Di tempat lain, penjahat yang memang bertugas untuk menelepon nomor kedua orangtuanya Viola segera menghubungi nomornya Tuan Sofyan.
Cuit cuit cuit cuit.
Dering telepon seluler milik Tuan Sofyan berbunyi.
Sekretaris Ken yang memang sedang mengantongi ponsel milik Tuan Sofyan segera mengeluarkan hape itu dan menyerahkannya kepada Tuan Mudanya.
"Tuan, tolong Anda angkat panggilan ini!" pinta Sekretaris Ken yang saat ini tengah fokus menyetir.
"Baiklah." sahut Sagara sembari mengambil ponsel itu dari tangan Sekretaris-nya. "Halo," ucap Sagara saat panggilan telepon itu sudah dia angkat.
"Halo," sahut penjahat itu dingin.
"Ini siapa?"
"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Jika kau ingin wanita itu selamat. Maka carilah sendiri di sebuah tempat yang awalnya ramai dan dilalui kendaraan namun saat ini telah sepi tapi masih digunakan."
Tut
"Aku mohon tolong cepat angkat, Boss Chen." harap Sekretaris Ken yang saat ini tengah panik.Panggilan telepon dari Sekretaris Ken ke nomor ponsel Boss Chen memang sudah terhubung namun sampai dering kesekian belum juga diangkat.Pemuda itu tidak putus asa dan terus mencoba menghubungi nomor Boss Mafia itu dan syukurlah panggilan kali ini berhasil."Halo," terdengar sapaan suara berat di seberang telepon."Halo, Boss Chen. Selamat sore. Ini saya Kenzo." ucap Sekretaris Ken memperkenalkan dirinya."Oh~ Kenzo. Gimana kabarmu, Ken?""Kabarku baik, Boss.""Jangan panggil Boss, Ken! Panggil Om aja. Kamu itu udah Om anggap kayak keponakan Om sendiri lho.""Iya, Om. Makasih ya.""Oh iya, ngomong-ngomong tumben kamu nelepon. Ada apa, Ken? Kamu nggak lagi punya masalah kan?""Gini, Om.
"Aku pulang dulu ya, Di." pamit Awan yang kini sedang mencium kening Sekretarisnya itu yang masih belum berpakaian."Hati-hati di jalan!""Iya," angguk Awan. "Kamu juga nanti pulangnya hati-hati ya!""Iya," angguk Sekretaris Diana.Awan mulai pergi meninggalkan kekasih gelapnya di markas ini seorang diri. Sepeninggal Awan, Sekretaris Diana mulai menghempaskan tubuhnya ke permukaan sofa.Tangan perempuan cantik itu mulai meraih ponsel pintarnya dan membuka sebuah folder rahasia yang ada di hapenya.Jemari yang lentik mulai mengusap-usap sebuah potret di layar ponselnya."Ga, andai kamu nggak kejam kayak gitu, aku nggak bakalan nyakitin kamu sampai segitunya." gumam Sekretaris Diana yang saat ini sedang memandangi sebuah foto antara dirinya dan Sagara yang sedang saling tertawa sambil berpelukan.Diana mulai menggulirka
Viola melirik takut takut ke arah preman yang saat ini tengah menodongkan pistolnya di kepala gadis cantik itu."A-aku tidak akan berteriak lagi." cicit Viola."Fiuh~" akhirnya Viola bisa bernapas lega saat ujung pistol itu telah menjauh dari kepalanya dan masuk kembali ke dalam sarungnya."Snap, ayo jalan!" titahnya pada sang pengemudi.Mobil itu pun mulai melaju kembali dan Viola hanya bisa meringkuk takut di pojokan dekat dengan obat-obatan terlarang dan haram itu.Pasukan Elang yang diutus oleh Sagara sudah mulai memasuki area hutan ini."Eh, itu ada mobil tuh. Gimana ... kita cegat nggak?" tanya Elang 007."Iya, kita cegat." sahut Elang 013.Elang 007 mulai memberi kabar kepada rekan-rekannya yang berada di mobil lain agar membuat formasi penghadangan.Ckitt."Brengs*k."
