Beranda / Romansa / Cinta Sagita / Hancurnya Hati Sagita

Share

Hancurnya Hati Sagita

Penulis: Rahma Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

  ~Putus asa bukan jalan bagi hati-hati yang luka~

  Sagita terus berlari menuruni bukit yang bagi Sagita namanya bukan lagi bukit cinta melainkan bukit pengkhianatan. Sepanjang menuruni bukit, Sagita terus menangis. Tidak dipedulikannya lagi lelah kaki ketika menuruni bukit pengkhianatan itu. Sagita hanya ingin pergi dari sana, pergi jauh dan menangis sepuasnya. Hanya saja Sagita lupa satu hal, sejauh apapun dirinya mencoba lari dan pergi, dia tetap tidak bisa lari dari sebuah kenyataan pahit. Kenyataan jika Mas Danar kesayangannya telah mengkhianati.

 "Tega kamu Mas! Jahat kamu Mas! Apa salah Gita sama kamu Mas? Bisa-bisanya kamu berciuman dengan Delia sebegitu mesranya? Apa yang sebelumnya telah kalian lakukan sebelum adegan ciuman itu? Apa adegan ciuman yang kulihat tadi hanya sebagai ciuman penutup? Jahat kamu Mas!"

 Sagita tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Dia terus berbicara dengan hatinya sendiri. Me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Sagita   Hati Jidan yang Panas

    ~Bunuh diri bukan solusi, karena mati bukan akhir dari sebuah perjalanan~"Sagitaaa! Jangan lompat!" Jidan berteriak kencang begitu melihat Sagita berdiri di tepi jurang sambil menangis. Tangisnya memang tidak mengeluarkan air mata lagi. Air mata itu sudah kering. Jantung Yoga berdebar kencang. Matahari sebentar lagi akan terbenam. Orang-orang yang membantu mencari Sagita juga bingung harus apa. Tadi mereka sudah sempat mendekat ke arah Sagita. Namun Sagita justru mau melompat. Maka jadilah mereka tidak berani mendekat."Bunuh diri bukan solusi Sagita. Kenapa? Karena mati bukan akhir dari semua perjalanan. Kamu hanya akan melakukan dosa besar." Jidan berteriak lagi."Ke, ke, kenapa Mas Danar tega?" suara Sagila lirih terisak.Yoga berusaha menyingkirkan orang-orang yang ada di sekitar bukit itu. Dia ingin memberikan waktu dan ruang bagi Sagita agar mau bercerita pada dirinya dan Jidan. Mungkin dengan demikian, Sagita akan

  • Cinta Sagita   Menelan Kenyataan

    ~Kenyataan tetaplah kenyataan, suka atau tidak, semua yang terjadi harus ditelan~"Tuh, trouble makernya dateng." Yoga menunjuk ke arah Danar yang berjalan tergopoh-gopoh melewati lorong rumah sakit. Jidan menghela napas. Tanpa ia sadari, tangan kanannya sudah terkepal. Rasa ingin meninju Danar."Kamu mau nonjok Danar?" Yoga ternyata memperhatikan kepalan tangan Jidan."Melihat Sagita semenderita ini, hatiku juga sakit. Coba bayangkan kalau apa yang menimpa Sagita juga menimpa kakak atau adik perempuanmu Yoga.""Amit-amit jabang bancet! Jangan sampe. Jauh-jauhlah dari kayak begituan. Buaya-buaya gini, aku mana mungkin tega."Napas Danar masih terengah-engah begitu ia sampai di hadapan Jidan. Yoga cepat-cepat berdiri menjauhkan Danar dari Jidan. Sontak, Jidan merasa heran."Kenapa?" tanya Danar."Jidan lagi emosi. Pengen nonjok kamu. Jadi tolong jaga jarak dari dia.""Aku udah enggak peduli. Kalau kalian masih geram den

