Lagi-lagi Sagara mengabaikan peringatan dari Sekretaris Ken yang memintanya untuk menggunakan kursi roda selama Viola ada di markas persembunyiannya.
Pemuda tampan itu saat ini sedang memasuki ruang kamarnya Viola untuk mengecek keadaan gadis itu yang kini sudah mengenakan pakaian ganti yang tentunya bukan digantikan oleh Sagara atau pun Sekretaris Ken, tapi digantikan oleh ART yang biasa membersihkan rumah ini yang tadi diminta untuk datang kembali ke rumah ini untuk melakukan tugas tambahan.
Drrt.
Terdengar suara kursi diseret oleh tangan Sagara.
Pemuda itu mulai menduduki kursi itu dan mulai memperhatikan wajah cantiknya Viola yang terlihat damai dalam tidur pura-puranya.
Ada beberapa helai dari anak rambut Viola yang jatuh di wajah cantiknya itu dan membuat tangan Sagara refleks meraih helaian anak rambut itu untuk di selipkan kembali di sela-sela kuping Viola.
"Maafin aku ya, La! Gara-gara aku -kamu ngalamin hal yang buruk seperti ini."
Saat ini Sagara sedang dalam perjalanan pulang ke rumah utamanya.Bara yang sedang menyetir di samping pemuda itu mulai tertarik dengan sebuah berkas yang ada dipangkuan Sagara."Ga, itu berkas apaan?" tanya Bara penasaran."Ini kontrak nikah gue sama si Viona." jawab Sagara."Gila ya loe, Ga? Loe udah tahu kalau si Viona gadis bodoh, kok loe malah buat kontrak pernikahan sama si gadis itu sih? Apa dia bakalan ngerti pasal-pasal yang ada di dalamnya?""Namanya juga usaha, Bar. Jadi sewaktu-waktu gue mau ceraikan dia mudah. Kalau untuk pasal-pasalnya gue nggak yakin sih kalau si gadis bodoh itu paham.""Hahaha, kalau gue sih yakin seratus persen si Viona kagak bakalan paham." gelak Bara."Oh iya, ngomong-ngomong Abang loe udah balik ya ke kota ini? Gue denger katanya dia nggak di kota B lagi.""Aston?""Iyalah, siapa lagi coba.""Iya, dia sama Istrinya milih buat tinggal di kota ini lagi. Tapi ... Mama gue mau nuga
"Aku harus bagaimana ini?" gumam Sagara sambil terus fokus melihat kebelahan bumi yang lain, eh, ralat, ralat, maksudnya belahan kembar milik Viona.Salah satu telapak tangan Sagara mulai menutup kedua matanya agar tidak fokus ke arah belahan itu, namun satu persatu jari jemarinya mulai merenggang."Kok masih kelihatan aja sih itu belahannya" rutuk Sagara.Bagaimana tidak kelihatan jika jari jemarinya saja merenggang tidak terkatup dengan rapat.Sekarang giliran telapak tangan yang satunya ikut menindih tangan yang pertama."Aman," ucap Sagara lega karena belahan yang saat ini memporak-porandakan benteng pertahanan si Adik kecilnya sudah tidak terlihat lagi.Tapi sungguh malang nasib pemuda tampan itu karena tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama.Secara bertahap jari jemari tangan yang saat ini terkatup rapat mulai menyusul rekannya yang terdahulu dan merenggang satu persatu."Arrghhh, kenapa belahan itu terlihat lagi sih." ke
Acara pesta ulang tahun Yunita sudah berakhir sepuluh menit yang lalu. Semua tamu undangan sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.Yunita saat ini sedang duduk di atas jok sofa yang di depannya terdapat kado yang menumpuk dengan ukuran yang beraneka ragam."Kamu capek banget ya, Sayang?" tanya Awan yang saat ini ikut nimbrung duduk bersama dengan Istrinya.Pria itu juga menyodorkan segelas minuman orange jus kepada Yunita yang langsung ditenggak habis oleh wanita itu."Kok kamu tahu sih Yank, kalau aku sedang haus?" tanya Yunita yang saat ini tengah mengelap sisa-sisa air minum yang menempel di sekitar mulutnya dengan tissue."Tahu dong. Aku kan suamimu.""Oh iya, maaf banget ya karna aku ngundang Mama sama Om Surya ke pesta ulang tahun ini.""It's okay. Aku ngerti kok. Kamu dan kedua orang tuamu pasti akan merasa tidak enak jika tidak mengundang mereka.""Tapi pesta ulang tahun kali ini -aku kurang menikmatinya. Terlalu ba
