Home / Romansa / Partner In Crime / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Partner In Crime: Chapter 111 - Chapter 120

131 Chapters

Calon penerus

***Beberapa minggu kemudian.“Situasi sudah terkendali, menurut rekan terpercayaku, Presiden akan datang tepat pekan depan di kota ini,” jawab Larissa.Kami saling berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan media video conferencei. Ia menjelaskan dengan detail setiap inci rencana yang sudah ia susun, mulai dari kedatangan hingga perginya Presiden.“Mereka akan berkunjung ke pemda dan setelahnya melakukan serangkaian kegiatan kenegaraan,” ujar Larissa.Ia menampilkan rute khusus yang sudah ia buat, memprediksi alur tersebut melalui informasi-informasi yang didapatkannya.“Bagaimana menurutmu?” tanyaku.“Akan lebih strategis jika rombongan mobil Presiden kita ledakan di sini, mengingat jalur mobil yang luas dan memiliki berbagai jalan lain untuk pelarian,” jawab Larissa.Ia menunjuk sebuah jalan besar yang berada di kota tersebut, memang benar jika kuteliti lebih jauh
Read more

Orang-orang penting

“Tapi kenapa kamu mempercayakan jabatan itu kepadaku? Bukankah Nathan atau Cavid lebih cocok sebagai pemimpin?” tanya Violet. Pelayan tiba, tercium wewangian harum dari rempah-rempah yang digunakan dalam masakan yang ia bawa. Ia langsung meletakan makanan tersebut di atas meja dan mempersilakan kami memakannya. “Apa kamu tidak memesan risotto?” tanyaku, Violet menggeleng tanda tidak. “Makanlah,” pintaku. Kami saling terdiam satu sama lain, ia menikmati makanannya begitu juga denganku. Angin berhembus sepoi-sepoi, membawa perasaan nyaman dan sejuk ke raga ini, dentingan pisau yang bergesekan dengan piring menghiasi kesunyian yang tercipta di antara kami. “Mereka memang pandai, tetapi aku masih tidak yakin menyerahkan kekuasaan ini padanya,” ujarku membuka perbincangan kembali. Violet meletakan sendok dan garpunya secara lurus vertikal di atas piring. Makanannya sama sekali belum habis dan ia memutuskan untuk menyudahinya dengan
Read more

Wakil Presiden dan ancamannya

“Sungguh tak pernah saya duga akan bertemu dengan orang yang dikatakan sudah mati beberapa tahun lalu,” jawab Jayakarta, ia berjalan dengan langkah tegas menghampiriku seraya menggenggam tanganku dalam genggamannya.“Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda, Pak,” pujiku, kulihat ia tersenyum tatkala aku menundukan kepalanya di hadapan pria tersebut.Beberapa minggu belakangan, media banyak menyorot perilaku pemimpin negara ini yang sama sekali tidak akur. Hal ini terjadi disebabkan bocornya rekaman percakapan yang menjelaskan pertengkaran keduanya perihal perusahaan asing di salah satu daerah hutan lindung.Akibatnya begitu fatal, calon petahana mendapatkan citra yang buruk di mata masyarakat. Presiden banyak pergi ke daerah untuk menggalang suara. Alhasil, suara mereka jauh lebih baik dari sebelumnya.“Apa kamu sudah mematangkan rencanamu?” tanya Jayakarta, aku tersentak kaget tanpa melepas pegangan tanganku
Read more

Penyerangan kepada Sutan

***“Ini adalah operasi rahasia. Aku harap kalian melakukannya dengan senyap dan cepat,” ujarku dengan tegas, mereka serentak mengangguk dan mematuhi perintahku.Kukumpulkan 500 orang anggotaku yang masih tersisa di Jabodetabek dan mengerahkan mereka menggeruduk markas kelompok Sutan. Bersama dengan Nathan dan Cavid, malam ini akan kupastikan kekuasaannya akan jatuh dan Sutan akan terbunuh.Setiap 100 orang dipimpin oleh seorang ketua divisi yang kupilih, mereka terkenal loyalitasnya bahkan ketika Cincin Hitam berada dalam ambang kehancuran di tangan Soo. Mereka terkenal dengan gaya penculikan dan interogasi yang keras, siapa pun tidak akan berani untuk berhadapan atau melawan mereka.Nathan sudah mengenakan perlengkapan lengkap, setelan jas hitam dengan bagian atasnya terlindungi oleh rompi antipeluru. Cavid datang menghampiri dan memberikanku sebuah kertas yang ketika kubuka, ternyata adalah map terbaru dari denah kediaman Sutan.&ldq
Read more

Kekuasaan baru Cavid

“Apa kamu baru saja mengancamku?” tanya Cavid. Matanya menatap tajam kearahku, dengan kepalan tangan yang tampak mengerat dan kuat. Situasi yang ia hadapi benar-benar buruk, sebuah peluru tajam bisa saja menembus kepalanya jika satu gerakan tiba-tiba muncul dan mengagetkan anggotaku yang bersiaga. “Ya, aku tidak punya pilihan lain. Di setiap rencana cadangan pasti memiliki rencana cadangan lagi,” jelasku. “Turutilah apa yang ia katakan, Cavid,” ungkap Sutan, suaranya terdengar rendah berbeda dengan dirinya yang kukenal. “Bagaimana bisa aku mengikuti bajingan tak berperasaan sepertinya?!” kecam Cavid. Ia masih mengacungkan ujung senapan yang genggam padaku, kedua mata kami tak lagi beradu pandang. Kuperhatikan ia kerap melirik ke arah Sutan dan tampak gelisah seperti mengkhawatirkan pria tua tersebut. “Ikutilah dia! Itu perintah dariku,” balas Sutan. Pria di depanku sedikit membentak dengan nada bicara yang terkesan memaksa. Bag
Read more