  • Cinta Sagita   Perhatian Dari Cika & Risa

    ~Sebenarnya di kala badai datang, manusia tidak pernah sendirian. Selalu ada siapapun yang rela membantu. Cukup menyadari keberadaan mereka~"Cika, Cika apa yang jago nyanyi?" Yoga bertanya sambil menaikkan alisnya sebelah. Wajahnya mengarah ke arah Cika. Cika menggeleng. Risa mengangkat bahu. Sementara Sagita masih duduk dengan tenang di atas tempat tidur pasien. Pagi itu, Cika, Risa, Yoga dan Jidan memang datang menjenguk Sagita.Ckrekk! Pintu terbuka. Jidan datang membawa satu keranjang buah segar. Ia segera meletakkan buah itu di samping ranjang Sagita."Kak Jidan. Cika apa yang jago nyanyi?" Cika bertanya pada Jidan."Lah, mana kakak tau. Kan kamu yang namanya Cika. Kamu jago nyanyi enggak?" Jidan balik bertanya."Mana ada Cika jago nyanyi Kak. Cika jagonya cuman merepet. Ngambek paling." Jawaban Risa membuat semua orang tertawa, kecuali Sagita. Sagita hanya tersenyum tipis. Itupun hanya demi kesopanan belaka. Menghargai usaha semua o

  • Cinta Sagita   Wajah Tak Berdosa Delia

    ~ Sebagian manusia memang bisa super tega. Berbuat kesalahan besar, namun bersikap seolah tak berdosa~Delia melihat ke arah kepalan tangan Jidan, dia malah tersenyum. Yakin sekali Delia, jika kepalan tangan itu hanya akan tetap menjadi kepalan tangan. Tidak akan berubah menjadi bogem mentah yang mendarat di wajahnya."Tolong! Kalian jangan mengira jika aku tidak terluka atau bahkan merasa dirugikan dengan semua kejadian itu. Aku juga dirugikan. Bahkan bisa dibilang menderita. Sayangnya aku memilih untuk tetap menjalani hidup dengan sebaik mungkin.""Kamu enggak perlu sok jadi korban. Jelas-jelas di sini kamu penjahatnya. Kalau kamu tidak menggoda Danar, ini semua tidak akan terjadi. Dan Sagita pasti akan baik-baik saja.""Bodoh!" Delia berkata dengan kasar."Eh! Apa maksud kamu bilang kami bodoh?

  • Cinta Sagita   Solusi Terbaik

    ~Setiap masalah pasti ada solusinya~"Ceraikan Sagita dan nikahi Delia." Jidan berkata dengan keyakinan penuh. Yoga yang mendengar itu sekali lagi terbatuk-batuk."Tidak! Aku tidak akan menceraikan Sagita." Danar sontak membantah solusi dari Jidan."Lalu? Kamu mau terus sama Sagita? Pertanyaanku apa Sagita mau untuk terus jadi istri kamu?""Dengar Jidan! Saat ini Sagita memang belum memaafkanku. Namun hanya belum. Besok-besok kalau hatinya sudah tenang, dia pasti memaafkanku. Pasti. Dan Delia? Dia cantik. Meskipun tidak perawan lagi, masih banyak pria baik di luar sana yang mau menerimanya.""Lihatlah temanmu ini Yoga! Kau ingat? Kemarin itu dia bilang jika dia dan Delia tidak macam-macam. Sekarang di depan kita, dia sendiri yang mengaku jika dia sudah mengambil keperawanan Delia. Kurang brengsek apa coba?""Cukup Jidan! Itu solusi terbaik. Terserah kamu mau bilang aku brengsek atau apa. Aku tidak peduli. Mau dibilang brengsek 1000

  • Cinta Sagita   Cerita Tentang Kesempatan Kedua

    ~Sebuah cerita, sebuah pencerahan. Sebuah cerita, sebuah kesempatan. Kesempatan untuk mengambil pelajaran~Cika dan Risa tinggal di sebuah rumah kontrakan yang jelas cukup luas jika ditinggalin dua orang saja. Ada 4 kamar tidur, sebuah ruang tamu, dapur, teras dan bahkan perkarangan belakang yang cukup luas. Sagita menarik napas dalam-dalam. Sudah ada rencana dalam kepala Sagita Tetang apa yang akan dia lakukan di rumah ini. Lebih dekat pada Tuhan.Sagita ingin menghabiskan waktunya untuk beribadah. Dengan demikian hatinya akan menjadi lebih tenang. Sagita tengah duduk menghadap ke halaman belakang rumah.Cika dan Risa jelas punya selera dekorasi yang baik. Perkarangan ini sangat nyaman. Rumput hijau bagai permadani dan ada banyak rumput gantung yang menjuntai dari atas atap. Semuanya tertata rapi dan bersih."Semoga Kakak suka ya sama tempat ini. Semoga betah juga." Cika menepuk pundak Cika."Iya. Kalian kuliah yang baik ya. Jangan

