Home / Romansa / The CEO and Me (Indonesia) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of The CEO and Me (Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30

69 Chapters

21. "Aib, Pah,"

"Bukan gitu, Yun. Nanti sore Om sama keluarga mau ngehadirin acara anniversary pernikahan Kakek dan Neneknya Raga. Kemungkinan acaranya baru selesai pukul enam sore-an. Nah, Om nggak tahu nih, keburu atau nggak dateng ke acara ultah kamu." jelas Tuan Surya."Masih keburu, Om. Acara ulang tahun Yun dimulai pukul delapan malam. Om harus dateng ya!" bujuk Yunita. "Om kan udah Yun anggep keluarga Yun sendiri, jadi Om harus banget hadir ya!""Iya, insyaallah ya, Yun.""Kalau gitu, telepon-nya Yun tutup dulu ya, Om. Maaf kalau Yun ganggu aktivitas Om saat ini.""Nggak kok, Yun. Om nggak merasa terganggu sama sekali.""Syukurlah kalau gitu. Sampai jumpa nanti malam ya, Om.""Iya, Yun."Tut tut tut tut.Panggilan telepon itu pun berakhir."Yang telepon siapa, Pah?" tanya Dania penasaran."Yunit
Read more

22. Pelayan Nggak Ada Akhlak

"Itu masalah gampang, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu." ucap Awan menyanggupi segala permintaan Sekretaris-nya."Oh iya, bukannya nanti malam kamu harus merayakan acara ulang tahunnya Yunita. Cepat sana, kamu pulang ke rumahmu! Kamu kan harus segera bersiap-siap juga untuk acara yang spesial.""Ssstt," jari telunjuk Awan membungkam bibir Sekretaris Diana. "Kamu jangan ngomong gitu, Yank. Bagiku nggak ada yang lebih spesial dibandingkan dengan kamu.""Masa?" tanya Sekretaris Diana tidak percaya."Sumpah, Yank." jawab Awan cepat sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.Sekretaris Diana mulai menghentikan aktivitasnya dan kini wanita itu mulai menghadap ke arah Awan. "Tapi aku ngerasanya Yunita tetap yang paling spesial bagi kamu, Yank." ucap Sekretaris Diana yang kini mulai meraba dada bidang milik Awan."Tapi bagi aku, Yunita itu tidak ada a
Read more

23. Kenapa Riri Marah Pada Viona?

"Betul itu," sahut Irna dan Intan yang sependapat dengan jalan pikirannya Rima.Riri yang sedari tadi tetap fokus dalam memetik bunga, kini gerakannya mulai terhenti. "Terserah kalian saja lah." ucap Riri menanggapi semua ocehan dari rekan kerjanya dan kini dia mulai sibuk kembali memetik bunga.Hatinya Rima, Irna, dan Intan menjadi dongkol karena Riri tidak menggubris semua perkataan mereka."Eh, itu wajah kamu kenapa memar gitu?" tanya Intan yang kini mulai penasaran dengan keadaan tubuh Riri yang saat ini terlihat sangat berantakan dan terdapat beberapa luka di bagian wajah gadis itu. Ditambah lagi dengan rambutnya yang acak-acakan seperti orang habis jambak-jambakan."Kepo banget sih." ketus Riri yang saat ini telah selesai memetik bunga. Langkah kakinya kini mulai menapaki lantai marmer kembali setelah sebelumnya menapaki rumput sintetis yang dipasang di
Read more

24. Viona Mulai Menunjukkan Taringnya

Riri yang tidak suka kalau bantal tidur milik Tuan Mudanya diciumi oleh Viona segera mendekati sang pelaku.Srett.Bantal tidur itu langsung Riri rebut paksa dari pelukan Viona.Viona yang tersentak kaget langsung membuka kedua matanya dan langsung menatap ke arah Riri."Kenapa Kakak ngerebut bantal itu dari Vio?" tanya Viona polos."Heh gadis jelek-" "Makasih pujiannya Kakak." potong Viona menyela Riri yang sedang berbicara dengan wajahnya yang ceria."Heh, jangan potong perkataanku ya!" Riri semakin bertambah emosi."Ayo lanjutkan, Kak. Kakak tadi mau bilang apa?" sahut Viona lugu."Arghhh, sini kau! Cepat turun!" kali ini Riri mulai menarik tubuh Viona agar turun dari atas kasur empuk itu."Aku nggak mau turun, Kak. Lepasin!" ronta Viona."Heh, kau itu gadis je
Read more

25. Misi Pembebasan Viola

Riri bergidik ngeri saat terbayang aura mengerikan yang terpancar dari Viona yang terkenal akan kejelekan dan kebodohannya.Kini langkah wanita itu sudah hampir dekat dengan ruang kamarnya Sagara. Sebelum masuk ke dalam ruangan yang pintunya masih terbuka, dia sempatkan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, sebagai bentuk kesopan-santunan yang telah dia pelajari sejak dia menginjakkan kedua kakinya di kediaman Tuan Bhumi Cakra saat dia masih remaja.Riri adalah pelayan lawas di kediaman Tuan Bhumi Cakra dan ketika Tuan-nya meninggal dunia, dia ikut bersama Sagara karena dia memang dekat dengan laki-laki itu yang sekaligus adalah cinta pertamanya.Riri disebut sebagai pelayan kesayangannya Sagara bukan tanpa alasan. Wanita itu memang kerap kali diistimewakan oleh Tuan Muda pemilik rumah ini. Jika wanita lain hanya memiliki satu kesempatan untuk menghangatkan ranjang tidurnya Sagara, maka lain ceritanya dengan Riri.
Read more