Keesokan harinya, Viona bangun subuh-subuh sekali dan dia tidak menemukan Sagara di samping tubuhnya."Suamiku kemana ya?" ucapnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Viona mulai menengok ke arah jam digital yang tersimpan di atas nakas dan angka sudah menunjukkan pukul lima lebih empat menit."Aduh, aku telat bangun." ucap Viona sambil menepuk keningnya sendiri.Gadis itu mulai bangkit dari tidurnya dan langsung bergegas ke arah kamar mandi di ruangan ini.Make up tebalnya kini sudah tersapu oleh air hangat yang keluar dari dalam kran dan dilanjutkan dengan cuci muka menggunakan facial foam ternama untuk mengangkat semua make up dan kotoran yang menempel di wajah gadis itu.Kini wajah cantiknya sudah terlihat kembali. Beruntung sekali Viona meski wajahnya selalu tertutup oleh make up yang tebal, tapi keadaan kulitnya masi
"Pak Jang, aku sangat menyesal, Pak Jang." ucap Sagara di tengah tangisnya. "Seharusnya dulu aku patuh dengan semua ucapanmu, Pak,""Sudah, Tuan Muda, lupakan saja kenangan buruk itu." hibur Pak Jang yang masih tetap setia menenangkan Sagara.Kenangan buruk di masa lalu mulai merangsek masuk kembali ke memori anak cucu Adam dan Hawa itu.***"Tuan Muda, Anda tidak boleh berkendara sendiri! Anda masih di bawah umur." larang Pak Jang yang saat itu sedang mencoba menghentikan langkah Sagara."Minggir kau!" bentak Sagara kepada kepala pelayan di rumah Bhumi Cakra.Pak Jang tidak mampu menghentikan langkah Tuan Mudanya yang saat ini sudah berhasil masuk ke dalam mobil merah kesayangannya, yang di setiap sisi body mobilnya bergambar superhero laba-laba dan juga kelelawar.Brum, brum, brum!Mobil merah itu mulai melaju meninggalkan rumah mewah ini dengan kecepatan yang lumayan membahayakan.Anak mana yang tidak kesal saat
Sagara menutup cepat pintu kamarnya dan langsung membenamkan diri dalam selimut yang tebal, berharap selimut itu bisa menenangkannya."Aku tidak mau masuk penjara." gumam Sagara.Di ruang kerja Tuan Bhumi, Kenzo remaja telah menyetorkan kliping yang sudah berhasil dia buat ke tangan Ayahnya Sagara.Tuan Bhumi mulai mengecek isi dari kliping biru itu. Sesekali kepalanya mengangguk sambil terus membaca lembar demi lembar tulisan yang ada di dalam kliping itu."Bagus," puji Tuan Bhumi kepada Kenzo remaja. "Mulai besok kamu akan mulai mendapatkan tugas baru.""Tugas seperti apa, Tuan?" tanya Kenzo remaja penasaran."Ini," Tuan Bhumi meletakkan sebuah map di hadapan pemuda itu. "Baca dan pelajarilah! Setelah kamu paham semua materi yang ada di dalam map ini, aku akan mengujimu.""Baik, Tuan." angguk Kenzo seraya mengambil map merah itu dari atas meja."Sekarang kamu siapkan makanan kesukaan Saga! Aku ingin meredakan amarahnya."
Jantung Sagara mulai berdebar tidak karuan saat kain hitam yang menutupi mobil merahnya sudah jatuh ke atas lantai.Sorot mata Awan mulai memindai mobil di depannya saat ini. Apakah ada yang salah dengan mobil itu sehingga Sagara menutupnya.Jari jemari Sagara saling bertautan dan meremas satu sama lain saking gugupnya.Cuit cuit cuit!Dering ponsel milik Awan tiba-tiba berbunyi dan membuat pemuda itu menghentikan aktivitasnya saat ini.Dirogohnya ponsel dalam sakunya dan panggilan telepon itu langsung dia angkat tanpa pikir panjang terlebih dahulu."Halo, Pah," sapa Awan kepada sang penelepon."Wan, tolong ambilkan berkas penting yang berada di map coklat ya!" pinta Tuan Bhumi kepada anaknya dari seberang telepon. "Kamu cari aja! Cuma satu-satunya kok berkas warna coklat di meja kerja Papa.""Baik, Pah." jawab Awan patuh.Ponsel itu mulai Awan masukan kembali ke dalam sakunya dan pemuda itu langsung masuk ke dalam
Flashback sudah selesai ya gaes.Pak Jang masih memeluk Sagara yang masih menangis. "Tuan, lebih baik kita masuk ke dalam rumah lagi ya!" ajak lelaki tua itu."Nggak, Pak. Aku masih mau di sini dulu. Siapa tahu arwah gadis itu muncul kembali di taman ini." jawab Sagara."Kalau begitu ijinkan saya untuk menemani Anda ya, Tuan Muda!""Iya, Pak, dengan senang hati."Kursi roda yang diduduki oleh Sagara mulai didorong oleh Pak Jang menyusuri koridor yang berbatasan langsung dengan taman di tengah-tengah rumah ini."Sudah lama sekali ya, Pak, kita tidak jalan-jalan berdua seperti ini." ucap Sagara."Iya, Tuan. Setelah Anda dewasa, Anda lebih sering jalan-jalan dengan teman-teman Anda dan melupakan saya, huhu,""Hahaha," Sagara terkekeh mendengar tangis buatan Pak Jang. "Tangisan Anda kurang menyentuh, Pak.""Hahaha," Pak Jang tergelak."Oh iya, Anda tahu nama gadis kecil yang dulu aku tabrak tidak, Pak?" tanya Sagara t
