Home / Romansa / The CEO and Me (Indonesia) / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of The CEO and Me (Indonesia): Chapter 31 - Chapter 40

69 Chapters

31. Black Devils dan Black Claws Saling Berhadapan

Viola melirik takut takut ke arah preman yang saat ini tengah menodongkan pistolnya di kepala gadis cantik itu. "A-aku tidak akan berteriak lagi." cicit Viola. "Fiuh~" akhirnya Viola bisa bernapas lega saat ujung pistol itu telah menjauh dari kepalanya dan masuk kembali ke dalam sarungnya. "Snap, ayo jalan!" titahnya pada sang pengemudi. Mobil itu pun mulai melaju kembali dan Viola hanya bisa meringkuk takut di pojokan dekat dengan obat-obatan terlarang dan haram itu. Pasukan Elang yang diutus oleh Sagara sudah mulai memasuki area hutan ini. "Eh, itu ada mobil tuh. Gimana ... kita cegat nggak?" tanya Elang 007. "Iya, kita cegat." sahut Elang 013. Elang 007 mulai memberi kabar kepada rekan-rekannya yang berada di mobil lain agar membuat formasi penghadangan. Ckitt. "Brengs*k."
Read more

32. Viola Pura-pura Pingsan

Mobil rombongan dari Black Devils mulai meninggalkan tempat itu. Sedangkan Viola saat ini sedang menatap ke arah Kim yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan berbinar-binar. 'Ganteng banget sih ini cowok.' batin Viola. Raut wajah Kim saat ini masih tetap saja datar seperti sebelumnya. "Boss kecil, apa nggak apa-apa kita melepaskan mereka? (Black Devils)" tanya salah seorang anak buah Kim. "Nggak apa-apa. Lagipula tujuan kita datang kemari untuk menyelamatkan gadis ini, bukan untuk menggagalkan transaksi mereka. Selain itu, kita juga nggak tahu saat ini mereka bawa barang-barang itu atau hanya barang biasa saja. Jika kita bergerak secara gegabah, kita bisa kena tuntutan atas perbuatan tidak menyenangkan. Dunia kita saat ini sudah tidak seperti sebelumnya. Jika mereka kalah di dunia bawah, mereka bisa balik menyerang kita di dunia atas." sahut Kim panjang lebar. 
Read more

33. Kadang Suka Khilaf Gitu

Di rumah utama Sagara, Viona sedang duduk termenung di depan teras depan menunggu suaminya pulang. "Suamiku kok nggak pulang-pulang ya?" gumam Viona. "Padahal ini kan sudah malam." gadis itu mulai menghela napas beratnya. Dari belakang ada seorang pelayan yang berjalan mendekat ke arah Viona. "Nona," panggil pelayan itu. Viona yang mendengar namanya dipanggil mulai menengok ke arah belakang. "Ayam, ayam, ayam," ucap pelayan itu kaget saat melihat wajah Viona yang mengerikan. "Mana ayam, Kak? Mana, mana, mana?" tanya Viona yang malah celingak-celinguk mencari keberadaan ayam di sekitar mereka. "Maafkan saya, Nona. Tidak ada ayam di sekitar sini." "Lha ... tadi katanya ada ayam." keluh Viona. "Itu hanya ... ah lupakan saja, Nona. Itu masalah yang tidak penting. Oh iya, saya ke sini mau mengabarkan b
Read more

34. Sejenis Mantan Terindah

Sambungan telepon itu pun diakhiri dari dua arah. "Raga mau ke mana sih? Kok pakaiannya rapi gitu." gumam Viona bertanya-tanya setelah sambungan telepon dengan Raga berakhir. "Awas aja kalau besok dia nggak ngasih oleh-oleh buat aku." lanjutnya. Pemuda tampan yang dipanggil rekan oleh Viona adalah Raga Surya Pratama. Anak semata wayang dari pasangan Surya Pratama dan Dania yang merupakan Ibu kandungnya Sagara dan Awan. Raga juga adalah pemuda yang telah membimbing Viona selama ini dan membuat gadis itu menjadi wanita yang kuat dan menguasai berbagai jenis ilmu beladiri. *** Di kediaman Surya Pratama, keluarga kecil itu tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta ulang tahunnya Yunita. "Ma, Pa, kalian udah sholat Maghrib kan?" tanya Raga yang saat ini tengah menuruni tangga di rumah sederhana mereka. "Udah," angguk Tuan Surya, "tapi n
Read more

35. Makna Terselubung

Di rumah biru (markas Sagara). "Kamu kenapa senyam-senyum kayak gitu, Ken?" tanya Sagara yang sedang duduk di sofa sambil menyesap minumannya. "Nggak kenapa-kenapa, Tuan." jawab Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari arah luar. "Kamu tadi telepon siapa sih? Kok pakai keluar segala. Kayak sama siapa aja sok-sokan rahasia-rahasiaan." "Tadi aku abis teleponan sama Dokter Joan yang rutin periksa kondisi Bundaku." "Oh," angguk Sagara mengerti. "Oh iya, sepertinya malam ini aku belum bisa memeriksakan kesehatan kedua mataku, Tuan. Tadi perawat yang bertugas untuk merawat Bunda Amanda bilang padaku bahwa Bunda sedang kumat lagi dan saat ini dia sedang mengamuk. Sepertinya aku harus segera pulang, Tuan. Aku pamit dulu ya." ucap Sekretaris Ken yang saat ini sedang mengambil jasnya yang tersampir di atas sandaran sofa. "Iya, hati-hati ya!"
Read more