26. Detik-Detik Viola Akan Dinodai

Rumah mewah yang dijadikan markasnya Sagara memang tidak terlalu luas, tapi sangat tertutup bagi orang luar.Asisten rumah tangga yang bertugas membersihkan rumah ini saja hanya diberikan waktu sekitar dua jam untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.Sebelum ART itu masuk ke dalam rumah, dia perlu melewati pintu khusus yang dipasangi alat pendeteksi canggih yang bisa mendeteksi barang-barang yang mencurigakan seperti kamera pengintai atau alat penyadap dan lain-lain.Setelah seisi rumah bersih maka tidak ada satu orang pun yang boleh masuk ke dalam rumah itu kecuali Sagara dan Sekretaris pribadinya.Para penjaga rumah ini hanya berjumlah dua sampai tiga orang saja karena lokasi rumah ini memang di rahasiakan dari siapa pun.Tempat parkir yang memang tertutup membuat Sagara bisa leluasa untuk berjalan menggunakan kedua kakinya ke tempat penyimpanan mobil itu."Tuan," seru Sekretaris Ken yang kini mulai berlari kecil ke arah Tuan Mudanya.
Read more

27. Kesucian Viola Diujung Tanduk

Penjahat yang mendapatkan giliran pertama untuk menikmati tubuh Viola semakin dekat dengan mobil hitam itu yang memang dijadikan tempat untuk menodai gadis cantik itu.Tangan kekar dengan tato kapak 121 menghiasi punggung tangan penjahat itu yang saat ini tengah berusaha untuk membuka pintu mobil.Brakk.Pintu mobil telah berhasil dibuka oleh penjahat itu. Viola terkesiap dengan perasaan yang bercampur takut di dalam relung hatinya."Mmmmm mmmm mmmm," ucap Viola yang sedang berusaha memberitahu bahwa dirinya tidak mau diperk*s* oleh mereka."Mmmmmm mmmm mmmm." tutur Viola lagi yang sedang mengatakan bahwa dirinya minta dibebaskan.Meski Viola masih ditutup kedua matanya, namun gadis itu bisa tahu bahwa penjahat itu sudah mulai masuk ke dalam mobil. Yang bisa Viola lakukan hanya bergeser ke arah pojok kanan untuk memberi jarak antara tubuhnya dengan penjahat it
Read more

28. Situasi Gawat Darurat

Di tempat lain, penjahat yang memang bertugas untuk menelepon nomor kedua orangtuanya Viola segera menghubungi nomornya Tuan Sofyan.Cuit cuit cuit cuit.Dering telepon seluler milik Tuan Sofyan berbunyi.Sekretaris Ken yang memang sedang mengantongi ponsel milik Tuan Sofyan segera mengeluarkan hape itu dan menyerahkannya kepada Tuan Mudanya."Tuan, tolong Anda angkat panggilan ini!" pinta Sekretaris Ken yang saat ini tengah fokus menyetir."Baiklah." sahut Sagara sembari mengambil ponsel itu dari tangan Sekretaris-nya. "Halo," ucap Sagara saat panggilan telepon itu sudah dia angkat."Halo," sahut penjahat itu dingin."Ini siapa?""Kau tidak perlu tahu siapa aku. Jika kau ingin wanita itu selamat. Maka carilah sendiri di sebuah tempat yang awalnya ramai dan dilalui  kendaraan namun saat ini telah sepi tapi masih digunakan."Tut
Read more

29. Boss Chen Mengutus Kim Untuk Membantu Sagara

"Aku mohon tolong cepat angkat, Boss Chen." harap Sekretaris Ken yang saat ini tengah panik. Panggilan telepon dari Sekretaris Ken ke nomor ponsel Boss Chen memang sudah terhubung namun sampai dering kesekian belum juga diangkat. Pemuda itu tidak putus asa dan terus mencoba menghubungi nomor Boss Mafia itu dan syukurlah panggilan kali ini berhasil. "Halo," terdengar sapaan suara berat di seberang telepon. "Halo, Boss Chen. Selamat sore. Ini saya Kenzo." ucap Sekretaris Ken memperkenalkan dirinya. "Oh~ Kenzo. Gimana kabarmu, Ken?" "Kabarku baik, Boss." "Jangan panggil Boss, Ken! Panggil Om aja. Kamu itu udah Om anggap kayak keponakan Om sendiri lho." "Iya, Om. Makasih ya." "Oh iya, ngomong-ngomong tumben kamu nelepon. Ada apa, Ken? Kamu nggak lagi punya masalah kan?" "Gini, Om.
Read more

30. Satu Teriakan Sama Dengan Satu Peluru

"Aku pulang dulu ya, Di." pamit Awan yang kini sedang mencium kening Sekretarisnya itu yang masih belum berpakaian. "Hati-hati di jalan!" "Iya," angguk Awan. "Kamu juga nanti pulangnya hati-hati ya!" "Iya," angguk Sekretaris Diana. Awan mulai pergi meninggalkan kekasih gelapnya di markas ini seorang diri. Sepeninggal Awan, Sekretaris Diana mulai menghempaskan tubuhnya ke permukaan sofa. Tangan perempuan cantik itu mulai meraih ponsel pintarnya dan membuka sebuah folder rahasia yang ada di hapenya. Jemari yang lentik mulai mengusap-usap sebuah potret di layar ponselnya. "Ga, andai kamu nggak kejam kayak gitu, aku nggak bakalan nyakitin kamu sampai segitunya." gumam Sekretaris Diana yang saat ini sedang memandangi sebuah foto antara dirinya dan Sagara yang sedang saling tertawa sambil berpelukan. Diana mulai menggulirka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status