Adegan dibuka dengan gerakan slow motion dari Bunda Amanda dan Asisten pribadinya Saga yang saat ini sedang ingin melerai sepasang suami istri di ruangan kamar rawat inap ini yang sedang terhanyut dalam suasana yang romantic.Grep!Ternyata Asisten pribadinya Saga bukannya melerai malah menghentikan langkah Bunda Amanda yang ingin merusak suasana romantis yang sedang terjalin diantara Saga dan Viona anaknya."Tuan ayo cepat! Saya siap mengabdikan diri supaya anda bahagia," batin Asisten pribadinya Saga yang pengertian sekali kepada majikannya itu."Lepas!" pinta Bunda Amanda yang saat ini sedang berontak agar bisa bebas."Jan
"Cepet buka!" ucap Saga yang masih tidak sabaran."Iya, sabar, Tuan!"Ceklek!Pintu kamar rawat inap VIP milik Viona dibuka oleh Asisten pribadinya Saga.Seketika Saga dan Viona saling berpandangan sesaat setelah pintu kamar itu terbuka."Suamiku," gumam Viona menyebut nama Saga."Di ... di ... di-a," ucap Saga dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Viona dan kedua bola matanya yang membulat melihat sosok gadis di depannya.Napas Saga mulai memburu dan tanpa sadar tangannya bergerak mencekik
"Kakak mau kemana?" tanya Viona yang saat ini sudah kembali ke ruang kamar rawat inapnya sendiri.Sekretaris Ken yang saat ini sedang bersiap-siap pergi menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Adiknya itu."Tuan Batari dan keluarganya sedang dalam masalah. Kakak harus segera menjemput mereka. Kasihan, mereka sudah tidak punya tempat bernaung lagi."Bunda Amanda yang memang tidak tahu menahu tentang keluarganya Yunita langsung mengerutkan keningnya."Mereka siapa, Ken? Kok Bunda baru dengar kamu punya kenalan yang namanya Batari," tanya Bunda Amanda."Itu temannya Kenzo, Bun. Memang jarang yang tahu sih kalau aku ini
Tuan Batari, Nyonya Sherina, dan Yunita anak perempuan mereka saat ini sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumah mereka yang telah diambil paksa oleh Awan dan Sekretaris Diana."Beh, nasib kita gimana ini?" tanya Nyonya Sherina panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki tua itu."Babeh juga nggak tahu, Ma. Babeh buntu," sahut Tuan Batari yang saat ini sedang memegangi kepala plontosnya yang masih ada sisa-sisa sedikit helaian rambut di beberapa area.Yunita yang tidak ingin mereka terlunta-lunta seperti ini mulai menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini."Beh, coba Babeh telepon teman-teman Babeh buat bantuin Babeh agar bisa keluar dari masalah ini!" pinta Yunita."Babeh nggak bisa hubungin mereka, Teh. Ponsel Babeh ketinggalan di dalam rumah," jawab Tuan Batari lesu."Pakai ponsel Teh Yun aja, Beh! Inih!" ulur Yunita memberikan ponsel yang saat ini sudah dia ambil dari saku celananya.Beruntung sekali tadi Yu
Nyonya Dania dan Saga sudah berpindah tempat.Saat ini keduanya sedang duduk di dekat jendela kantor Saga sambil meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh salah satu Office Boy di perusahaan ini."Ma,""Hm,""Mama kok tahu kalau Saga kemarin sudah menikah? Tahu dari siapa?" tanya pemuda itu dengan pandangan menyelidik."Tahu dari temen yang datang ke resepsi pernikahan kamu," sahut Nyonya Dania enteng."Siapa?" kening Saga kini saling bertautan kerutannya."Rahasia," jawab Nyonya Dania sambil memelekan lidahnya ke arah Saga."Cih, sok rahasia-rahasiaan," gumam Saga tidak suka."Biarin." Nyonya Dania tidak peduli dan terus melanjutkan memakan snack yang ada di atas meja."Oh iya, besok kamu sama Arra datang ya ke rumah Mama," lanjut Nyonya Dania yang keceplosan bicara."Arra siapa, Ma?" tanya Saga tidak mengerti.'Aduh, mampus aku. Kalau Saga curiga, bisa-bisa aku diomelin sama Kenzo, nih,' b