Mobil rombongan dari Black Devils mulai meninggalkan tempat itu.Sedangkan Viola saat ini sedang menatap ke arah Kim yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan berbinar-binar.'Ganteng banget sih ini cowok.' batin Viola.Raut wajah Kim saat ini masih tetap saja datar seperti sebelumnya."Boss kecil, apa nggak apa-apa kita melepaskan mereka? (Black Devils)" tanya salah seorang anak buah Kim."Nggak apa-apa. Lagipula tujuan kita datang kemari untuk menyelamatkan gadis ini, bukan untuk menggagalkan transaksi mereka. Selain itu, kita juga nggak tahu saat ini mereka bawa barang-barang itu atau hanya barang biasa saja. Jika kita bergerak secara gegabah, kita bisa kena tuntutan atas perbuatan tidak menyenangkan. Dunia kita saat ini sudah tidak seperti sebelumnya. Jika mereka kalah di dunia bawah, mereka bisa balik menyerang kita di dunia atas." sahut Kim panjang lebar.
Di rumah utama Sagara, Viona sedang duduk termenung di depan teras depan menunggu suaminya pulang."Suamiku kok nggak pulang-pulang ya?" gumam Viona. "Padahal ini kan sudah malam." gadis itu mulai menghela napas beratnya.Dari belakang ada seorang pelayan yang berjalan mendekat ke arah Viona."Nona," panggil pelayan itu.Viona yang mendengar namanya dipanggil mulai menengok ke arah belakang."Ayam, ayam, ayam," ucap pelayan itu kaget saat melihat wajah Viona yang mengerikan."Mana ayam, Kak? Mana, mana, mana?" tanya Viona yang malah celingak-celinguk mencari keberadaan ayam di sekitar mereka."Maafkan saya, Nona. Tidak ada ayam di sekitar sini.""Lha ... tadi katanya ada ayam." keluh Viona."Itu hanya ... ah lupakan saja, Nona. Itu masalah yang tidak penting. Oh iya, saya ke sini mau mengabarkan b
Sambungan telepon itu pun diakhiri dari dua arah."Raga mau ke mana sih? Kok pakaiannya rapi gitu." gumam Viona bertanya-tanya setelah sambungan telepon dengan Raga berakhir. "Awas aja kalau besok dia nggak ngasih oleh-oleh buat aku." lanjutnya.Pemuda tampan yang dipanggil rekan oleh Viona adalah Raga Surya Pratama. Anak semata wayang dari pasangan Surya Pratama dan Dania yang merupakan Ibu kandungnya Sagara dan Awan.Raga juga adalah pemuda yang telah membimbing Viona selama ini dan membuat gadis itu menjadi wanita yang kuat dan menguasai berbagai jenis ilmu beladiri.***Di kediaman Surya Pratama, keluarga kecil itu tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara pesta ulang tahunnya Yunita."Ma, Pa, kalian udah sholat Maghrib kan?" tanya Raga yang saat ini tengah menuruni tangga di rumah sederhana mereka."Udah," angguk Tuan Surya, "tapi n
Di rumah biru (markas Sagara)."Kamu kenapa senyam-senyum kayak gitu, Ken?" tanya Sagara yang sedang duduk di sofa sambil menyesap minumannya."Nggak kenapa-kenapa, Tuan." jawab Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari arah luar."Kamu tadi telepon siapa sih? Kok pakai keluar segala. Kayak sama siapa aja sok-sokan rahasia-rahasiaan.""Tadi aku abis teleponan sama Dokter Joan yang rutin periksa kondisi Bundaku.""Oh," angguk Sagara mengerti."Oh iya, sepertinya malam ini aku belum bisa memeriksakan kesehatan kedua mataku, Tuan. Tadi perawat yang bertugas untuk merawat Bunda Amanda bilang padaku bahwa Bunda sedang kumat lagi dan saat ini dia sedang mengamuk. Sepertinya aku harus segera pulang, Tuan. Aku pamit dulu ya." ucap Sekretaris Ken yang saat ini sedang mengambil jasnya yang tersampir di atas sandaran sofa."Iya, hati-hati ya!"
Lagi-lagi Sagara mengabaikan peringatan dari Sekretaris Ken yang memintanya untuk menggunakan kursi roda selama Viola ada di markas persembunyiannya.Pemuda tampan itu saat ini sedang memasuki ruang kamarnya Viola untuk mengecek keadaan gadis itu yang kini sudah mengenakan pakaian ganti yang tentunya bukan digantikan oleh Sagara atau pun Sekretaris Ken, tapi digantikan oleh ART yang biasa membersihkan rumah ini yang tadi diminta untuk datang kembali ke rumah ini untuk melakukan tugas tambahan.Drrt.Terdengar suara kursi diseret oleh tangan Sagara.Pemuda itu mulai menduduki kursi itu dan mulai memperhatikan wajah cantiknya Viola yang terlihat damai dalam tidur pura-puranya.Ada beberapa helai dari anak rambut Viola yang jatuh di wajah cantiknya itu dan membuat tangan Sagara refleks meraih helaian anak rambut itu untuk di selipkan kembali di sela-sela kuping Viola."Maafin aku ya, La! Gara-gara aku -kamu ngalamin hal yang buruk seperti ini."
