Beranda / Romansa / Partner In Crime / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Partner In Crime: Bab 91 - Bab 100

131 Bab

Ujian untuk keteguhan hati

*** “Tidak seharusnya kita membunuh mereka,” balas Nathan. Aku, Nathan, dan Cavid sedang berada di lapangan golf yang cukup luas, sebuah tempat yang mungkin bisa memberikan ketenangan pada diri ini setelah membunuh dua dari keenam utusan karena berkhianat. “Kenapa? Bukankah sudah jelas sebelumnya kalau mereka berkhianat, maka aku tidak segan untuk membunuhnya,” tanyaku. Sikap Nathan cukup membingungkan bagiku, beberapa hari lalu ia menentang keras rencanaku, tapi kini, ia menentang aku membunuh mereka dengan alasan pengkhianatan. “Tapi utusanlah yang berkhianat, pemimpin kedua kelompok itu masih ingin bekerja sama dengan kita.” Aku masih fokus di bola golf yang semakin jauh dari titik mulai, ketika aku berjalan, Nathan juga mengikuti seolah-olah dia adalah pelayan pribadiku yang begitu setia. “Mereka tidak akan melakukannya jika tidak ada perintah dari atasannya, kan?” tanyaku. Kutatap area golf tersebut dengan kepala t
Baca selengkapnya

Trik menguji kepercayaan

Violet membentangkan tangan kirinya dan mencegahku untuk berjalan mendekati Larissa. Ia mungkin tidak mengenal siapa aku, tapi aku yakin sebagai seorang manusia, ia pasti mengenal bagaimana tata krama menanyakan identitas kepada pemilik rumah.“Tahan, Revan. Jangan bertindak gegabah kepada aset kita,” jelas Violet, kedua mata wanita itu melirik tajam kepada Larissa yang masih menatapku angkuh.Aku bisa saja mendorong tubuh Violet dan menyingkirkannya dari pandanganku, tetapi itu hanya akan menambah permasalahan yang kudapatkan.Larissa mencoba menarik amarahku keluar, mengungkapkan identitas dan mengancamku jika sewaktu aku emosi, aku tidak bisa mengontrolnya dengan baik.Hanya ia yang tersenyum memandang naik turunnya emosi yang ada diriku, berbeda dengan pria di sampingnya yang terlihat gemetaran takut, mungkin dia lebih sayang nyawa dibandingkan ego seperti wanita tersebut.“Aku baik, Violet. Jadi, singkirkan tanganmu dari hada
Baca selengkapnya

Pengorbanan anggota

***Satu minggu kemudian.Semua orang kembali berkumpul, aku menginstruksikan demikian kepada mereka. Pagi itu, kelima orang dari para bandar narkoba sudah datang menemuiku ditemani dengan pengawal mereka masing-masing.Salah satunya adalah Larissa, wanita itu justru datang paling pagi dan menemuiku lebih awal. Ia datang bersama dua anak buahnya yang berpakaian sederhana tapi tetap modis.“Mereka berdua menatapku sama bencinya seperti tatapanmu padaku,” ujarku ketika kedua pria yang berdiri di samping kanan dan kiri Larissa membalas pandanganku dengan sorot mata penuh kebencian.“Orang yang kamu bunuh adalah sahabat dekat keduanya, jadi bukan hanya permasalahanku saja, tapi permasalahan dengan mereka,” balas Larissa, ia tersenyum sinis sembari melipat kedua tangannya.“Oh sahabat kalian? Ah, kupikir kalian tidak perlu memikirkan pengkhianat sepertinya, dia hanyalah pria busuk yang tak tahu terima kasih,” e
Baca selengkapnya