36. Rasa Sayang Untuk Viola

Lagi-lagi Sagara mengabaikan peringatan dari Sekretaris Ken yang memintanya untuk menggunakan kursi roda selama Viola ada di markas persembunyiannya.Pemuda tampan itu saat ini sedang memasuki ruang kamarnya Viola untuk mengecek keadaan gadis itu yang kini sudah mengenakan pakaian ganti yang tentunya bukan digantikan oleh Sagara atau pun Sekretaris Ken, tapi digantikan oleh ART yang biasa membersihkan rumah ini yang tadi diminta untuk datang kembali ke rumah ini untuk melakukan tugas tambahan.Drrt.Terdengar suara kursi diseret oleh tangan Sagara.Pemuda itu mulai menduduki kursi itu dan mulai memperhatikan wajah cantiknya Viola yang terlihat damai dalam tidur pura-puranya.Ada beberapa helai dari anak rambut Viola yang jatuh di wajah cantiknya itu dan membuat tangan Sagara refleks meraih helaian anak rambut itu untuk di selipkan kembali di sela-sela kuping Viola."Maafin aku ya, La! Gara-gara aku -kamu ngalamin hal yang buruk seperti ini."
Read more

37. Ada Yang Nendang-Nendang Tapi Bukan Kaki

Saat ini Sagara sedang dalam perjalanan pulang ke rumah utamanya.Bara yang sedang menyetir di samping pemuda itu mulai tertarik dengan sebuah berkas yang ada dipangkuan Sagara."Ga, itu berkas apaan?" tanya Bara penasaran."Ini kontrak nikah gue sama si Viona." jawab Sagara."Gila ya loe, Ga? Loe udah tahu kalau si Viona gadis bodoh, kok loe malah buat kontrak pernikahan sama si gadis itu sih? Apa dia bakalan ngerti pasal-pasal yang ada di dalamnya?""Namanya juga usaha, Bar. Jadi sewaktu-waktu gue mau ceraikan dia mudah. Kalau untuk pasal-pasalnya gue nggak yakin sih kalau si gadis bodoh itu paham.""Hahaha, kalau gue sih yakin seratus persen si Viona kagak bakalan paham." gelak Bara."Oh iya, ngomong-ngomong Abang loe udah balik ya ke kota ini? Gue denger katanya dia nggak di kota B lagi.""Aston?""Iyalah, siapa lagi coba.""Iya, dia sama Istrinya milih buat tinggal di kota ini lagi. Tapi ... Mama gue mau nuga
Read more

38. Dapat Kandang Lain

"Aku harus bagaimana ini?" gumam Sagara sambil terus fokus melihat kebelahan bumi yang lain, eh, ralat, ralat, maksudnya belahan kembar milik Viona.Salah satu telapak tangan Sagara mulai menutup kedua matanya agar tidak fokus ke arah belahan itu, namun satu persatu jari jemarinya mulai merenggang."Kok masih kelihatan aja sih itu belahannya" rutuk Sagara.Bagaimana tidak kelihatan jika jari jemarinya saja merenggang tidak terkatup dengan rapat.Sekarang giliran telapak tangan yang satunya ikut menindih tangan yang pertama."Aman," ucap Sagara lega karena belahan yang saat ini memporak-porandakan benteng pertahanan si Adik kecilnya sudah tidak terlihat lagi.Tapi sungguh malang nasib pemuda tampan itu karena tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama.Secara bertahap jari jemari tangan yang saat ini terkatup rapat mulai menyusul rekannya yang terdahulu dan merenggang satu persatu."Arrghhh, kenapa belahan itu terlihat lagi sih." ke
Read more

40. On-Off arghhh

Acara pesta ulang tahun Yunita sudah berakhir sepuluh menit yang lalu. Semua tamu undangan sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.Yunita saat ini sedang duduk di atas jok sofa yang di depannya terdapat kado yang menumpuk dengan ukuran yang beraneka ragam."Kamu capek banget ya, Sayang?" tanya Awan yang saat ini ikut nimbrung duduk bersama dengan Istrinya.Pria itu juga menyodorkan segelas minuman orange jus kepada Yunita yang langsung ditenggak habis oleh wanita itu."Kok kamu tahu sih Yank, kalau aku sedang haus?" tanya Yunita yang saat ini tengah mengelap sisa-sisa air minum yang menempel di sekitar mulutnya dengan tissue."Tahu dong. Aku kan suamimu.""Oh iya, maaf banget ya karna aku ngundang Mama sama Om Surya ke pesta ulang tahun ini.""It's okay. Aku ngerti kok. Kamu dan kedua orang tuamu pasti akan merasa tidak enak jika tidak mengundang mereka.""Tapi pesta ulang tahun kali ini -aku kurang menikmatinya. Terlalu ba
Read more

41. Jepit Rambut Berdarah

Keesokan harinya, Viona bangun subuh-subuh sekali dan dia tidak menemukan Sagara di samping tubuhnya. "Suamiku kemana ya?" ucapnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Viona mulai menengok ke arah jam digital yang tersimpan di atas nakas dan angka sudah menunjukkan pukul lima lebih empat menit."Aduh, aku telat bangun." ucap Viona sambil menepuk keningnya sendiri.Gadis itu mulai bangkit dari tidurnya dan langsung bergegas ke arah kamar mandi di ruangan ini.Make up tebalnya kini sudah tersapu oleh air hangat yang keluar dari dalam kran dan dilanjutkan dengan cuci muka menggunakan facial foam ternama untuk mengangkat semua make up dan kotoran yang menempel di wajah gadis itu.Kini wajah cantiknya sudah terlihat kembali. Beruntung sekali Viona meski wajahnya selalu tertutup oleh make up yang tebal, tapi keadaan kulitnya masi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status