  • Cinta Sagita   Bunga Permintaan Maaf

    ~Bunga memang indah, namun seindah-indahnya bunga, bunga tidak sepenuhnya sanggup menyembuhkan hati yang patah~Sudah satu pekan, rumah Cika dan Risa dibanjiri pake buket bunga. Bukan. Bukan untuk Cika dan Risa. Dua gadis cantik ini meskipun jomblo tetap tidak ada yang mengirimi bunga. Semua bunga itu diperuntukkan seorang Sagita. Dan siapa lagi pengirimnya jika bukan Danar?"Bunga apa hari ini?" tanya Cika pada Risa yang sedang sibuk memasak di dapur."Bunga tulip," jawab Risa singkat."Mawar udah, anggrek udah, edelweis udah, dahlia, krisan, lantana, kayaknya semua udah. Curiga aku Ris. Jangan-jangan besok Mas Danar kirimnya bunga bangkai raflesia arnoldi." Cika tertawa kecil sambil tangannya tetap mengaduk sayur."Kak Sagita udah selesai mandi?""Belum Ris.""Aku rasa mau bunga apapun yang dikirimkan sama Mas Danar, tetap enggak akan ngaruh. Kak Sagita kemaren udah ngomong sama aku, bakal tetep mau cerai sama Mas Danar."

  • Cinta Sagita   Rencana Delia

    ~Mengancam bukan jalan yang baik, namun bagi orang-orang yang terdesak, ancaman terkadang ampuh~Danar melangkah gontai masuk ke dalam rumah. Perasaan hatinya masih tidak menentu. Selama dia belum mendapat maaf dari Sagita, selama itu juga hatinya tidak tenang. Danar lapar, ia segera menuju ke dapur. Aroma bumbu ayam goreng kalasan tercium dari arah dapur. Hal itu membuat perut Danar yang lapar semakin lapar. Ibunya pasti memasak ayam kalasan."Kamu sudah pulang?"Danar menghentikan langkahnya. Baru saja dia melewati ruang tengah, sebuah suara yang tidak asing terdengar olehnya. Begitu Danar menoleh ke belakang, jantungnya terasa seperti ingin berhenti."Del, Delia, kamu ngapain di sini?" tanya Danar setengah panik."Kenapa kamu panik Danar? Jangan panik seperti itu. Aku datang baik-baik. Ibu sama bapak kamu yang tadi mengizinkan aku untuk menunggu kamu di dalam rumah ini. Padahal mereka sendiri sedang pergi ke tempat tetangga kamu yang la

Bab terbaru

  • Cinta Sagita   Sebuah Pernikahan

    ~Setiap cerita selalu memiliki akhir, entah itu akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Apapun akhir ceritanya, sebuah cerita tetaplah cerita. Itu adalah alur terbaik untuk setiap tokohnya~Gaun putih itu memang cantik. Namun tetap saja kecantikannya bertambah berkali-kali lipat karena digunakan oleh Sagita. Risa dan Cika juga tidak kalah cantik, mereka ada di barisan paling depan sebagai pagar ayu. Di sisi seberang sana juga tidak kalah luar biasanya. Ada pagar bagus yang dipimpin oleh Dino dan Doni. Ini adalah hari pernikahan Sagita dan Jidan.Pernikahan mereka memang sempat tertunda selama beberapa Minggu hingga Sagita benar-benar bisa pulih. Namun begitu bisa pulih, Sagita dan Jidan langsung menyelenggarakan pernikahan di kebun milih Jidan."Kamu cantik Sagita." Jidan berbisik pada Sagita yang ada di sebelahnya. Mereka sesaat lagi akan sah menjadi suami istri. Tuan penghulu sudah ada di depan Jidan dan siap menjabat tangan Jidan. Jidan

  • Cinta Sagita   Jangan Ada Pembunuh

    ~Dosa paling mengerikan yang dilakukan manusia adalah membunuh sesamanya sendiri~"Sagita..." Jidan memanggil Sagita. Sagita berusaha untuk membuka matanya pelan-pelan. Bagaimanapun ceritanya obat bius itu masih bekerja. Sagita melihat Jidan di depannya, dengan senyum mengembang dan mata yang berkaca-kaca."Kak," Sagita berkata lemah.Yoga, Dino dan Doni menarik napas lega. Satu kabar baik terbit. Sagita sudah sadar dan dokter bilang jika ia akan baik-baik saja. Hanya saja memang Sagita butuh waktu untuk bisa pulih."Terima kasih banyak Sagita. Terima kasih banyak kamu sudah bertahan." Jidan berkata pada Sagita sambil menatap mata Sagita lekat-lekat. Sungguh pandangan mata itu sangat romantis."Apa aku ada di surga?" Sagita bertanya pada sekitarnya."Ini masih di dunia Sagita. Ini masih di dunia. Ini masih di dunia yang sama tempat dimana orang-orang tega memperlakukan kamu dengan kejam. Walau aku berusaha me