Adegan dibuka dengan gerakan slow motion dari Bunda Amanda dan Asisten pribadinya Saga yang saat ini sedang ingin melerai sepasang suami istri di ruangan kamar rawat inap ini yang sedang terhanyut dalam suasana yang romantic.Grep!Ternyata Asisten pribadinya Saga bukannya melerai malah menghentikan langkah Bunda Amanda yang ingin merusak suasana romantis yang sedang terjalin diantara Saga dan Viona anaknya."Tuan ayo cepat! Saya siap mengabdikan diri supaya anda bahagia," batin Asisten pribadinya Saga yang pengertian sekali kepada majikannya itu."Lepas!" pinta Bunda Amanda yang saat ini sedang berontak agar bisa bebas."Jan
"Cepet buka!" ucap Saga yang masih tidak sabaran."Iya, sabar, Tuan!"Ceklek!Pintu kamar rawat inap VIP milik Viona dibuka oleh Asisten pribadinya Saga.Seketika Saga dan Viona saling berpandangan sesaat setelah pintu kamar itu terbuka."Suamiku," gumam Viona menyebut nama Saga."Di ... di ... di-a," ucap Saga dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Viona dan kedua bola matanya yang membulat melihat sosok gadis di depannya.Napas Saga mulai memburu dan tanpa sadar tangannya bergerak mencekik
"Kakak mau kemana?" tanya Viona yang saat ini sudah kembali ke ruang kamar rawat inapnya sendiri.Sekretaris Ken yang saat ini sedang bersiap-siap pergi menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Adiknya itu."Tuan Batari dan keluarganya sedang dalam masalah. Kakak harus segera menjemput mereka. Kasihan, mereka sudah tidak punya tempat bernaung lagi."Bunda Amanda yang memang tidak tahu menahu tentang keluarganya Yunita langsung mengerutkan keningnya."Mereka siapa, Ken? Kok Bunda baru dengar kamu punya kenalan yang namanya Batari," tanya Bunda Amanda."Itu temannya Kenzo, Bun. Memang jarang yang tahu sih kalau aku ini
Tuan Batari, Nyonya Sherina, dan Yunita anak perempuan mereka saat ini sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumah mereka yang telah diambil paksa oleh Awan dan Sekretaris Diana."Beh, nasib kita gimana ini?" tanya Nyonya Sherina panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki tua itu."Babeh juga nggak tahu, Ma. Babeh buntu," sahut Tuan Batari yang saat ini sedang memegangi kepala plontosnya yang masih ada sisa-sisa sedikit helaian rambut di beberapa area.Yunita yang tidak ingin mereka terlunta-lunta seperti ini mulai menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini."Beh, coba Babeh telepon teman-teman Babeh buat bantuin Babeh agar bisa keluar dari masalah ini!" pinta Yunita."Babeh nggak bisa hubungin mereka, Teh. Ponsel Babeh ketinggalan di dalam rumah," jawab Tuan Batari lesu."Pakai ponsel Teh Yun aja, Beh! Inih!" ulur Yunita memberikan ponsel yang saat ini sudah dia ambil dari saku celananya.Beruntung sekali tadi Yu
Nyonya Dania dan Saga sudah berpindah tempat.Saat ini keduanya sedang duduk di dekat jendela kantor Saga sambil meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh salah satu Office Boy di perusahaan ini."Ma,""Hm,""Mama kok tahu kalau Saga kemarin sudah menikah? Tahu dari siapa?" tanya pemuda itu dengan pandangan menyelidik."Tahu dari temen yang datang ke resepsi pernikahan kamu," sahut Nyonya Dania enteng."Siapa?" kening Saga kini saling bertautan kerutannya."Rahasia," jawab Nyonya Dania sambil memelekan lidahnya ke arah Saga."Cih, sok rahasia-rahasiaan," gumam Saga tidak suka."Biarin." Nyonya Dania tidak peduli dan terus melanjutkan memakan snack yang ada di atas meja."Oh iya, besok kamu sama Arra datang ya ke rumah Mama," lanjut Nyonya Dania yang keceplosan bicara."Arra siapa, Ma?" tanya Saga tidak mengerti.'Aduh, mampus aku. Kalau Saga curiga, bisa-bisa aku diomelin sama Kenzo, nih,' b