Kepercayaan dan Insiden

***Aku langsung memerintahkan anggotaku untuk membubarkan diri, begitu juga dengan Nathan yang ikut denganku.“Kemana kita akan membawa jasadnya?” tanya Nathan, ia tidak pernah tahu kalau pria yang berada di dalam kantung jenazah adalah orang yang masih bernapas.“Aku akan membuangnya seorang diri, biarkan tulang dan dagingnya di makan oleh anjing liar.”“Baiklah,” ucap Nathan.Ia bersama anggota lain membawa dan memasukan jasad Sutan ke dalam mobilku. Ketika hendak keluar, langkahku terhenti oleh panggilan dari Cavid yang berjalan dengan cepat menghampiri.“Ada apa?” tanyaku, datar.“Apa yang akan kamu lakukan kepada 55 orang kelompokku yang berada di luar?” tanya Cavid.Meski ia baru saja menjabat menjadi ketua, tetapi rasa khawatir dan cemas sudah muncul sejak beberapa tahun pengabdiannya. Bahkan ketika Sutan dibawa keluar dengan dibungkus oleh kantung jenazah, ia
Read more

Rapat akhir Eksekusi

Malam itu, aku begitu penasaran terhadap keduanya. Sepasang kekasih berduaan di sebuah penginapan yang identik dengan pijat khususnya, aku tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikiran pria tersebut.Tembok yang membatasi kamarku dengan mereka cukup tebal, tidak bisa kudengar apa pun dari balik dinding. Hanya suara AC yang menyala dan dan kibasan tirai yang tertiup angin karena aku sedikit membukakan jendela kamar.Hanya memikirkan kalau mereka akan berbuat demikian membuat kepalaku diisi dengan pikiran negatif sepanjang malam.“Apa yang kupikirkan? Seharusnya aku senang karena ia melakukannya dengan pria yang ia sukai,” ujarku.Kunyalakan televisi di depanku dan memutarkan suaranya keras-keras, mencoba mengalahkan suara yang siapa tahu muncul dan mengusik ketenanganku.Tiba-tiba ponselku berdering, kulihat malam itu Misa mengabari. Aneh bagiku, pasalnya perbedaan waktu di Filipina dengan waktu di Indonesia hanya berbeda satu jam. S
Read more

Penangkapan rusa istana

***Aku sudah memberitahukannya terkait rencana terhadap Wakil Presiden. Cavid tidak membantah atau menolak perintahku. Ia langsung melaksanakannya dengan cepat dan senyap, aku mengirim 200 orang anggotaku untuk membantunya.“Aktifkan spycam kalian, jangan sampai Cavid tahu kalau aku ikut dalam operasi secara tidak langsung.”Mereka mengangguk, teriakan lantang tanda paham meraung di seisi halaman rumah tersebut. Violet kini menemaniku di sisi kananku, begitu juga dengan Nathan yang menemani di sisi lainnya.Violet akan memahami bagaimana peranan ketua kelompok untuk mengontrol, mengawasi, dan merencanakan semua hal yang berkaitan agar tujuan kelompok bisa tercapai dengan lancar. Ia perlu tahu kalau menjadi ketua berarti siap mengorbankan semua yang ia miliki.Ke-200 orang itu langsung pergi meninggalkan kediamanku, pergi dengan beriringan menggunakan mobil besar sebanyak 20 buah. Kini, di tempat itu hanya menyisakan aku, Natha
Read more

Empati dan kasih sayang

***Kengerian baru saja tercipta di depan mataku. Cavid memerintahkan semua anggotanya untuk membunuh orang-orang yang bukan keluarga besar Wakil Presiden. Mereka mulai menembaki dengan membabi buta seluruh orang tanpa memandang belas kasih, mulai dari pelayan hingga anak-anak para pelayan.Anak-anak itu, mereka terbunuh bersama kedua orang tua mereka. Tubuh mungil mereka bergeletakan jatuh di atas tanah dengan tubuh yang penuh lubang.Darah merah segera menggenangi seluruh tempat tersebut, membuat keluarga Wakil Presiden berteriak kencang ketakutan.“Bawa mereka ke hadapanku.” Aku langsung berbicara tanpa mengedipkan kedua mataku, nada bicaraku juga ikut merendah selepas melihat kebrutalan Cavid dan anak buahnya.“Baik, Tuan.”Aku langsung menonaktifkan kamera yang terhubung dengan spycam milik seluruh anggotaku. Meski aku sudah terbiasa, tetapi entah kenapa melihat orang tak bersalah terbunuh membuat hatiku
Read more

Pendirian yang teguh

***Di hadapanku, sudah duduk dengan nyaman seorang pejabat istana yang sangat menginginkan kekuasaan di negeri ini. Jayakarta, pria itu mengenal betul seluk beluk permasalahan negeri ini, bahkan ketika dirinya masih menyandang status sebagai mahasiswa.“Apa anak dan istriku aman di sana?” tanya Jayakarta.Kutuang botol wine yang berada di tanganku ke gelas kecil berbahan kaca yang kusediakan untuknya. Sebagai seorang pejabat elite, aku yakin dia pasti tidak akan menolak tawaranku.“Mereka akan tetap hidup selama kamu hidup, jika kamu mati, mereka juga akan ikut bersamamu,” balasku.Kaki Jayakarta masih terikat, tangan kanannya terborgol dengan salah satu bagian kursi yang lain. Ia benar-benar seperti tangkapan hewan liarku kali ini, jika aku seorang maniak darah, mungkin aku akan memajangkan kepalanya di dinding sebagai bentuk pencapaianku.“Bukan tergantung aku hidup atau tidak, itu semua tergantung pada peras
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status