  • Cinta Sagita   Cahaya Terang

    ~Dalam gelap sekalipun akan tetap ada cahaya harapan walau hanya setitik~Gelap, Sagita hanya melihat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Ia hanya bisa mendengar duru napas dan detak jantungnya. Sagita pasrah, ia merasa mungkin kini ia telah mati. Ia merasa jika ia hanya tinggal mendengar malaikan Izrail berseru. Benar saja, beberapa saat kemudian, Sagita melihat cahaya putih. Cahaya itu terang dan terasa lembut mengenai mata, tidak menyilaukan sama sekali. Cahaya itu mendekati Sagita, seolah punya kaki. Lalu cahaya terang tersebut menggumpal dan membentuk wajah dan tubuh manusia. Sagita menarik napas dalam-dalam. Ia seperti itu wajah siapa."Ayah, Ibu." Sagita memanggil nama itu. Cahaya itu menjelma menjadi wajah ayah dan ibunya Sagita. Kedua cahaya itu saling pandang dan lalu merentangkan tangannya ke arah Sagita. Sagita tersenyum dan berusaha untuk bangkit menyambut cahaya itu. Sudah lama ia menahan rindu pada ayah dan ibunya. Sudah lama seka

  • Cinta Sagita   Kolam Darah

    ~Manusia dari zaman ke zaman tetap seperti itu tabiatnya, mereka saling menyakiti satu sama lain~Rumah itu cek. Jidan, Yoga dan yang lain memerika rumah itu dengan cermat. Hancur hati Jidan begitu melihat ada darah di lantai. Ia ngeri membayangkan bagaimana jika ternyata itu adalah darah Sagita."Jendela ini dibuka paksa dari luar. Itu artinya Sagita pasti melarikan diri lewat jendela ini. Hei, mereka menemukan jejak di sebalah sana. Ayo kita ikuti jejak itu dan mulai mencari dimana keberadaan Sagita. Kalian jangan ada yang tangan kosong. Bawa minilam pisau. Dan jangan jauh-jauh dari polisi karena mereka punya senjata. Kita tidak pernah tahu apa yang dibawa oleh Danar. Bisa jadi Danar memiliki senjata api. Dan itu bisa membahayakan kita semua. Kamu juga jangan gegabah Jidan. Jangan karena menuruti rasa khawatir kamu lalu kamu jadi lemah." Yoga memberikan pengarahan panjang lebar. Dan semua orang segera menuju ke arah jejak yang dikatakan oleh Yo

  • Cinta Sagita   Sepeda Gunung

    ~Menyelamatkan seseorang dari bahaya adalah sebuah kebaikan besar~Hujan deras turun disertai angin kencang. Hal ini membuat perjalanan Jidan dan semua tim penyelamat untuk Sagita benar-benar terhambat. Yoga mau tidak mau bahkan harus mengurangi kecepatan mobilnya. Apalagi saat ini mereka melalui jalan yang berkelok-kelok dan kanan kirinya berbatasan dengan jurang."Kita harus lebih cepat Yoga." Jidan mendesak."Lebih cepat bagaimana? Mobil Doni yang ada di depan kita saja mengurangi kecepatan. Kamu enggak liat apa hujan segini derasnya? Jarak pandang terbatas Jidan. Kita memang akan menyelamatkan Sagita tapi bukan berarti kita yang jadi tidak selamat. Tenanglah!""Bagaimana aku bisa tenang membayangkan Sagita kehujanan di luar sana. Dengan hujan sederas ini dan tanpa tahu apa yang sedang ia hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tenang?""Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa hikmah di balik ini semua ya Allah. Per