Nyonya Dania telah sampai di kantor Samudra Group, meski langkahnya di hadang oleh para staf yang bertugas berjaga di kantornya Sagara, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Nyonya Dania adalah Ibu kandungnya Awan dan Sagara, selain itu posisinya yang merupakan Istri dari pemilik Perusahaan pesaing Perusahaan ini semakin menambah ciut nyali mereka."Saga!" pekik Nyonya Dania yang kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan kantor anaknya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Saga dengan nada yang sinis.Asisten pribadinya Sagara yang sedang menggantikan posisi Sekretaris Ken hanya bisa meremas kedua jemari tangannya karena dia telah gagal mencegah Nyonya Dania masuk."Ngapain katamu?!" ucap Nyonya Dania bertanya balik dengan raut wajah yang marah.Saga kini memberikan kode kepada Asisten pribadinya agar pergi meninggalkan ruangan ini dengan gerakan tangannya.Asisten itu pun undur diri dari ruangan ini dan menutup rapat pin
Namun yang tidak diketahui oleh Nyonya Helena adalah kenyataan bahwa bayi perempuannya telah ditukar kembali oleh perawat lain yang bernama Alia sesaat setelah perawat bayaran Nyonya Helena berlalu dari ruangan khusus bayi.Alia yang merupakan sahabat Bunda Amanda tidak rela jika anak temannya dicurangi oleh orang lain. Perempuan itu pun mengadukan hal ini kepada Bunda Amanda, tapi Bunda Amanda tidak ingin melabrak Nyonya Helena.Justru yang Bunda Amanda lakukan adalah membiarkannya berjalan seperti air, mengalir saja, dan hal seperti ini bisa dia gunakan di masa-masa mendatang agar Arrabella-nya tidak diambil paksa oleh mantan suami kejamnya itu.Tentu saja dengan menumbalkan anaknya Nyonya Helena untuk menggantikan posisinya Arrabella yang asli di sisi Tuan Smith.Persetan dengan semua harta yang dimiliki oleh mantan suaminya, jika hanya kesakitan yang dia rasakan.Sekretaris Ken saat ini langsung ditarik oleh Bunda Amanda agar berlindung di bali
Bunda Amanda menarik putra lelakinya untuk segera keluar dari ruang rawat adiknya karena dia telah mengatakan hal-hal yang menurut wanita tua itu tidak pantas dikatakan."Bunda apa-apaan sih? Kok tarik-tarik aku keluar?" protes Sekretaris Ken kepada Ibundanya."Lha kamu yang apa-apaan? Udah tahu adikmu itu masih kecil dan masih polos, pake bilang bekas-bekas segala tentang Saga," sahut Bunda Amanda seraya memukul lengan pemuda di depannya."Ih, nyatanya Tuan Muda Saga itu udah bekas kok. Ken nggak rela ya kalau Adiknya Ken nikah sama laki-laki modelan kayak Tuan Muda Saga," sungut Sekretaris Ken sambil memajukan bibirnya tanda bahwa ia tidak terima."Lah, bukannya Saga itu sahabat kamu? Bunda juga lihatnya Nak Saga itu baik, pengertian. Bunda meski dulu dalam keadaan tidak waras tapi masih ingat dengan jelas ya gimana kebaikannya Nak Saga sama Bunda," bela Bunda Amanda yang tidak terima Saganya dijelek-jelekkan."Itu kan sama Bunda. Kalau sama oran
POV VionaAku senang karena akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan Bundaku dan juga bisa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang ternyata adalah kak Kenzo, Sekretaris pribadinya suamiku Sagara.Aku bersyukur karena memiliki kakak laki-laki seperti dia, yang tidak pernah memandang orang lain dari fisiknya semata.Dan saat ini aku sesungguhnya kecewa dengan suamiku, dia ternyata tipe laki-laki yang hanya peduli dengan penampilan fisik seseorang saja.Mungkin, jika aku masih Viona yang berpola pikir aneh seperti dulu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat ini aku sudah normal, sudah bisa berpikir dengan jernih, dan kak Sagara bukan orang yang pantas untuk disukai.Aku masih ingat dengan jelas tatapan menjijikkannya kepadaku saat aku berdandan norak dengan make up yang sangat menor.Ugh, rasanya pengen kucakar saja wajah Kak Saga.Akan tetapi, entah kenapa aku masih suka sama dia, terlepas dari semua kelakuan buruknya.