Emosi yang tak stabil

***Tak kusangka, rencanaku berjalan dengan sangat lancar dan mulus, seperti tengah berkendara seorang diri di jalan tol yang baru saja dibangun. Kulihat dari pemberitaan di televisi, mayoritas diisi dengan penangkapan gembong narkoba di berbagai tempat.“Apa mereka tidak curiga dengan kejadian ini? Mereka semua langsung tertangkap di kota-kota besar,” balas Nathan, ia masih berdiri di sampingku sembari memerhatikan layar besar yang kugunakan untuk memonitor rencana dan melihat pemberitaan di berbagai media pers.“Aku piker tidak akan, pasalnya isu narkoba sudah dihembuskan bahkan sebelum kita menjalankan rencana kita. Mereka akan menyadari kalau orang-orang yang tertangkap adalah bagian dari kartel pertama,” jawabku.Pintu ruangan terbuka, Violet datang dan memberitahukan kalau seseorang mencariku. Aku terdiam dan langsung berjalan mengikuti Violet yang melangkah lebih cepat dua langkah di depanku.Ketika pintu rumah terbuk
Baca selengkapnya

Satu keputusan, beda nasib

***Dua hari kemudian.“Keterlibatan kelompok Soo dalam perdagangan obat-obatan terlarang semakin terbukti….”“Kami melaporkan dari markas besar kelompok Soo yang mana diduga terlibat dalam jaringan narkoba internasional….”“Pemerintah menunggu kejelasan dan bukti konkrit dari kepolisian sebelum mengambil keputusan terkait kelompok Soo….”Tak kuduga rencana yang kususun untuk menjatuhkan wanita binal itu bisa terlihat dengan jelas, lancar tanpa adanya masalah. Aku terang-terangan memuji kepercayaan dan kesetiaan para kartel dalam menjalankan tugasnya, tidak semuanya.Kudatangi Larissa dan melihat wanita itu benar-benar terpuruk dalam keputusasaan. Ia meringkuk di atas lantai yang dingin, wajahnya pucat pasi dengan mata setengah sadar kembali menoleh ke sumber cahaya yang masuk, pintu keluar kamar.“Apa kamu datang untuk menertawakanku?” tanya Larissa.Ia memeg
Baca selengkapnya

Dua wanita

***“Bagaimana keadaannya saat ini?” tanyaku, Violet memalingkan wajahnya dan melihat ke arah belakang punggungnya, Larissa tengah tertidur pulas di atas kasur berselimut panjang dan tebal.“Dia belum terbangun sampai saat ini, mungkin kondisinya masih belum benar-benar fit,” ucap Violet.Ia tarik kembali selimut yang ada di atas kasur dan mulai menutupi tubuh Larissa yang terlihat gemetar kedinginan. Benar-benar wanita yang hebat, ia memikul penderitaan dan dan kesendirian seorang diri.Kumelangkah mendekati Larissa dan duduk di samping kepala wanita tersebut, wajahnya benar-benar menarik ketika tengah tertidur. Namun, semakin kutatap erat wajah Larissa, semakin kumencintai Misa dan Rafael yang menunggu dengan cemas di Filipina.“Cavid sudah menunggu di Bandara,” jelas Violet, aku tersenyum tanpa mengalihkan pandanganku dari wanita yang tengah tertidur di depanku.“Apa kamu menyukainya, Revan?&rdquo
Baca selengkapnya

Aku kembali

*** “Menjadi seseorang yang terus terlena dengan masa lalu, hanya akan mengundang kesedihan di masa depan.” Larissa berkata demikian, usianya yang lebih tua dariku tentu membuatnya memiliki segudang pengalaman tentang masa lalunya. Aku yakin, ia juga menempuh banyak jalan untuk bisa melewati penderitaan yang ia rasakan selama ini. “Aku sama sekali tidak terlena, kami sudah saling melupakan satu sama lain,” balasku, Larissa berdecak merespon perkataanku barusan. “Aku tidak percaya, tatapanmu barusan menyiratkan kalau ada sesuatu yang masih kamu rasakan dalam hatimu,” jelas Larissa, untuk hal ini, aku tidak ingin menimpal atau membalas perkataannya lagi. Ia tampak sudah menyadari kalau aku memang masih belum mampu melupakan Tiara, kenangan selama beberapa tahun menjalin kasih dengannya tidak mudah kuhapuskan begitu saja. Jauh dari lubuk hatiku yang terkecil dan dalam, aku memiliki sedikit perasaan untuk kembali ke dekapannya. “Tidak muda
Baca selengkapnya

