosong. Bawa minilam pisau. Dan jangan jauh-jauh dari polisi karena mereka punya senjata. Kita tidak pernah tahu apa yang dibawa oleh Danar. Bisa jadi Danar memiliki senjata api. Dan itu bisa membahayakan kita semua. Kamu juga jangan gegabah Jidan. Jangan karena menuruti rasa khawatir kamu lalu kamu jadi lemah." Yoga memberikan pengarahan panjang lebar. Dan semua orang segera menuju ke arah jejak yang dikatakan oleh Yo

  • Cinta Sagita   Sepeda Gunung

    ~Menyelamatkan seseorang dari bahaya adalah sebuah kebaikan besar~Hujan deras turun disertai angin kencang. Hal ini membuat perjalanan Jidan dan semua tim penyelamat untuk Sagita benar-benar terhambat. Yoga mau tidak mau bahkan harus mengurangi kecepatan mobilnya. Apalagi saat ini mereka melalui jalan yang berkelok-kelok dan kanan kirinya berbatasan dengan jurang."Kita harus lebih cepat Yoga." Jidan mendesak."Lebih cepat bagaimana? Mobil Doni yang ada di depan kita saja mengurangi kecepatan. Kamu enggak liat apa hujan segini derasnya? Jarak pandang terbatas Jidan. Kita memang akan menyelamatkan Sagita tapi bukan berarti kita yang jadi tidak selamat. Tenanglah!""Bagaimana aku bisa tenang membayangkan Sagita kehujanan di luar sana. Dengan hujan sederas ini dan tanpa tahu apa yang sedang ia hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tenang?""Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa hikmah di balik ini semua ya Allah. Per

  • Cinta Sagita   Tembak Menembak

    ~Mau tidak mau, suka tidak suka, rasa luka memang sakit~Danar mendengar suara panggilan dari bapak dan ibunya. Ia menuju ke sumber suara itu. Dan mendapati bapak dan ibunya yang tengah ketakutan. Danar justru menggelengkan kepala. Melihat ada Danar di bawah sana, Sagita semakin takut. Ia berpegangan dengan erat pada batang pohon dengan kuat."Pak Bu. Ngapain di sini? Kenapa malah cuman duduk, bukan malah bantu Danar cari Sagita. Apaan sih? Kalian enggak mau Sagita cepat ketemu apa?""Aduh Danar. Bapak ini bukan enggak mau bantu kamu. Kami tentu mau bantu kamu. Tapi lihat cuaca saat ini! Kamu lihat tidak. Hujan akan turun. Kita belum tentu bisa menemukan Sagita. Justru sebaliknya, kita bahaya saat ada di hutan hujan deras begini. Kita sebaiknya balik ke rumah Nak. Itu saran Bapak.""Apa? Balik tanpa hasil? Tidak Pak. Buruanku masih ada di luar sini. Justru cuaca yang seperti ini sangat menguntungkan kita. Sagita tidak akan b

  • Cinta Sagita   Ketakutan Orangtua Danar

    ~Berdoalah untuk kebaikan jangan untuk kejahatan~"Seberapa genting situasinya?" Yoga bertanya pada Jidan."Tadi Doni menjelakan. Katanya mereka dikejar dengan senjata dan orang yang mengejar mereka adalah Danar. Jelas sudah jika prediksi kita benar, Danar bedebah itu adalah dalang dari semuanya.""Apa aku bilang Jidan? Tidak mungkin salah lagi. Jadi apa si Arif temannya Doni itu bisa kembali dihubungi?""Tidak. Handphonennya mati.""Ah, sial. Mereka mungkin sengaja mematikan handphonenya karena sedang bersembunyi atau apa. Apa temannya Doni sendiri?""Iya. Dia sendiri. Terpisah dari rombongannya.""Hmmm. Mereka harus bertahan sendiri. Kita akan butuh waktu untuk bisa sampai ke sana tepat waktu. Tempat itu cukup jauh Jidan. Danar terlalu pintar mencari tempat yang susah dijangkau. Belum lagi kita harus jalan kaki ke dalamnya."Jidan mengangguk. Perjalanan mereka memang akan sangat

  • Cinta Sagita   Sebuah Pisau Kecil

    ~Siapkan senjata terbaikmu, saat berada dalam bahaya~Danar berang. Tadi begitu tahu Sagita sudah tidak di tempatnya ia segera membangunkan ibu dan bapaknya. Danar merasa kecolongan. Ia tahu jika Sagita tidak mungkin bisa lolos sendiri. Siapapun yang membanti Sagita bagi Danar harus diberi pelajaran."Haduh bagaimana ini Danar? Kenapa bisa kita kecolongan? Siapa yang membantu Sagita? Kok bisa anak itu keluar dari rumah bahkan tanpa kita tahu? Pasti sudah ada yang bantu? Apa Jidan yang menemukan? Apa Yoga? Apa jangan-jangan polisi?""Tenanglah Bu. Kita harus mencari. Ibu dan Bapak ke arah sana dan saya akan cari ke arah sana. Kita harus menemukan Sagita. Siapapun yang membantu Sagita, tampaknya dia sendirian. Buktinya dia tidak berani menyerang kita dan hanya fokus menyelamatkan Sagita. Tapi kita harus waspada, sepertinya dia punya senjata atau bahkan sesuatu yang bisa dibuat untuk menghajar kita. Lihat saja dia bisa dengan mudah

  • Cinta Sagita   Arif yang Baik

    ~Terkadang orang asing juga bersedia membntu~"Dino, bangun, bangun Dino!" Doni membangunkan Dino yang sedang tertidur lelap. Dino yang merasa sangat mengantuk dan lelah karena mencari Sagita seharian tersentak mendengar jeritan dari Doni."Ada apa Don? Ada apa? Ada gempa? Kebakaran? Atau apa? Hah? Ada apa?""Kak Sagita. Arif menemukan Kak Sagita. Kita harus ke sana. Ke tempat mereka. Cepat, Din.""Arif? Arif mana? Arif siapa? Hah?""Arif. Teman aku yang polisi hutan itu. Dia menemukan Sagita di hutan. Di salah satu rumah yang ada di hutan. Katanya kondisinya cukup mengenaskan.""Apa? Mengenaskan? Tapi Kak Sagita masih hidupkan?""Masih. Masih hidup. Tapi lemah. Mungkin sudah lebih dulu disiksa. Kita harus segera memberi kabar ini pada Kak Jidan, Risa dan yang lainnya. Jadi ayo kamu harus bangun. Kita harus bergerak cepat."Doni langsung menuju ke garasi mobil. Dino ke kamar mandi

DMCA.com Protection Status