Nyonya Dania telah sampai di kantor Samudra Group, meski langkahnya di hadang oleh para staf yang bertugas berjaga di kantornya Sagara, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Nyonya Dania adalah Ibu kandungnya Awan dan Sagara, selain itu posisinya yang merupakan Istri dari pemilik Perusahaan pesaing Perusahaan ini semakin menambah ciut nyali mereka."Saga!" pekik Nyonya Dania yang kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan kantor anaknya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Saga dengan nada yang sinis.Asisten pribadinya Sagara yang sedang menggantikan posisi Sekretaris Ken hanya bisa meremas kedua jemari tangannya karena dia telah gagal mencegah Nyonya Dania masuk."Ngapain katamu?!" ucap Nyonya Dania bertanya balik dengan raut wajah yang marah.Saga kini memberikan kode kepada Asisten pribadinya agar pergi meninggalkan ruangan ini dengan gerakan tangannya.Asisten itu pun undur diri dari ruangan ini dan menutup rapat pin
Namun yang tidak diketahui oleh Nyonya Helena adalah kenyataan bahwa bayi perempuannya telah ditukar kembali oleh perawat lain yang bernama Alia sesaat setelah perawat bayaran Nyonya Helena berlalu dari ruangan khusus bayi.Alia yang merupakan sahabat Bunda Amanda tidak rela jika anak temannya dicurangi oleh orang lain. Perempuan itu pun mengadukan hal ini kepada Bunda Amanda, tapi Bunda Amanda tidak ingin melabrak Nyonya Helena.Justru yang Bunda Amanda lakukan adalah membiarkannya berjalan seperti air, mengalir saja, dan hal seperti ini bisa dia gunakan di masa-masa mendatang agar Arrabella-nya tidak diambil paksa oleh mantan suami kejamnya itu.Tentu saja dengan menumbalkan anaknya Nyonya Helena untuk menggantikan posisinya Arrabella yang asli di sisi Tuan Smith.Persetan dengan semua harta yang dimiliki oleh mantan suaminya, jika hanya kesakitan yang dia rasakan.Sekretaris Ken saat ini langsung ditarik oleh Bunda Amanda agar berlindung di bali
Bunda Amanda menarik putra lelakinya untuk segera keluar dari ruang rawat adiknya karena dia telah mengatakan hal-hal yang menurut wanita tua itu tidak pantas dikatakan."Bunda apa-apaan sih? Kok tarik-tarik aku keluar?" protes Sekretaris Ken kepada Ibundanya."Lha kamu yang apa-apaan? Udah tahu adikmu itu masih kecil dan masih polos, pake bilang bekas-bekas segala tentang Saga," sahut Bunda Amanda seraya memukul lengan pemuda di depannya."Ih, nyatanya Tuan Muda Saga itu udah bekas kok. Ken nggak rela ya kalau Adiknya Ken nikah sama laki-laki modelan kayak Tuan Muda Saga," sungut Sekretaris Ken sambil memajukan bibirnya tanda bahwa ia tidak terima."Lah, bukannya Saga itu sahabat kamu? Bunda juga lihatnya Nak Saga itu baik, pengertian. Bunda meski dulu dalam keadaan tidak waras tapi masih ingat dengan jelas ya gimana kebaikannya Nak Saga sama Bunda," bela Bunda Amanda yang tidak terima Saganya dijelek-jelekkan."Itu kan sama Bunda. Kalau sama oran
POV VionaAku senang karena akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan Bundaku dan juga bisa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang ternyata adalah kak Kenzo, Sekretaris pribadinya suamiku Sagara.Aku bersyukur karena memiliki kakak laki-laki seperti dia, yang tidak pernah memandang orang lain dari fisiknya semata.Dan saat ini aku sesungguhnya kecewa dengan suamiku, dia ternyata tipe laki-laki yang hanya peduli dengan penampilan fisik seseorang saja.Mungkin, jika aku masih Viona yang berpola pikir aneh seperti dulu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat ini aku sudah normal, sudah bisa berpikir dengan jernih, dan kak Sagara bukan orang yang pantas untuk disukai.Aku masih ingat dengan jelas tatapan menjijikkannya kepadaku saat aku berdandan norak dengan make up yang sangat menor.Ugh, rasanya pengen kucakar saja wajah Kak Saga.Akan tetapi, entah kenapa aku masih suka sama dia, terlepas dari semua kelakuan buruknya.