Rencana untuk kesetiaan

“T-Tidak ada, apa kamu pikir aku menyembunyikan sesuatu tentangnya?” tanya Larissa. Meskipun ia mencoba mengelak dengan meyakinkanku kalau ia tidak ada kaitannya dengan Stefano. Namun, aku tidak mudah dibodohi begitu saja, aku bisa melihat dengan jelas raut wajah kebohongan yang tengah ia tunjukan. “Iya, kamu bukan hanya menyembunyikannya, kamu sedang mencoba menghindariku tepat ketika tahu kalau aku akan membunuh Stafeno dan para kroconya,” jawabku dengan tegas, hal itu sontak membuat Larissa terkejut dan semakin terlihat gemetar pucat. “Tidak, aku sama sekali tidak bermasuk untuk—” “Beritahu aku sekarang, apa hubunganmu dengannya?” tanyaku, tanpa banyak mendengarkan ucapan Larissa aku langsung mengajukan pertanyaan demikian padanya. Wanita itu terdiam, ia benar-benar terpaku tak mampu berbicara sama sekali. Aku manfaatkan momen ini untuk terus memojokan posisinya, membuatnya mengakui apa yang kutuduhkan padanya. “Baiklah, tapi hubung
Baca selengkapnya

Hadiah dari kesetiaan

*** Pada akhirnya, Larissa akan melakukan apa yang kuperintahkan. Ia tak bisa menolaknya, benar-benar tidak bisa mengorbankan puluhan anggotanya yang tak bersalah karena keegoisan atas pilihannya. “Aku tidak bisa memberikan keringanan apa pun, apa kamu pikir kamu bisa selamat setelah membohongi dan membuatku terlihat seperti orang bodoh karena silsilah keluargamu?” tanyaku. Seharusnya aku mengeceknya sendiri, mulai dari identitas, kelompok, hingga silsilah keluarganya. Kuingat kembali saat itu aku benar-benar sibuk menyusun rencana, jadi aku menerimanya karena tidak ada pilihan lain lagi. “Aku menyediakan beberapa orang kepercayaanku yang akan menemanimu membunuhnya.” Kubalikan tubuh ini dan memandang tubuh Larissa yang sudah berpakaian rapi dan berseragam lengkap dengan rompi anti peluru. “Jika mereka mendapati kamu ragu atau justru berkhianat denganku, salah satu dari mereka akan melubangi kepalamu saat itu juga,” sambungku. Kuraih r
Baca selengkapnya

Melindungi rasa

***“Siapa sebenarnya yang menangkap Tiara?” tanyaku dengan cemas.“Dari yang kudengar, mereka hanyalah penjahat simpatisan dari kelompok kita,” jawab Nathan.Aku tidak bisa menyalahkan mereka, bagaimana pun juga mereka sudah melakukan yang terbaik untuk melindungi informasi seputar Cincin Hitam. Namun, yang kusesalkan adalah kenapa mereka bertindak melakukan penyekapan terhadap orang tersebut, Tiara.“Apa kamu akan menghukum mereka semua?” tanya balik Nathan.Aku yang duduk di kursi depan melirik ke arah luar mobil, memandangi gedung-gedung bertingkat yang terlihat besar dan mewah. Aku memutuskan dalam keheningan dan ketenangan hati kalau aku tidak akan menghukum mereka.“Mereka tidak akan mendapatkannya,” balasku.Aku yakin, Nathan pasti terkejut mendengarnya. Akan tetapi, ia tidak balik bertanya atas keputusanku, tata krama yang bagus ia tunjukan dalam menyikapi perintahku.&ld
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status