  • Cinta Sagita   Tembak Menembak

    ~Mau tidak mau, suka tidak suka, rasa luka memang sakit~Danar mendengar suara panggilan dari bapak dan ibunya. Ia menuju ke sumber suara itu. Dan mendapati bapak dan ibunya yang tengah ketakutan. Danar justru menggelengkan kepala. Melihat ada Danar di bawah sana, Sagita semakin takut. Ia berpegangan dengan erat pada batang pohon dengan kuat."Pak Bu. Ngapain di sini? Kenapa malah cuman duduk, bukan malah bantu Danar cari Sagita. Apaan sih? Kalian enggak mau Sagita cepat ketemu apa?""Aduh Danar. Bapak ini bukan enggak mau bantu kamu. Kami tentu mau bantu kamu. Tapi lihat cuaca saat ini! Kamu lihat tidak. Hujan akan turun. Kita belum tentu bisa menemukan Sagita. Justru sebaliknya, kita bahaya saat ada di hutan hujan deras begini. Kita sebaiknya balik ke rumah Nak. Itu saran Bapak.""Apa? Balik tanpa hasil? Tidak Pak. Buruanku masih ada di luar sini. Justru cuaca yang seperti ini sangat menguntungkan kita. Sagita tidak akan b

  • Cinta Sagita   Ketakutan Orangtua Danar

    ~Berdoalah untuk kebaikan jangan untuk kejahatan~"Seberapa genting situasinya?" Yoga bertanya pada Jidan."Tadi Doni menjelakan. Katanya mereka dikejar dengan senjata dan orang yang mengejar mereka adalah Danar. Jelas sudah jika prediksi kita benar, Danar bedebah itu adalah dalang dari semuanya.""Apa aku bilang Jidan? Tidak mungkin salah lagi. Jadi apa si Arif temannya Doni itu bisa kembali dihubungi?""Tidak. Handphonennya mati.""Ah, sial. Mereka mungkin sengaja mematikan handphonenya karena sedang bersembunyi atau apa. Apa temannya Doni sendiri?""Iya. Dia sendiri. Terpisah dari rombongannya.""Hmmm. Mereka harus bertahan sendiri. Kita akan butuh waktu untuk bisa sampai ke sana tepat waktu. Tempat itu cukup jauh Jidan. Danar terlalu pintar mencari tempat yang susah dijangkau. Belum lagi kita harus jalan kaki ke dalamnya."Jidan mengangguk. Perjalanan mereka memang akan sangat

  • Cinta Sagita   Sebuah Pisau Kecil

    ~Siapkan senjata terbaikmu, saat berada dalam bahaya~Danar berang. Tadi begitu tahu Sagita sudah tidak di tempatnya ia segera membangunkan ibu dan bapaknya. Danar merasa kecolongan. Ia tahu jika Sagita tidak mungkin bisa lolos sendiri. Siapapun yang membanti Sagita bagi Danar harus diberi pelajaran."Haduh bagaimana ini Danar? Kenapa bisa kita kecolongan? Siapa yang membantu Sagita? Kok bisa anak itu keluar dari rumah bahkan tanpa kita tahu? Pasti sudah ada yang bantu? Apa Jidan yang menemukan? Apa Yoga? Apa jangan-jangan polisi?""Tenanglah Bu. Kita harus mencari. Ibu dan Bapak ke arah sana dan saya akan cari ke arah sana. Kita harus menemukan Sagita. Siapapun yang membantu Sagita, tampaknya dia sendirian. Buktinya dia tidak berani menyerang kita dan hanya fokus menyelamatkan Sagita. Tapi kita harus waspada, sepertinya dia punya senjata atau bahkan sesuatu yang bisa dibuat untuk menghajar kita. Lihat saja dia bisa dengan mudah

  • Cinta Sagita   Arif yang Baik

    ~Terkadang orang asing juga bersedia membntu~"Dino, bangun, bangun Dino!" Doni membangunkan Dino yang sedang tertidur lelap. Dino yang merasa sangat mengantuk dan lelah karena mencari Sagita seharian tersentak mendengar jeritan dari Doni."Ada apa Don? Ada apa? Ada gempa? Kebakaran? Atau apa? Hah? Ada apa?""Kak Sagita. Arif menemukan Kak Sagita. Kita harus ke sana. Ke tempat mereka. Cepat, Din.""Arif? Arif mana? Arif siapa? Hah?""Arif. Teman aku yang polisi hutan itu. Dia menemukan Sagita di hutan. Di salah satu rumah yang ada di hutan. Katanya kondisinya cukup mengenaskan.""Apa? Mengenaskan? Tapi Kak Sagita masih hidupkan?""Masih. Masih hidup. Tapi lemah. Mungkin sudah lebih dulu disiksa. Kita harus segera memberi kabar ini pada Kak Jidan, Risa dan yang lainnya. Jadi ayo kamu harus bangun. Kita harus bergerak cepat."Doni langsung menuju ke garasi mobil. Dino ke kamar mandi

DMCA.com Protection Status